26

7.3K 970 222
                                    

Jaehyun berdiri di ambang pintu memandangi gerbang rumahnya yang tak kunjung terbuka, seperti tak ada tanda-tanda kepulangan sang adik, dia lirik jam tangannya di mana waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Jaehyun lantas menutup pintu rumah dan melangkah untuk mengambil kunci mobil di kamar, bersiap menjemput Jaemin. Namun baru saja melangkah, dia di kejutkan dengan dering ponselnya.

Alisnya bertaut saat melihat panggilan masuk dari nomor sang adik, karena Jaemin tak pernah menghubunginya. Jaemin akan selalu mengiriminya pesan. Tapi, apa yang membuat Jaemin menghubunginya di hampir tengah malam, bahkan dia belum pulang?

Jaehyun pun menerima panggilan itu.

“Hyung...”

Jaehyun merinding mendengar sebuah suara yang terisak dari seberang telepon sana, matanya langsung membulat. Dia menduga apakah itu suara adiknya? Apakah Jaemin bisa bicara lagi?

“Jaemin... Ini sungguh kau, Jaemin?” Tanya Jaehyun.

Sementara Jaemin hanya bisa mengangguk di tengah tangis, meski Jaehyun tak bisa melihat, dia hanya sedang meredam tangisnya agar bisa menyampaikan maksud tujuannya menghubungi Jaehyun.

Kini pemuda itu berada di rumah sakit dengan baju dan tangan penuh darah, sementara Jeno tengah di tangani di dalam.

“Jaemin...” Panggil Jaehyun memastikan.

“Hyung... Jeno...”

“Kau sungguh bisa bicara?”

“Hyung, Jeno” Pekik Jaemin di tengah tangisnya.

“Ada apa dengannya?” Tanya Jaehyun.

“Jeno... Jeno di rumah sakit” Balas Jaemin membuat Jaehyun membulatkan matanya.

“Apa?” Pekik Jaehyun kaget.

Jaemin menangis sesenggukan lagi, dia membayang kondisi Jeno di dalam sana dengan penuh kekhawatiran. Selepas perbincangannya dengan Jaehyun, Jaemin menunggu dengan cemas, dia abaikan tangannya yang berlumuran darah hingga mengering.

Beberapa kali ia berjalan hilir mudik, lalu duduk dan begitu beberapa kali.

“Jaemin!”

Jaemin menoleh saat mendengar suara sang kakak memanggilnya, dia lihat pria itu datang sendiri dan langsung berlari. Jaemin pun berlari menghampiri sang kakak lalu mendekap Jaehyun dan menangis sesenggukan dalam dekapan kakaknya.

“Hyung, Jeno” Isak Jaemin.

“Sudah... Sudah, dia sedang di tangani di dalam” Bujuk Jaehyun mengecupi sayang pucuk kepala Jaemin agar sang adik tenang.

Setelah beberapa menit menangis, Jaemin pun mulai tenang, dia sudah duduk bersama Jaehyun di depan ruang UGD. Dia pandangi jemari sang adik yang penuh dengan darah, sedang tangan kanannya masih mengusap punggung Jaemin.

“Bagaimana kau bisa bicara, Jaemin?” Tanya Jaehyun lirih.

Jaemin berakhir menceritakan bagaimana akhirnya dia bisa bicara lagi, dan hal itu membuat Jaehyun sadar, betapa berartinya Jeno bagi Jaemin. Bagaimana Jeno bisa membuat Jaemin bertekad untuk kembali bicara dan menghapus traumanya.

Jaemin masih melamun memikirkan Jeno, lalu tak lama pintu terbuka menampilkan dokter dengan wajah lesunya.

“Wali Lee Jeno?” Tanya Dokter.

Jaemin dan Jaehyun saling tatap mendengar pertanyaan itu. “Saya teman Kakaknya, Dokter. Kakaknya belum bisa di hubungi” Jawab Jaehyun.

“Ada yang ingin saya bicarakan, mari ke ruangan saya” Ajak dokter.

Dandelions [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang