Jichen || Child

2.7K 95 4
                                    

"Hiks maaf...."

Jisung senantiasa memeluk tubuh kecil istrinya, sejak pulang dari rumah sakit, tak henti henti nya Chenle mengucapkan maaf padanya.

"Jisung-ah, biarkan aku menggugurkan bayi ini ku mohon hiks"

Jisung menggeleng. "Dia berhak hidup sayang. Anak ini...." tangan Jisung membelai perut Chenle. "Anak ku..."

Chenle menggeleng namun Jisung memegang kedua pipi nya. "Anak kamu, anak aku. Stop berpikir untuk aborsi."

Chenle semakin meraung mendengar kalimat yang di bisikan Jisung padanya. Sungguh besar hati suami yang usia nya bahkan lebih muda beberapa bulan dari nya tersebut, betapa dewasa nya suaminya itu.

Pantaskah dirinya mendapatkan dan di cintai sebegini dalam nya oleh Jisung? setelah apa yang sudah ia lakukan?. Cinta Jisung terlalu berharga untuk nya yang hanya tak lebih rendah dari sampah. Kotor.

"Udah ya sayang? kamu makan dulu, abis itu minum susu sama vitamin"

Jisung menghapus lelehan air mata di pipi istrinya kemudian tersenyum kecil. Bohong jika hati nya tidak terluka, tapi ia tidak sebodoh dan sepicik itu untuk membunuh janin tak berdosa. Apalagi hadir nya karena sebuah kecelakaan.

"Mau makan di sini apa di ruang makan hm?"

"Aku nggak laper Jie, aku ngantuk. Mau tidur aja"

Jisung menahan Chenle yang akan berbaring. "Kandungan kamu lemah sayang, harus rajin minum susu sama vitamin. Kalau nggak mau makan, minum susu sama vitamin aja ya? atau mau siapin buah?"

Lihatlah bagaimana perhatiannya Jisung pada Chenle, apa tidak ingin menangis lagi Chenle?. Apa yang sudah di lakukan nya di kehidupan lalu hingga kini mendapatkan orang seperti Jisung?.

"Hei, jangan ngelamun dong!" tegur Jisung. Ia mencium lembut kedua mata Chenle dan kembali tersenyum hangat. "Aku bikinin susu nya ya? kamu tunggu di sini, boboan aja. Tapi jangan tidur! harus minum susu dulu. Biar dedek nya kuat dan sehat"

"Tapi aku mau dia mati Jie..." gumam Chenle.

Jisung menghela nafas panjang, sebaiknya ia segera membuat susu dan menyiapkan vitamin. Maka dengan usakan pelan di kepala Chenle menjadi tanda izin Jisung untuk keluar kamar serta meminta Chenle untuk patuh beristirahat.

Tak lama kemudian Jisung kembali dengan nampan berisi gelas susu serta beberapa pil vitamin dan obat penguat kandungan.

Dengan enggan Chenle mengambil sebutir obat yang di sodorkan Jisung kemudian meminum nya bersamaan dengan segelas susu hangat khusus ibu hamil hingga tandas. Jisung tersenyum puas, mengacak pelan rambut sang istri sebagai bentuk apresiasi.

"Istirahat ya! aku mau ke ruang kerja, ada kerjaan yang belum beres."

Chenle mengangguk patuh, tubuh nya pun terasa lemas dan kepala nya sedikit terasa pusing. Efek dari menangis mungkin.

Melihatmu istrinya sudah beristirahat dengan nyaman di kasur, Jisung melangkah keluar dari kamar. Dirinya tak bohong jika akan ke ruang kerja yang ada di rumah mereka, namun tidak dengan adanya pekerjaan yang belum terselesaikan.

Semua pekerjaannya beres, bahkan hari ini niat nya adalah cuti untuk mengurus Chenle yang sejak seminggu terakhir ini sakit, yang ternyata hamil. Karena itu ia menyelesaikan seluruh pekerjaannya, mewanti wanti agar tidak ada panggilan mendadak.

Menutup pintu kemudian jatuh terduduk di balik nya. Sosok jangkung itu kemudian menangis, mengeluarkan segala perasaan yang sejak tadi ia pendam.

Kejadian itu bukan salah istrinya, Jisung tau. Itu kelalaian nya, dalam menjaga sang istri. Sampai sampai hal mengerikan terjadi, bukan karena Chenle tak bisa menjaga dirinya, tapi bajingan itu bukan tandingan sang istri. Jisung sangat paham.

Dream OneshootWhere stories live. Discover now