2. Pelanggan setia

58 7 1
                                    

Happy reading 🌻

Setelah seminggu melepas rindu dengan mengeliling berbagai tempat wisata di jogja bersama sahabatnya Alysa akhirnya kembali ke kegiatannya seperti biasa. Menjaga cafe.

Langkah-langkah yang memenuhi suasana cafe, suara mesin kopi, suara detingan sendok yang mengaduk minuman mereka. Alysa suka itu, menenangkan isi kepalanya.

Sarah menoleh ke samping, melihat Alysa yang keluar dari ruangannya."Mau kemana al?"

Alysa menggeleng, mengedarkan pandangannya ke seluruh cafe, ternyata hari ini cukup ramai. "Enggak, gue bosen aja,"

Langkah Alysa berhenti di samping kasir, mengundang Sarah menatapnya heran."Sar, lo kerjain yang lain aja. Gue mau jaga kasir,"

"Eh jangan al, lo duduk aja di dalem," Jujur saja ketika Alysa meminta menggantikannya di kasir, ada rasa tidak enak di hatinya. Bagaimana pun wanita itu tetap atasannya.

"Pantat gue bisa rata kalo gue duduk mulu," Sarah menghela nafasnya dan berjalan ke belakang untuk membantu Pandu.

Alysa kini berdiri di meja kasir, menunggu pelanggan yang akan datang. Alysa memang sering menggantikan Sarah menjaga meja kasir saat dirinya bosan atau memiliki waktu luang, baginya hal tersebut mengingatkannya saat awal membuka usaha, dimana hanya dirinya seorang yang mengerjakan segalanya. Masa itu kadang sedikit menyedihkan jika diingat, tapi juga mengingatkannya akan usaha dimasa lalu.

Ditengah lamunannya Alysa mendengar suara pintu terbuka yang menyadarkan lamunannya.

"Iyaa selamat datang," Alysa sembari melirik sekilas laki-laki dengan kaus polo hitam di tambah dengan topi warna senada. Itu yang pertama kali ditangkap dari lirikan sekilasnya.

Alysa kembali mengalihkan perhatiannya ke mesin kasir di hadapannya. "Bisa dibantu pesanannya mas?" Tanya Alysa ramah. Bersiap mengetik pesanan dari pelanggan tersebut.

"Ice vanila latte 1," Jawab Pelanggan tersebut dengan suara beratnya.

"Baik, ada lagi?"

"Itu aja," Ucap pelanggan tersebut yang diangguki Alysa.

"38.900. Mau pembayaran melalui apa?"

"Cash,"

Tangan Alysa terulur mangambil uang dari pelanggannya tersebut, tanpa sengaja mata keduanya bertabrakan.
Retina coklat tua, alis tebal, hidung berdiri kokoh, rambutnya hitam sedikit bergelombang. Mata Alysa beralih meneiliti wajah tersebut, wajah yang tampak tidak asing di matanya.

"Rakha?" Alysa memastikan. Rakha yang tengah menatap kearah dompetnya, mendongak. Menatap kearah seseorang yang memangil namanya.

Rakha mengerjapkan matanya,  berdehem sembari memutuskan kontak mata keduanya. "Ini cafe lo?" Tanya Rakha, Alysa tersenyum tipis sembari mengangguk.

Mata Rakha tanpa meneliti wajah Alysa. Tidak banyak yang berubah dari wanita itu, rambutnya masih pendek tapi kini berwarna biru tua, pipinya yang tirus, bola matanya yang hitam dan kelopak matanya yang sipit.

Menyadari Alysa belum mengambil uang di tangannya, Rakha menyodorkan kembali uang yang di pegangnya.

Alysa menggeleng, menolak uang pemberian Rakha."Gue traktir,"

"Gak, gue gak mau. Usaha temen itu di bantu bukan di porotin," Ucap Rakha dengan raut datarnya.

Mendengar hal tersebut membuat Alysa terkekeh kecil. "Okey okey," Alysa  mengambil uang yang diberikan Rakha tadi.

"Lo duduk aja,ntar gue anterin,"Rakha mengangguk dan melangkah menuju salah satu meja yang menghadap ke jalanan.

Sambil menunggu kopinya Rakha tampak menikmati suasana jalanan jogja dengan beberapa mobil melewati jalanan, matahari sore yang mulai menuju ke arah barat, ditambah suasana caffe milik Alysa yang tampak tenang dengan nuansa putih dan coklat. Suasana yang pas untuk menikmati sore atau melepas penat.

Alysa (On Going)Where stories live. Discover now