9. Comeback

34 2 1
                                    

Happy reading 🌻
Malam ini suasana berganti menjadi menegangkan, mendengar kabar Zidan kabur dari penjara membuat mereka semua gelisah. Setelah berdiskusi panjang, mereka memilih untuk berkumpul, menyatukan kekuatan untuk saling melindungi, itu jauh lebih baik. Tidak lupa mereka membawa keluarga kecilnya untuk berlindung bersama, Zidan pasti tidak hanya mengincar anggota Devigos, mereka juga pasti mengincar orang terdekat.

Diga selaku pencipta dan mantan ketua Devigos dulu, tidak lupa mengabarkan pada seluruh anggotanya yang kini berada di berbagai kota untuk saling berkumpul di tempat terdekat sesama anggota Devigos.

Perlahan Diga yang masih menggunakan setelan kantornya, mengendurkan dasi yang mendadak membuatnya terasa tercekik.

"Malam ini lebih baik kita kumpul bareng. Keamanan di rumah gue bisa di pastiin aman. Dan soal keluarga kalian yang sekarang lagi diluar kota, gue juga pastiin mereka aman," Semuanya menganguk setuju dengan saran Diga. Mereka juga harus mencari informasi tentang cara Zidan bisa lolos.

Penjagaan di rumah Diga sudah di ketatkan 2 kali lipat dari biasanya, tapi rasanya itu masih kurang. Sebuah ide terlintas di kepalanya, lebih baik mereka juga ikut berjaga. "Kita bisa gantian buat jaga. Gue bisa jaga dari sekarang sampe jam 12. Leo jaga dari jam 12 ke jam 2, Gavin dari jam 2 ke 4, dan Galang jam 4 ke 5, deal?"

"Lo bukannya besok ada meeting pagi Ga?" Gavin sedikit khawatir, pasalnya besok Diga harus meeting pagi, tapi malamnya pria itu harus di hebohkan dengan Zidan.

Diga mengangguk mengiyakan, namun ini situasi darurat, bagaimana pun jika menyangkut soal Devigos itu adalah tanggung jawabnya. "Gue masih bisa tidur 5 jam. Itu cukup,"

Mereka meringis mendengar jika Diga masih harus bangun di pagi hari esok setelah berjaga malam ini.

Sejak tadi Diga hanya membagikan tugas untuk para pria, namun Neysya bingung. Kenapa dirinya tidak mendapat bagian."Terus kita pada ngapain?"

Nadila menyikut siku Neysya pelan. "Lo diem aja anjir. Emang lo mau ngeronda?"

Gavin terkekeh, pertanyaan Neysya cukup lucu menururnya. Di gedongannya masih ada Afkar. Bocah dua tahun itu tampak tertidur pulas, tentu berjaga akan membuatnya semakin repot. "Malem ini tugas kamu jaga Afkar beb. Sift aku jaga Afkar malem, udah dituker sama ini,"

Mata Neysya mendelik tajam, Gavin selalu punya 1001 alasan untuk menghindar jika harus terbangun karena putranya di malam hari. "Dasar alesan,"

Ponsel Galang berdeting, notifikasi muncul diatas. Pesan dari nomor yang tidak di kenalnya. Galang tidak menaruh kecurigaan apapun, membuka pesan tersebut dengan santai. Isi dari pesan itu ternyata bukan kabar baik.

"Basecamp hancur,"

Semuanya terkejut mendengar kabar itu. Baru saja mendapat kabar Zidan kabur, pria itu sudah memulai aksinya.

Tangan Diga terulur mengambil ponsel Galang, ingin melihat dengan pasti. Ponsel Galang memperlihatkan vidio dimana basecamp mereka dulu kini hancur lebur. Gengaman Diga di ponsel milik Galang kian mengeras, rahangnya mulai mengetat, tangan satunya terkepal kuat. Diga kira permasalah Devigos dan Ralax sudah selesai sejak 7 tahun yang lalu. Tapi Zidan hanya berpura-pura memendamnya selama ini.

Perubahan ekpresi Diga mengundang Leo dan lainnya untuk celingukan ke ponsel milik Galang. Ikut melihat vidio yang memperlihatkan kondisi basecamp.

"Si anying. Gue baru kemarin nyewa orang bebersih juga," Ucap Leo kesal."Pake duit Rakha sih. Ya tapi kan gue juga ada kontribusi,"

Dinda memutar bola matanya malas. Leo mengatakan seolah pria itu melakukan hal yang besar. "Kontribusi lo cuma prorotin Rakha," Leo menjulurkan lidahnya, tidak perduli dengan komentar Dinda.

Alysa (On Going)Where stories live. Discover now