Jichen || Child 2

1.7K 60 7
                                    

Ceklek

Yejun membuka pintu gudang dan segera menggendong tubuh lemas Yejun keluar dari sana. Ia tadi mengambil kesempatan saat Chenle mengantar Yeonjun ke sekolah, secepat mungkin ia mencari kunci gudang lalu menolong adik nya.

"Yujin bertahan oppa mohonnn"

Ia memasukkan Yujin ke mobil nya bagian belakang, hendak membawa sang adik ke rumah sakit. Andaikan sang papa pulang kemarin, mungkin Yujin tak harus semalaman berada di gudang tadi.

Sayang nya Jisung harus lembur di kantor, sampai pagi ini belum pulang. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, tak henti henti nya Yejun merapalkan doa untuk adik nya.

Demi tuhan, badan Yujin sangat dingin dan wajahnya sepucat mayat saat Yejun menggendong nya tadi. Belum luka luka yang terlihat baru dan mengerikan, serta darah yang mengalir dari hidung Yujin yang tak berhenti sejak tadi.

Sesampainya di rumah sakit, Yejun tanpa ba bi bu menggendong Yujin ke UGD sembari berteriak meminta pertolongan. Kalut, suasana rumah sakit pagi itu yang tadinya tenang berubah kacau dalam sedetik. Kondisi Yujin menghebohkan siapa saja yang melihat nya.

Mereka menatap prihatin serta kebingungan, bagaimana anak sekecil itu bisa mendapatkan luka separah itu?.

"Tolong adik saya! Dokter!! Suster!! tolong adik saya cepattt!!"

Sampai Yujin masuk ke ruang UGD dan di tangani oleh tim medis, Yejun tak henti henti nya menangis dan berdoa. Hati nya sangat takut, jantung nya tak berhenti berdetak kencang. Dari segala penyiksaan yang telah adik nya alami, rasanya ini yang terparah, karena Yujin sampai tak sadarkan diri.

"Maafin oppa Yujin-ah ... jeongmal mianhe... "

Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruang UGD, segera Yejun menyambutnya dengan pertanyaan.

"Bagaimana dok?"

"Pasien saat ini tengah dalam masa kritis nya, luka luar yang pasien alami lumayan parah sampai ada salah satu tulang kaki nya retak, darah yang terus keluar membuat pasien mengalami kekurangan darah, syukur nya stok darah di rumah sakit ini masih tersedia."

Mendengar penjelasan dokter, Yejun mengusak rambutnya kasar, adik nya merasakan sakit yang amat sangat dan ia tak bisa apa apa. Ini benar benar melukai hati nya.

Mama nya terlalu kejam kali ini, padahal Yujin nya... adik nya... tidak melakukan kesalahan.

"Lalu, tindakan apa yang harus di lakukan selanjutnya dok?" tanya Yejun.

"Sebelumnya maaf, apa anda tidak mengetahui jika adik anda menderita Leukimia tingkat lanjut??"

DEG!!

"Ma-maksud anda? adik saya... Yujin menderita Leukimia?? saat ini?" dokter menganggukkan kepalanya. Seketika Yejun merosot ke lantai dan meraung. "Adik saya gak mungkin terkena penyakit ganas itu dok!! GAK MUNGKIN!! ADIK SAYA GAK MUNGKIN hiks.... gak mungkin Yujinie...." Yejun memukul lantai keramik dengan keras juga dada nya yang terasa amat sesak mendengar kondisi sang adik yang jauh dari kata aman.

"Adik anda adalah pasien teman saya di rumah sakit ini, sudah 3 tahun ini, adik anda tadinya tidak mau menjalani perawatan apapun karena ia bingung biaya, katanya dia tidak di inginkan orang tua nya, jadi berpikiran lebih baik mati karena penyakit nya. Teman saya serta saya sendiri, juga beberapa dokter di rumah sakit ini membantu nya, menyemangati nya, akhirnya dia mau berobat. Namun sebatas berobat jalan, pengobatan lebih lanjut, dia keukeuh ingin seperti itu. Kami pun mengusahakan yang terbaik." Dokter menjeda cerita nya sejenak untuk menjajarkan tinggi nya dengan Yejun.

Dream OneshootWhere stories live. Discover now