12. Mission

33 0 0
                                    

Happy reading 🌻

Sinar matahari perlahan masuk dari celah-celah ventilasi, merambat menerangi seisi rumah. Sesuai rencana yang mereka bicarakan hari ini, menjadi rapuh dan takut.

Sejak pukul 8 pagi Alysa sudah bangun untuk memulai aksinya, bahkan untuk mendukung aksinya, Alysa hanya mencepol rambutnya asal dan tanpa make up, membuatnya terlihat sangat pucat.

"Moliiiiiiiiiiiiii,"

Sejak tadi Alysa menangis tersedu-sedu di depan gundukan tanah yang hanya berukuran satu telapak tangan, dimana moli dikubur kemarin sore. Rakha berdiri tepat di belakang Alysa menatap wanita itu aneh, Alysa terlihat seperti orang gila dimatanya sekarang.

"Lo ngapain?"

Tidak ada jawaban yang diberikan Alysa, wanita itu masih terus menangisi kepergian Moli. Alysa masih sedikit merasa sedih, tapi yang penting harus dilakukannya sekarang ada menangkap Zidan.

Alysa melirik pria yang menatap datar di belakangnya, eskpresi yang dikeluarkan Rakha justru berbanding terbalik dengan ekspresinya dan kesepatakan mereka semalam. Rakha memang sulit diajak bekerja sama.

"Kita hari ini lagi acting terpuruk, kenapa muka lo biasa aja?"

"Itu bukan terpuruk, tapi orang gila,"

"Really?" Alysa lansung bangkit dari posisinya, membersihkan sisa tanah yang masih menyatu di lututnya.

Masih setia dengan air mata buatannya Alysa berjalan ke arah mobilnya untuk berangkat ke cafe dengan sedikit acting terseok-seok yang dibuatnya. Rakha hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan aneh Alysa.

Langkah Rakha mengikuti kemana Alysa pergi."Mau kemana? Gue ikut," Tanya Rakha ikut naik ke dalam mobil Alysa di kursi penumpang.

Alysa menatap heran ke arah Rakha, pria itu layaknya orang yang tidak memiliki perkerjaan. "Lo beneran pilot apa penganguran sih?" Rakha hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban.

Mobil Alysa mulai mundur perlahan. Rakha kembali mengingat bagaimana Alysa menyetir. Dirinya tidak ingin menggadaikan kembali nyawanya hari ini.

"Biar gue aja yang nyetir,"  Rakha tidak ingin jika dirinya akan mengalami serangan jantung jika Alysa yang kembali menyetir.

Mendengar tawaran Rakha membuat Alysa sedikit bingung tapi tertarik, kebetulan dirinya sedang dalam mode malas menyetir. "Lo?"

Mereka keluar dari mobil dan bertukar posisi, menjadi Rakha yang menyetir dan Alysa yang duduk sebagai penumpang.

Sepanjang perjalanan Alysa hanya mengotak-atik ponselnya untuk sekedar mengecek sosial media, berbicara dengan makhluk kutub di sebelahnya pun adalah hal yang sia-sia. Tapi ada satu hal yang membuat Alysa penasaran, Rakha tidak menyebutkan apa yang dikirim Zidan padanya sejak semalam.

"Btw lo dikirim apa sama Zidan kemarin?"

Mata Rakha melirik Alysa sekilas, dirinya tidak ingin membahas hal itu. Cukup dirinya saja yang tau.

"Gak perlu tau,"

Alysa mencebikkan bibirnya kesal. "Dasar sok misterius,"

Hari ini Rakha merasa penampilan Alysa tidak seperti biasanya, bahkan terbilang sedikit mengerikan. Rakha kembali melirik ke samping memastilan apa yang dilihatnya tidak salah."Lo gak mandi?"

Alysa menatap Rakha tajam, sejak tadi keadaan tenang di mobil, kini Rakha mengubahnya menjadi situasi menyebalkan."Enak aja, gue udah mandi kembang 7 rupa ya asal lo tau,"

"Ngaca. Rambut lo kaya kunti," mata Alysa terbelalak saat Rakha mengatakan hal jujur itu, awalnya dirinya merasa penampilannya tidak semengerikan itu.

Tangan Alysa mengambil kaca yang berada di tasnya, ternyata apa yang dikatakan Rakha benar. Alih-alih terlihat terpuruk, dirinya justru terlihat layaknya belum mandi sekarang. Tidak ingin menakuti pelanggan di cafenya, Alysa lansung mengambil sisir di dalam tasnya, menyisir rambutnya hingga rapi, mengikatnya kembali, dan yang terakhir Alysa kembali memoles bibirnya dengan lipstik agar tidak pucat lagi.

Alysa (On Going)Onde histórias criam vida. Descubra agora