No Regret. 12

1.3K 138 13
                                    

Tidur Sunoo terganggu ketika sebuah tangan merogoh mencari sesuatu di balik baju piyama nya, Sunoo terbangun dan hampir mendesah ketika Heeseung memainkan bulatan gundukannya. Pria itu dengan mudah membawa tubuh istrinya mendekat, menciumi tengkuk dan bahu Sunoo yang terlihat akibat kancing piyama yang entah sejak kapan terlepas. Tangan lain Heeseung mengusap perut buncit itu, terkekeh karena Ddeonu merespon Ayahnya di pagi buta.

"Tidur lagi sayang, masih jam setengah 6"

Sunoo mengerjap, merinding ketika mendengar suara khas baru bangun Heeseung. "Mas ga ke kantor?"

"Mas udah ambil cuti, sayang. Mas mau seharian di rumah sama adek"

"Awal banget, emang udah selesai urusannya"

Heeseung mendusel ke tengkuk Sunoo, meletakkan wajahnya diantara pipi dan bahu itu. "Sudah beres semua, mas pikir bakal butuh waktu yang lama. Berkat bantuan Papa juga"

Ini random, Heeseung kepikiran Jay yang kayaknya ga bakal leluasa dia sekarang. Dimana tangan Heeseung mulai menelisik hal intim lainnya, Jay pasti kesusahan karena shooting itu. Lalu bagaimana nasib dirinya jika dia dan Sunoo mulai shooting dengan bayi mereka.

"Sekarang ada shooting lagi?"

Sunoo menggeleng. "Shooting nya cuman rabu sama kamis"

Heeseung berhembus lega, setidaknya hari libur masih menjadi hari libur dan tanpa shooting. Heeseung mulai mengecupi Sunoo, memutar tubuh istrinya dengan perlahan. Menurunkan tubuhnya untuk menyusu, Sunoo menghela. Ini masalahnya, bagaimana jika Ddeonu sudah lahir. Apa ga rebutan sama Ayahnya.

Tapi kasian juga mas Hee yang jarang banget begituan sama Sunoo, apalagi sudah hamil besar gini. Hasratnya hanya bisa disalurkan lewat sentuhan intim biasa, sebenarnya Sunoo sedikit khawatir. Karena liat di sinetron tu keknya para suami bakalan ogah sama istri mereka pas lagi hamil, Sunoo juga kadang mendadak nangis karena lihat pantulan dirinya di cermin yang jelek banget.

Sunoo jadi terlihat gemukan, nafsu makannya meningkat sih akhir-akhir ini. Harus bisa balikin proporsi tubuhnya setelah lahiran, tapi tetap saja Heeseung bilang dia malah tambah seksi.

Seksi darimananya, Heeseung bilang dia suka pas lihat Sunoo sering pake baju kurang bahan pas hamil. Nafsu suaminya juga jadi lebih lebih pas Sunoo hamil, aneh tapi Sunoo mensyukuri hal itu.

Dia jadi teringat sesuatu.

"Mas besok kalo aku udah di rumah sakit, terus sama susternya mas di suruh stimulasi puting supaya cepat kontraksi mas mau ga?"

Heeseung menghentikan kegiatan nya. "Mau mau aja"

Sunoo tertawa. "Tapi itu di depan susternya langsung, di ajarin mas nya besok. Ga malu?"

"Ga lah, pd aja. Lagian ngapain di ajarin, mas handal gini"

"Deh si paling handal"

"Tapi kamu mengakui kan?" Alis itu naik turun menggoda Sunoo, tangannya tak luput meremas gundukan itu.

"Iya iya, urusan begitu mas paling bisa"

Heeseung senang, dia menyempurnakan posisinya. Menangkup wajah Sunoo untuk dia pandangi, pipi berisi itu kenyal dia toel toel. Makin lama makin gemes sama istrinya, dia ga tau aja kalau Sunoo juga sekarang lagi gemas sama Heeseung. Mata bambi yang membulat sempurna itu terlihat penuh binar, Sunoo mengecup pucuk hidung Heeseung sekilas.

"Mas, aku masak ya" Ijin nya.

Heeseung menggeleng. "Ga boleh"

"Ih ayolah, sekali aja"

"No, mas ga mau kamu repot sayang" Heeseung meraih pergelangan tangan Sunoo dan menunjukkan bekas luka kecil di jari telunjuknya. "Nih lihat, mas ga mau ada luka lain lagi"

 ɴᴏ ʀᴇɢʀᴇᴛ (ʜᴇᴇsᴜɴ) √Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin