13 | YANG SEBENARNYA

517 17 1
                                    

Halooooo lagiii

Penasaran sama Tara Gerland ya?

Simak bab ini untuk menemukan jawabannya!

Sebelumnya, jangan lupa votmen nya ya!!

Biar author makin semangat update hehe

Happy reading!!

___________________________________________

"Kenapa dis?" Tanya Zara yang melihat jika Gladis sedang terkejut.

Zara menghampiri Gladis dan melihat jika Gladis memegang dua batang coklat dan seperti ada selembar kertas yang mungkin itu surat.

"Tara Gerland?" Tanya Zara dengan mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti maksud isi suratnya.

"Kamu kenal dia dis?" Tanya Zara untuk kesekian kalinya. Ia penasaran siapa yang mengirimi ini pada Gladis.

"Mantan pacar aku, Zar." Jawab Gladis. Ia sangat kenal siapa Tara Gerland. Seperti yang dikatakan, Tara Gerland merupakan mantan pacar Gladis sejak dibangku akhir SMP.

Bisa dibilang sudah cukup lama berpacaran dengan Gladis. Alasannya putus, keduanya baru sadar jika beda agama.

Siapa yang akan rela meninggalkan keyakinannya hanya untuk cinta? Apalagi, keduanya masih di usia yang bisa dibilang labil.

"Dia pindah kesini?" Tanya Zara [ lagi ].

"Iya kayaknya, aku gak tau." Jawab Gladis tersenyum kecut. Sudah dipastikan, hatinya tak karuan. Bagaimana bisa ia yang sudah berusaha keras untuk melupakan masa lalunya, tetapi yang ia lupakan datang kembali.

"Gapapa dis. Kamu bakal bisa kalo udah terbiasa." Ucap Zara menenangkan. Ia tahu rasanya belum rela. Ia tahu rasanya berat melupakan.

"Ayo ganti baju, terus kita ke kantin." Ajak Zara setelah menepuk pundak Gladis pelan.

Gladis menurut, ia mengikuti Zara untuk mengganti bajunya lalu pergi ke kantin.

Sesampainya di kantin, Zara dan Gladis disambut hangat oleh inti GOLDRA. Semuanya merusuh.

"Mau makan apa?" Tanya Xiano berdiri setelah melihat Gladis menghampiri mejanya.

"Nanti aja, aku masih kenyang." Jawab Gladis lalu duduk disamping Xiano. Xiano kembali duduk setelah mendengar jawaban Gladis.

"Minum," ucap Xiano memberikan segelas jus mangga miliknya pada Gladis. Yang lainnya malah heboh. Melihat kebucinan ketuanya membuat iri.

"Mau jugaa" rengek Habib sambil memeluk lengan Reza. Reza yang risih akhirnya membalas dengan cubitan manja pada paha Habib.

"Ih, babang gak soswit ih." Ucap Habib seolah kesal. Padahal ia hanya bercanda, mengapa temannya menganggap itu serius? Tapi, jika serius juga tidak apa, batin Habib.

"Mulai stresnya nih, heran gue." Ucap Elios geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-temannya itu.

Sungguh, Habib sering sekali dikatakan lebay jika ada orang yang sedang bucin itu karena ia juga ingin membucin seperti temannya.

XIANO ALFIPTO [HIATUS]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon