5. Lo bukan Sean

298 49 5
                                    

Motor terparkir disebuah bengkel. Dia membuka helm lalu tersenyum kala melihat kekasihnya sudah menunggunya dan melambai dari tadi.

Jennie berlari kecil menghampirinya lalu dia menarik Sean untuk dia kenalkan pada ayahnya "Beh,"

"Napa?" balas sang ayah tanpa harus menoleh pada putrinya.

"Pacar Jejen, ganteng kan?"

Pria dengan baju dipenuhi oli itu menoleh dan membenarkan kacamatanya untuk melihat wajah lelaki yang putrinya kenalkan. Sean tersenyum kaku "siang Om," dia hendak mencium tangannya namun pria itu menolak.

"Ah, kagak usah. Tangan gue kotor." dia bangkit dan memberikan senyuman seramah mungkin.

Sedangkan Sean yang menerima senyuman itu jadi panas dingin, memang pada dasarnya Yanto Gopur ini muka nya sangar.

"Bening beut pacar lo"

Jennie mengangguk bangga "ya dong"

"Udah lama nih pacaran?" pria itu berjalan memasuki rumah yang terdapat disamping bengkel sambil mengelap tangannya diikuti oleh Sean dan Jennie.

"Baru mau dua bulan ini."

"Iya bagus dah. Gue liat liat laki lo bener juga orangnya."

Sean menunduk malu "jadi malu."

"Udah makan belom? Makan sini ya?"

"Oh udah Om, sebelum Kesini saya makan dulu."

"Om om, elit bener panggilan lo, ni sekampung manggil gue Beh Yanto. Lo panggil gue Babeh aja ya"

Sean mengangguk "iya, Beh."

Tak lama seseorang memanggilnya dari arah bengkel "udah dipanggil lagi. Lu bedua anteng anteng sini ya, jangan macem macem, awas lo grepe grepe anak gue."

"Tenang Beh, saya jagain."

Yanto kembali ke bengkel sedangkan Jennie menarik Sean untuk duduk di sofa "mau minum apa?"

"Minum susu rasa semangka, kalo yang bikin kamu aku pasti suka."

"Ah elah, saæ lu tong. Teh mau?"

"Boleh."

"Aku bikinin."

Selama Jennie pergi, Sean melihat sekeliling ruangan ini, ruangan yang tak terlalu besar namun tak kecil juga. Banyak foto yang dipajang di tembok, semuanya foto Jennie. Darimulai dia masih orok sampai sekarang ini.

"Hayo liatin apa?"

Sean menoleh "kamu ikutan lomba apa ini?" tanya Sean menunujuk foto Jennie yang terlihat cantik dengan pakaian adat.

"Oh ini... Aku ikutan lomba nyanyi lagu daerah waktu SMP dulu."

"Waktu SMP? Kok mukanya sama?"

"Ya kan emang aku."

"Enggak, gaada perubahannya, kamu awet muda apa awet tua?"

Jennie hanya menggeleng dengan kekehan "minum dulu."

Kini mereka duduk berdampingan. "Kemarin gimana?"

Sean menelan teh dimulutnya sebelum berbicara "itu, Jisoo dipaksa gitu sama partner Chatt nya. Untuk aku belum pulang Yang."

"Jisoo nya gapapa."

"Gapapa. Yang kenapa-napa cowok itu nya, pingsan dijalan."

"Kok bisa pingsan?"

"Aku pukul."

Jennie menggeleng, mendengar cerita soal Jisoo adalah kesehariannya. Awalnya dia marah karena itu, tapi lama-lama dia terbiasa juga walau agak sedikit tak terima kekasihnya lebih mengutamakan perempuan lain, tapi apa boleh buat? Jika disuruh memilih juga Sean akan lebih memilih sahabatnya daripada dia, orang baru dihidupnya. Dan sialnya Jennie terlalu mencintai pemuda itu hingga akhirnya mau tak mau dia harus berdamai dengan keadaan, dan menerima Jisoo sebagai teman perempuan kekasihnya.

Temen masa gituWhere stories live. Discover now