Last Chapter

12.3K 1.1K 211
                                    

Jeno masuk ke dalam kamar yang akan dia tempati dengan si pemilik di depannya, dia lihat kamarnya cukup luas. Dia lalu menatap pria jangkung di depannya saat pria itu berbalik.

“Ini kamarmu, tidak cukup besar tapi ku harap kau menyukainya” Ujar pria jangkung dengan tato di pundaknya.

“Tidak apa-apa Hyung, ini lebih dari kata baik untukku” Balas Jeno dengan senyum.

“Semoga kau menyukainya, turunlah, kita akan makan malam. Kau pasti lelah, suamiku sudah memasak” Tuturnya.

Jeno mengangguk atas ucapan Johnny, dia masuk ke dalam kamar sementara si pemilik rumah meninggalkan Jeno untuk membersihkan diri. Selepas mandi, Jeno duduk di tepi ranjang dan memeriksa ponselnya. Dia belum mematikan mode pesawat setiba di Amerika.

Bibirnya mengulum senyum saat menerima pesan dari Jaemin berupa kiriman gambar pesawatnya yang lepas landas. Baru saja tiba, dia sudah rindu dan rasanya ingin berlari menghampiri Jaemin.

Jeno membuka galeri fotonya, dia ingat dia juga mengambil gambar Jaemin yang menunggunya lepas landas, dia pandangi Jaemin yang berdiri di balik dinding kaca, tampak lucu dengan tubuh mungilnya. Dia pun mengirim gambar itu ke Jaemin. Setelahnya dia langsung menghubungi Jaemin.

“Halo” Sapa Jeno. “Aku baru saja tiba” Ucapnya kemudian.

“Uhm, syukurlah kau tiba dengan selamat. Sekarang sedang apa?” Tanya Jaemin, dia dudukkan tubuhnya pada sofa rumah.

“Aku baru selesai mandi. Kau sedang apa?” Tanya Jeno.

“Menonton televisi” Jawab Jaemin. “Jeno” Panggilnya.

“Kenapa?” Tanya Jeno lembut.

“Aku sudah rindu” Ucap Jaemin membuat Jeno mengulum senyum malu.

“Aku juga. Ini lebih sulit dari yang aku bayangkan” Sahut Jeno. Dia dengar Jaemin terisak di sana.

“Jangan menangis, jika kau terus seperti ini, aku bisa tidak betah karena memikirkanmu” Ucap Jeno.

“Aku sedang mencoba membiasakan diri, tapi ini masih sulit” Ucap Jaemin di sela tangisnya.

“Aku juga” Balas Jeno.

“Jeno, ayo makan”

Jeno tersentak saat sebuah suara lembut memanggilnya. Jaemin mengerutkan alisnya mendengar suara itu sampai ke telinganya.

“Jeno, katamu teman Taeyong Hyung dominan, kenapa suaranya selembut itu?” Rajuk Jaemin membuat Jeno tertawa.

“Itu suaminya” Jawab Jeno.

“Sudah menikah?” Tanya Jaemin kaget.

“Sudah. Itu sebabnya kau jangan terlalu cemburu”

Jaemin menghela nafas mendengar ucapan Jeno. “Ya sudah, aku makan malam dulu. Nanti kita bicara lagi” Pamit Jeno.

“Baiklah” Jawab Jaemin lesu.

Sambungan telepon keduanya terputus karena Jeno harus makan malam. Jaemin dengan tak rela memutuskan sambungan telepon mereka. Dia pandangi layar ponselnya dengan wajah murung. Lalu dia letakkan benda pipih itu dengan lesu.

Satu hingga dua bulan dan berikutnya, hubungan keduanya masih begitu manis. Mereka masih saling mengungkapkan rindu.

Memasuki bulan ke enam, mereka mulai jarang berinteraksi seiring kedua yang kian sibuk dengan kuliah mereka. Jeno juga sibuk dengan kerja paruh waktunya.

Malam ini Jaemin baru saja pulang selepas berkumpul dengan Haechan, Chenle dan Renjun. Dia buka ponselnya dan belum menerima pesan apa pun dari Jeno, bahkan mereka terakhir kali berkirim pesan ketika Minggu lalu.

Dandelions [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang