31 Curhatan para Abang tertua

951 129 12
                                    

Sudah lebih dari 3 minggu sifat, sikap dan perilaku Ara berubah. Ayah, Ibun, Hyunsuk dan adik-adiknya masih belum tau apa penyebab dari berubahnya Ara sekarang. Ara bagai membangun tembok pembatas tak kasat mata dengan para saudaranya.

Akhir-akhir ini juga Ara selalu mencari alasan untuk menolak diantar jemput para Abang tetuanya dan memilih pulang pergi dengan angkutan umum atau memesan ojek online. Setiap hari libur tiba, Ara ngga pernah menghabiskan waktu bersama saudaranya. Ia hanya akan menyendiri melakukan sesuatu di dalam kamarnya dan keluar pas jam makan aja. Setiap ditanya pun Ara akan menjawabnya singkat. Ara juga jadi jarang ikut sarapan bersama dan mengatakan jika akan makan disekolah. Namun kenyataan tidak, ia tak pernah sarapan di kantin sekolah.

Perihal Yoshi yang katanya saat itu akan menjemput dan bertanya ada apa dengan Ara pun gagal karena Ara telah lebih dulu mengabari para Abang tertua untuk tidak menjemputnya.

'Tengg,, tengg,, tengg,, tengg...'

Bel pulang sekolah telah berbunyi menandakan waktu kegiatan belajar mengajar telah selesai. Siswa siswi SMA Nusa Bangsa berbondong-bondong keluar dari kelasnya masing-masing termasuk Ara dan ketiga temannya.

"Ra lo mau langsung pulang ke rumah?" Tanya Ayla.

Ara hanya menganggukkan kepalanya.

"Gue anterin yok, ngga usah lah pake angkutan umum. Mending sama gue, irit ongkos." Tawar Dino.

"Ngga usah Din gue naik angkutan umum aja." Tolak Ara.

"Tapi lo beneran pulang ke rumah ya Ra." Ujar Reza memastikan.

"Ya gue kan emang pulang ke rumah Za, emang kemana lagi kalo ngga ke rumah."

"Ya maksud Reza ke rumah Ayah lo Ra, bukan ke rumah Papa lo." Jelas Ayla.

Ara mengendikkan bahunya acuh, "Ngga tau, liat nanti." Jawabnya singkat.

Ketiganya menghela nafas pasrah melihat Ara akhir-akhir ini. Ara yang memang tidak suka banyak bicara jadi semakin pendiam sejak kejadian di kantin siang itu. Mereka ngga tau Ara sedang menjaga jarak dengan saudara tirinya. Setiap pulang sekolah Ara selalu berdiam diri di rumah Papa nya lebih dulu dan pulang ke rumah Ayah jam 5 sore.

Yang saudara tirinya tau, Ara setiap hari ada latihan eskul marching band-nya yang mungkin akan dipakai untuk suatu acara. Namun Ibun dan Ayah tau jika Ara selalu pulang ke rumah Papa nya dan menjadikan latihan eskul sebagai alasan ia selalu pulang sore.

Bagaimana Ibun tau? Tetangga yang ada di rumah mendiang suaminya yang memberi tau jika Ara selalu pulang kesana dan akan meninggalkan rumah Papa nya di sore hari. Sebagai ibu kandungnya, Ibun tau jika putrinya sedang ada masalah yang mengganggu pikirannya ia akan berdiam diri di rumah hingga Ara merasa lebih baik.

Saat tau kebiasaan Ara akhir-akhir ini, Ibun memberi tau Ayah untuk tidak terlalu khawatir dengan keadaan putrinya sekarang karena Ibun sedang memberikan waktu pada Ara untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Meskipun ia juga memiliki rasa khawatir pada Ara, Ibun percaya jika putrinya dapat menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan darinya.

Kembali pada 4 sekawan, mereka akhirnya membiarkan Ara pulang dengan angkutan umum dan mereka pulang ke rumah masing-masing.

Sampai di rumah lamanya, langsung aja Ara masuk ke kamarnya mengganti bajunya dengan kaos lengan pendek lalu melangkahkan kakinya menuju kamar yang akhir-akhir ini ia tempati untuk menyendiri.

Ara menatap goresan luka yang masih berbekas. Menghela nafasnya berat, sejak tak sengaja melukai lengannya dengan cutter waktu itu, Ara sudah beberapa kali melukai lengannya sendiri. Orang rumah bahkan ketiga temannya pun tidak tau kebiasaan buruk baru Ara. Saat di rumah, ia pun harus selalu menggunakan baju lengan panjang untuk menutupi lukanya. Saat sekolah pun seragamnya selalu ia lapisi dengan cardigan. Ara bisa menggunakan baju lengan pendek hanya saat di rumah Papa saja.

My Step-Brothers [TREASURE OT-12]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora