3 Chapters Left

7.4K 916 88
                                    

Jeno mulai naik ke atas ranjang sementara Jaemin senantiasa memapahnya, pemuda itu langsung membalut kaki Jeno dengan selimut.

“Kau tak apa?” Tanya Jaemin yang di jawab anggukan oleh Jeno.

“Terima kasih” Ucapnya. “Aku harus istirahat.” Ucap Jeno kemudian membuat Jaemin tersenyum kecut.

Dia rindu sekali pada Jeno, baru kali ini bisa bertemu setelah beberapa hari Jeno seperti menghindarinya. Entah perasaannya atau memang tindakan Jeno terlalu jelas.

Tapi sakit rasanya, Jeno yang senantiasa hangat menyambutnya, sekarang tampak dingin dan bicara seperlunya.

“Baiklah. Aku cukup senang sudah melihatmu sekarang” Ujar Jaemin.

“Jaemin..” Panggil Jeno. “Mulai sekarang, jangan terlalu sering datang. Jangan membuang waktumu untuk sering menemuiku. Kau bisa gunakan itu untuk sesuatu yang lebih penting”

Jaemin tersenyum kecut mendengar ucapan Jeno, semakin menguatkan ketakutannya bahwa Jeno memang berusaha menghindarinya. Entah apa yang terjadi dengan Jeno belakangan hingga ia berubah seperti ini.

“Membuang waktu apa, aku menemui kekasihku dan khawatir sepanjang waktu” Sahut Jaemin masih dengan senyum, berusaha menghibur dirinya sendiri dari sakitnya ucapan Jeno.

“Sudah ada Taeyong Hyung, apa yang kau khawatirkan? Dia akan memberi tahumu jika terjadi sesuatu. Jadi lebih baik habiskan waktumu untuk bersenang-senang dari pada datang ke sini. Dan bersiaplah. Ujian GED akan datang”

Jaemin mengangguk paham, tak ada gunanya dia menjadi keras kepala, dia justru terlihat seperti mengemis dengan terus menyahut ucapan Jeno seolah dia bersikeras untuk sering bersama pemuda itu, di saat pemuda itu tak ingin ia di sampingnya.

“Baiklah. Kalau begitu aku pulang, jaga kondisimu.” Ucap Jaemin dengan wajah kecewa yang tergambar jelas.

Meski Jeno tak bisa melihat, tapi dia tahu bahwa Jaemin terluka karena tindakannya.

Dapat ia rasakan kedua jemari Jaemin yang mendekap lengannya mulai mengendur. Tak lagi ada suara pemuda itu dan dia mendengar suara pintu di tutup. Sepertinya Jaemin sudah pergi.

“Tidak lebih baik setelah mengatakannya, tapi ini yang terbaik untuk kita” Tutur Jeno dengan mata berkaca-kaca, dia merasakan dadanya berdenyut nyeri setelah keputusan yang kita ambil.

Jaemin hanya berdiri di depan pintu ruang rawat Jeno, memandangi pemuda yang duduk di atas brankar lewat kaca di tengah pintu dengan mata berkaca-kaca.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi yang terbaik untukmu, belum tentu terbaik untukku. Harusnya kita mencari apa yang baik untuk kita berdua” Lirih Jaemin dengan setetes air mata yang jatuh, dia dengan cepat mengusapnya lalu beranjak dari sana untuk pulang membawa luka.


🐇🐇🐇


Jaehyun mengurungkan niatnya yang hendak naik ke lantai atas saat melihat pintu belakang terbuka, pasti adiknya ada di taman, dia pun melangkah menuju pintu belakang dan benar saja, ada Jaemin yang duduk di kursi taman sembari membaca novel.

Puk!
Jaemin menoleh saat merasakan sebuah tangan mengacak surai coklatnya, dia tersenyum saat Jaehyun menyapanya dengan senyum.

“Belum tidur?” Tanya Jaehyun.

“Belum mengantuk” Jawab Jaemin.

“Bagaimana kondisi Jeno?” Tanya Jaehyun menyandarkan tubuhnya.

Pertanyaan itu membuat aksi membaca Jaemin terhenti, dia teringat bahwa sudah beberapa hari dia tidak menemui Jeno dan juga ungkapan pemuda itu yang memintanya untuk tak sering datang. Dia rindu tapi dia belum siap untuk menemui Jeno, dia akan memberi Jeno ruang.

Dandelions [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang