04

7.7K 1K 115
                                    

Jaemin berlari kecil menuju lapangan olahraga menghampiri teman-temannya yang sudah berkumpul dan melakukan pemanasan. Dia langsung mengambil posisi berbaris sebelum mulai melakukan pembelajaran olahraga.

"Hei, kenapa lama sekali?" Tanya Chenle.

Aku ke toilet sebentar - jawab Jaemin yang kemudian di angguki oleh Chenle.

Setelah melakukan pemanasan, para siswa di minta untuk keliling lapangan sebanyak tiga putaran. Jaemin berlari dengan santai mengitari lapangan sekolah yang luas.

Di tengah kegiatannya, dia tak sengaja melihat Jeno yang tengah duduk di dekat gerbang seraya menyesap rokoknya dengan ketiga temannya. Netra keduanya sempat bertemu, namun Jaemin lebih dulu memalingkan pandangannya karena takut.

Sedang Jeno hanya bisa mengulum seringai melihat wajah ketakutan Jaemin. Dia hisap lagi rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke sembarang.

Setelah melakukan pemanasan, para siswa mulai di bebaskan untuk memilih jenis olahraga yang ingin mereka mainkan.

"Renjun, mau main basket?" Tawar Chenle berteriak.

"Hei, mau main?" Tawar Renjun pada Jaemin yang duduk di tribun bersamanya.

Jaemin menoleh lalu mengangguk membuat Renjun mengulum senyum, dia lantas turun ke lapangan dan bergabung dengan Haechan dan Chenle yang sudah bermain lebih dulu.

Mereka tampak asik bermain basket dengan santai, Jaemin tertawa tanpa suara saat Haechan, Chenle dan Renjun bersorak saat Jaemin berhasil memasukkan bola ke keranjang.

Iris hitamnya mengikuti gerakan bola basket yang terus memantul hingga akhirnya berhenti tepat di depan Jeno. Senyum Jaemin lantas pudar melihat wajah yang di hiasi seringai itu.

"Kau bermain cukup hebat juga. Mau bertanding denganku?" Ujar Jeno seraya mengambil bola di lapangan, dia kemudian melangkah menghampiri Jaemin membuat ketiga sahabatnya langsung menutupi Jaemin.

"Cih, kalian ini tunduk sekali pada si bisu" Ejek Jeno melihat reaksi ketiga sahabat Jaemin.

"Kau ini pecundang sekali, beraninya pada lemah" Ledek Renjun membuat seringai di wajah Jeno pudar.

"Aku tak ada urusan denganmu, pendek!" Dengus Jeno membuat Renjun membulatkan matanya. Dia sudah maju untuk menghajar Jeno namun Jaemin dengan cepat menahan lengannya.

Kita pergi saja

"Wah wah wah, lihat! Si bisu ini. Orang normal bicara dengan mulut, dia dengan tangan" Ledek Jeno saat melihat Jaemin membentuk isyarat tangan membuat ketiga sahabat Jeno tertawa.

"Hei, dia tidak normal kau tahu. Dia cacat" Ledek Sungchan membuat Jaemin tertunduk seraya meremas ujung kaos olahraganya. Matanya terpejam menahan rasa sakit serta air mata yang hendak menetes apalagi kala mendengar suara tawa Jeno dan ketiga sahabatnya menggema di lapangan olahraga.

"Jaga bicaramu, brengsek" Omel Haechan mendorong dada Jeno.

"Hei, santai sayang"

"Cih, aku tak Sudi memiliki kekasih seperti mu. Kau seperti sampah!" Dengus Haechan.

"Sudahlah, Jaemin benar. Ayo kita pergi saja" Ajak Chenle menarik lengan Haechan dan Renjun.

Haechan enggan meladeni Jeno yang justru akan membuatnya merasa senang. Dia pun beranjak bersama Jaemin, Renjun dan Chenle menjauh dari Jeno yang kini menguasai lapangan basket.

"Astaga anak itu" Umpat Haechan.

"Sudahlah" Renjun menengahi.

Keempatnya kini duduk lagi di tribun dan meneguk air mineral, meski hanya bermain sebentar, mereka cukup merasa haus juga.

Dandelions [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang