1. Kehidupan Lama

150 8 0
                                    

Happy reading 🌻

Alysa tampak duduk di ruangannya, memandang langit jogja yang sore ini tengah di guyur hujan lebat, sesekali Alysa mengesap coklat hangat di tangannya. Coklat hangat yang di teguk mengalir dari tenggorokan tampak menghangatkan badannya.

Wanita itu hanya melihat hujan tersebut dengan tatapan kosong, entahlah Alysa tidak lagi menyukai hujan sekarang. Jika dulu hujan bisa membuatnya melupakan masalah beberapa saat, namun kini hujan membuatnya kembali memutar memori-memori masalah yang ada di kepalanya, ditambah lagi udara saat hujan turun berubah menjadi dingin yang menusuk kulitnya, suasana tersebut membuat hidup Alysa seolah kian menyepi.

Tok
tok

Suara seseorang mengetuk pintu ruangannya membuat Alysa mengalihkan atensinya dari jendela. Alysa memutar kan kembali kursinya ke arah pintu.

"Masuk," Ucap Alysa sembari menunggu siapa yang mengetuk ruangannya.

Pintu terbuka secara paksa, memperihatkan keempat manusia yang kini tampak berdiri di bingkai pintu. "SURPRICE," Ucap Neysya heboh. Ternyata keempat sahabatnya kini datang mengunjunginya.

"Berisik lo," Ucap Nadila yang lansung berjalan masuk terlebih dulu.

Alysa terkekeh menyambut kehadiran sahabatnya yang datang dengan heboh. Dirinya awalnya mengira para staff di cafenya yang ingin bertemu dengannya.

"Gue kirain siapa," Ucap Alysa sembari memutar kursi kearah sofa yang tersedia di ruangannya.

Mata Alana memicing curiga. "Emang lo kirain siapa? Lo ngutang ke rentenir jangan-jangan?" Tanya Alana curiga.

Alysa terbelalak kaget mendengar pertanyaan Alana, dirinya masih cukup waras untuk tidak meminjam uang ke rentenir. "Sembarang tu mulut lo,"

"Lagi ngapain lo?" Tanya Dinda tampak mengintip isi komputer Alysa sekilas.

"Nari saman. Ya kerja," Ucap Alysa kesal menanggapi basa-basi sahabatnya tersebut.

"Gue laper, lo gak nawarin makan?" Tanya Dinda kesal, pasalnya sejak tadi dirinya sudah keroncongan.

Alysa geleng-geleng kepala dengan kelakuan Dinda yang tidak sabar, bahkan mereka baru saja menginjakkan kaki di ruangannya. Alysa menggeser sedikit kursinya dan menggapai telepon yang berada di dekatnya. "Tolong ke ruangan gue sekarang ya,"

Tok
Tok

"Iya masuk,"

Bersamaan dengan petintah masuk dari Alysa, Pintu terbuka memperlihatkan Pandu dibaliknya dengan buku menu dan buku yang ada di tangannya.

Alysa menyerngit, seingatnya tadi dirinya lupa mengatakan untuk membawa buku menu."Kok lo tau?"

Pandu menyerngit heran dengan arah pembicaraan Alysa."Tau apa?"

"Kita mau pesen,"

"Insting," Ucap Pandu asal. Alysa hanya terkekeh kecil mendengar celetukan pandu.

Pandu melangkah lebih dekat, memberikan buku menu dan bersiap mencatat buku pesanan. Dinda lansung mengambil buku tersebut tanpa menunggu lama, membuka halaman demi halaman yang ada.

"Gue mau nasi goreng kambing 1, orange jus 1,"

"Lo mau apa?" Tanya Dinda melirik kearah Alana.

"Terserah aja gue," Jawab Alana santai.

"Mulai sekarang yang jawab terserah gue sumpahin lubang idungnya tiga,"

Alana memutar bola matanya malas, mengambil buku menu di depannya, melihat lembar demi lembar nama makanan hingga perhatiannya teralihkan pada sphagetti. Alana menutup buku menu dan beralih menatap Pandu, berniat untuk memesan, seketika Alana tertegun dengan pria yang kini berdiri di depannya.

Alysa (On Going)рдЬрд╣рд╛рдБ рдХрд╣рд╛рдирд┐рдпрд╛рдБ рд░рд╣рддреА рд╣реИрдВред рдЕрднреА рдЦреЛрдЬреЗрдВ