05

7.2K 934 44
                                    

Iris hitam Haechan memandangi Jaemin dan Mark bergantian, langkah keduanya kemudian terhenti di depan Haechan, Renjun dan Chenle.

“Jaemin...” panggil Haechan lirih.

“Jeno berulah lagi, dia mengganggu Jaemin” Jawab Mark seraya menyodorkan buku yang di pinjam Jaemin dari perpustakaan ke Haechan.

“Benar, Jaemin?” Tanya Haechan menelisik wajah Jaemin yang tampak lebih tenang.

Iya. Tapi sudah tidak apa-apa.

“Benar-benar tidak bisa di biarkan. Harusnya kau pergi bersamaku” Omel Haechan.

Aku tidak bisa terus bergantung padamu. Aku ingin melakukan sendiri selagi aku bisa.

“Tidak di lingkungan sekolah” Sahut Haechan membuat Jaemin menghela nafas.

Pemuda itu akhirnya mengangguk kemudian Haechan menarik lengan kecil Jaemin agar berdiri di sisinya. Dia tatap Mark yang tak lepas memandangi Jaemin seolah menunjukkan kekhawatiran.

“Terima kasih, Hyung sudah menolong Jaemin” Ucap Haechan yang di angguki oleh Mark.

“Aku ke perpustakaan dulu” Pamit Mark seraya melambai kecil pada keempat sahabatnya.

Hyung, terima kasih.

Mark hanya tersenyum membaca gesture tangan Jaemin, dia kemudian membalas “Sama-sama” dengan bahasa isyarat tangan membuat Jaemin mengulum senyum.

“Ayo ke kelas Jaemin” Ajak Haechan seraya menarik Jaemin.

Pemuda itu menurut teman-temannya untuk kembali ke kelas. Dia pun melanjutkan tugas sekolahnya sementara teman-temannya juga kembali pada kesibukan mereka sendiri.


🐇🐇🐇


Jaemin melangkahkan kakinya keluar dari gedung kelas pada saat jam kosong bersama Haechan. Di tengah langkahnya saat menapaki anak tangga, dia bertemu dengan Jeno dan teman-temannya.

Pemuda itu dengan cepat meringkuk di balik tubuh Haechan dan meremas ujung blazer sepupunya, Haechan yang menyadari itu lantas menoleh kemudian melihat ke arah Jeno.

“Tidak apa-apa” Ucap Haechan.

Namun pemuda berandal itu seperti sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk mengganggu Jaemin, dia berlalu begitu saja bersama teman-temannya. Maka Jaemin dan Haechan pun melanjutkan langkah mereka hingga tiba di taman.

“Hyung”

Mark yang duduk di kursi taman tengah memainkan gitarnya, menoleh saat mendengar suara familiar Haechan memanggil, dia lambaikan satu tangannya menyapa Haechan dan Jaemin, membuat keduanya lantas menghampiri Mark.

“Mana Renjun dan Chenle?” Tanya Mark.

“Chenle sedang tidur, Renjun mengerjakan tugas” Jawab Haechan asal, dia memilih duduk di samping Mark dan Jaemin di sebelahnya.

Haechan, ayo nyanyikan sebuah lagu.

Haechan menoleh saat Jaemin menepuk pundaknya dan membaca isyarat tangan Jaemin yang minta di nyanyikan sebuah lagu.

“Aigoo, kau begitu sukanya pada suaraku?” Tanya Haechan yang di angguki Jaemin dengan senyum cerah.

“Baiklah. Kali ini kau bisa mendengar suaraku sesering mungkin, saat aku menjadi penyanyi, kau harus membayar untuk mendengar suaraku” Candanya memicu gelak tawa Mark.

“Ayo, kau yang bernyanyi” Ajak Mark mulai memetik senar gitarnya.

Senandung mulai meluncur dari bibir tipis Haechan, suara manis nan merdu miliknya melantunkan sebuah lagu di iringi suara gitar yang di petik oleh Mark, Jaemin menjadi pendengar yang baik, kepalanya menari kecil dengan mata terpejam.

Dandelions [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang