"Loh, Haru kenapa nangis?"
Seorang pemuda bertubuh gembil dengan kacamata bulatnya berlari mendekati sang sahabat yang penampilannya sedikit acak-acakan. Berjongkok dengan melasnya di depan pagar sekolah. Wajahnya cemong-cemong oleh kapur tulis dan lumpur. Pakaiannya juga kusut.
Sebetulnya, tanpa dijelaskan pun, Jeongwoo sudah tahu Haruto kenapa dan diapakan.
Jeongwoo membantu Haruto berdiri, merapikan kemeja yang dipakai oleh bocah Jepang itu, lalu tersenyum pada Haruto. "Udah, Haru jangan nangis lagi. Besok biar aku bales mereka yang jahatin Haru. Jangan nangis, ya," cengirnya sambil mengusap bekas air mata di pipi tirus Haruto. Ia lantas mengambil sapu tangan dari dalam tasnya, mengelap dengan telaten kotoran yang menempel di wajah Haruto. Membersihkannya sampai benar-benar bersih karena takut nanti Haruto dimarahi oleh ibunya saat sampai di rumah dalam keadaan kacau.
Haruto membersit hidungnya, lalu mengangguk-angguk.
"Maaf tadi aku nggak bareng Haru. Jadinya Haru dijahatin mereka lagi," sesal Jeongwoo, lalu menggenggam erat tangan kiri Haruto. "Ayo kita pulang. Nanti mampir beli patbingsoo di pertigaan dulu," ajaknya.
Haruto menanggapinya dengan anggukan. "Iya, Jeongwoo."
Mereka lalu berjalan beriringan sambil bergandengan tangan. Tak jarang tangan mereka berayun teratur ke depan dan belakang dengan riangnya, seolah-olah melupakan apa yang baru saja terjadi pada Haruto.
"Jeongwoo!"
Si empunya nama tersentak ketika tiba-tiba seseorang berseru kuat kepadanya. Dalam keadaan sedikit linglung, Jeongwoo mengedarkan pandangannya ke bawah tribun, mendapati sang sahabat karib yang telah sempurna dengan busur dan anak panahnya.
Pemuda itu tertawa kecil. Posisi Jeongwoo yang berada di tribun bawah membuatnya bisa mendengar itu. "Ngelamunin apa, sih? Gue ajak ngobrol dari tadi nggak nyaut-nyaut," katanya.
Mendengar hal itu, Jeongwoo lantas meringis kecil. "Lagi pengen ngelamun aja," jawabnya setengah berdusta. Ah, bahkan seingatnya suara Haruto dulu begitu cempreng, apalagi saat mulai berteriak.
Nyatanya, si Park itu hanya merasa sedang dibawa ke masa lalu saat memperhatikan Haruto yang bersiap sebelumnya. Pemuda yang sekarang berdiri dengan gagah membawa alat perangnya itu adalah orang yang sama yang dulunya selalu menangis setelah dijahili oleh bocah-bocah nakal di sekolah dasar mereka hanya karena Haruto yang belum fasih berbahasa Korea karena baru pindah, juga karena tubuhnya yang kecil dan lemah. Juga orang yang sama yang selalu Jeongwoo hibur dan lindungi karena proporsi badannya memang lebih besar dan lebih tinggi dari Haruto.
Kini, setelah tahun demi tahun berlalu, Jeongwoo tak pernah menyangka kalau Haruto akan tumbuh sebanyak ini. Dia menjadi sosok yang tak pernah Jeongwoo bayangkan akan ada pada diri Haruto. Pemuda Watanabe itu sangat kalem, santai, dan tidak banyak tingkah. Dia juga menjadi orang yang disegani di sekolah sebab prestasinya sebagai atlet panahan kesayangan sekolah, plus wajah tampan dan tubuhnya yang tinggi. Saking hebatnya, Haruto mendapat julukan sebagai The Archer Prince karena kepiawaian dan karismanya yang melambung tinggi ketika sudah menjajak di medan panahan.
Watanabe Haruto seolah terlahir untuk menjadi seorang pemanah sejati.
"Gue udah selesai. Lo mau ikut pulang atau nungguin di sini?" canda Haruto, membuat Jeongwoo buru-buru berlari kecil menuruni tribun untuk menghampiri sang sahabat.

ESTÁS LEYENDO
Hajeongwoo Thing
FanficJust story of Haruto and his baby wolf, Jeongwoo. Hajeongwoo short stories (and one shot(s)) ❗❗Jangan salah lapak ya bestie🙏 ❗❗