Anu, haruto bakal balik kan ya? Make sure aja, masih trauma nih🙂
(+) Eh ternyata si adek ga ikutan di live juga yaa😭😭 baru tau aosnakbasjan
Bisa2nya ult biases ku pada ga hadir semua😭😭😭❗❗❗
Not BL, it's kinda bromance story kkk~
Hope u like it≧◡≦●
●
●Haruto menundukkan kepalanya, menatap datar pada pantulan dirinya di lantai keramik yang saat ini ia pijak. Orang-orang tak henti berlalu lalang di depannya, juga ada yang mengobrol dari sisi lain kursi tunggu yang ada di dekatnya.
Satu helaan napas panjang keluar dari bilah bibirnya yang terbuka kecil, melirik pada sang mama yang masih sibuk mengurus administrasi di depan sana. Telunjuk kirinya ia gunakan untuk menutup hidung, merasa mual dengan bau obat-obatan yang sebentar lagi akan terus menemani beberapa harinya ke depan.
"Ruto, ayo pergi. Mama sudah selesaikan semuanya." Wanita berusia empat puluhan datang tergesa menghampiri Haruto yang kini mengangkat kepala, menampilkan wajahnya yang sedikit pucat.
Kursi roda mulai didorong menjauh oleh sang mama, ditemani seorang perawat perempuan yang menjelaskan tentang beberapa hal yang tidak mau Haruto mengerti. Mata tajam Haruto lekat terus memandang ke depan, tidak lirik kanan kiri. Kepalanya sedikit pusing karena terus mencium aroma obat yang sangat dia benci, tapi itu juga yang bisa membuatnya tetap hidup.
Hingga mama berhenti mendorong kursi rodanya setelah berhenti di depan ruangan dengan nomor pintu tiga puluh tujuh, Haruto masih memasang wajah datarnya. Bahkan saat kini pintu digeser, membuatnya bisa melihat ada beberapa orang di dalam ruangan yang kini menatap ke arah mereka. Dia yang henci menjadi pusat perhatian segera mengalihkan wajah, sementara sang perawat mulai memberi tahu keluarga pasien lain di ruangan ini kalau dirinya akan menjadi penghuni baru.
"Halo, perkenalkan saya Ayako, dan ini putra saya satu-satunya, Haruto," kata mama memperkenalkan diri. Sebuah colekan diterima Haruto dari sang mama, membuatnya sedikit mendongak untuk menatap beliau. "Sapa mereka," bisiknya pada Haruto.
Haruto membuang napas kasar, lalu menatap sepasang orang tua dan satu anak remaja yang sepertinya lebih muda dari Haruto kini menaruh atensi padanya. Sekali lagi, pemuda itu mengembuskan napas, lalu menunduk sejenak untuk menyapa, setelahnya langsung melengos lagi.
Lagipula, bocah di brankar yang sedang diinfus itu tampak ketakutan melihat Haruto. Dia tidak mau membuat suasana semakin runyam dengan kedatangannya di hari pertama suldah membuat anak orang menangis hanya karena dirinya yang bertampang menakutkan.
"Ah, maafkan dia. Anaknya memang seperti ini. Dia sulit bergaul dengan orang lain." Ayako lagi-lagi berbicara untuk mengatasi kesalahpahaman yang mungkin terjadi.
"Tidak apa-apa. Remaja seusianya juga masih dalam masa pubertas. Kami tidak masalah." Suara si ibu menyahut dengan lembut.
Akhirnya, ranjang yang sebelumnya kosong di ruangan ini pun terisi oleh kedatangan Haruto. Tak banyak barang yang dibawa oleh sang mama, sebab ruangannya dibagi dua dengan pasien lain. Walau cukup luas, tapi mama sangat menjaga perasaan orang lain dan mudah sungkan. Berbeda jauh dengan Haruto yang blak-blakan dan omongannya suka menyakiti hati orang lain.
Biodata Watanabe Haruto berikut umur dan penyakit yang diderita telah tertempel di kaki brankar yang sebelumnya dipasang perawat. Pemuda itu hanya diam berbaring di sana, melihat pemandangan lewat jendela dari lantai tujuh belas ini, di saat mamanya sibuk memberi sapaan untuk tetangga mereka.

ESTÁS LEYENDO
Hajeongwoo Thing
FanficJust story of Haruto and his baby wolf, Jeongwoo. Hajeongwoo short stories (and one shot(s)) ❗❗Jangan salah lapak ya bestie🙏 ❗❗