4.

196 21 1
                                    

Chapter 4

"Gue dan Alhaitham sepakat untuk membuka lagi kasus ini. Keluarkan semua berkas yang ada."

"Siap, Pak!"

Hari Minggu itu sungguh merepotkan bagi Alhaitham. Si abu akhirnya setuju untuk membuka kembali kasus yang selama tiga tahun ini tak terpecahkan. Kantor semakin sibuk karena kasus itu. Kebanyakan dari mereka mencoba mencari informasi lain yang mungkin terlewat, data-data apa saja yang ada, semuanya mereka usahakan demi mendapat satu saja informasi yang pastinya sangat akan membantu.

Alhaitham bersama seorang gadis bersurai tosca, Faruzan namanya, berjalan-jalan disekitar Port Ormos siang hari itu. Dia dan seniornya itu mencoba untuk mereka ulang kejadian, memeriksa titik titik di mana mayat atau potongan tubuh itu ditemukan. Ada yang berada di pinggir jalan, di kapal, bahkan sampai ada yang mengambang begitu saja diatas air dengan diikat tali.

"Pelakunya pasti sengaja mengikat mayat itu supaya siapapun bisa menemukannya. Dia betulan mau menantang polisi, dasar narsis. Kalau niatnya kabur pasti mayat ini gak mungkin diikat, pasti dibuang kalau bisa ditengah laut, ditenggelamkan dengan batu, atau dibiarkan mengambang sampai ke laut." Gumam Alhaitham setelah memeriksa seluruh tempat di mana mayat itu ditemukan.

"Menurut data tiga tahun lalu, orang pertama yang menemukan mayat atau potongan tubuh korban juga betulan acak dan juga warga lokal, jadi kepolisian juga gak bisa menentukan tersangka" Sahut Faruzan.

"—Kalau menurut gue, tragedi ini merobek hati warga setempat terutama warga Port Ormos dan Sumeru City. Banyak korban dari dua tempat penting di Sumeru ini, setidaknya dua per tiga. Itu membuat kita juga kewalahan buat cari informasi, warga pada gak mau ditanyain..." Lanjutnya.

"Gue yakin tujuan pembunuhan pelakunya itu menyebar teror, apalagi dia membunuh gak ada pola sama sekali, dari warga biasa sampai Pak Azar, rektor akademia. Berkat itu, nama kepolisian jadi jelek karena selama tiga tahun kebelakang kepolisian hanya bisa diam."

"Lo bener."

"Seengaknya kita harus yakinkan warga supaya bisa diwawancarai."

"Hahhh... Otak gue betulan mampet, Tham." Ujar Faruzan sambil mengesah pasrah, masih berjalan bersama Alhaitham disebelahnya, membelah keramaian warga Port Ormos yang menatap tajam pada mereka, menatap tak suka pada kepolisian, sebegitu buruknya nama kepolisian di tempat itu terlebih mereka membawa berkas soal tragedi tiga tahun yang lalu.

"Uwah, ngeri banget orang-orang di sini," Sambungnya sambil mengamati gerak gerik mata warga setempat yang sama sekali tak mengenakkan, ada yang menatap mereka tajam, ada juga yang berbisik-bisik satu sama lain.

"Gue ada ide."

...

"JANGAN GILA! Cuma perkara pembunuhan berseri kamu mau korbanin diri??!"

"Jangan bilang 'cuma', Kak, ini demi semuanya." Jelas Alhaitham di meja makan saat mendengar tunangannya itu marah besar dikarenakan dirinya menjelaskan rencana kepolisian yang sangat beresiko itu.

"Akhir-akhir ini kamu selalu balik malem, selalu skip dinner, selalu sibuk. Kamu gak perhatian sama kesehatanmu sendiri, Alhaitham." Ujar Kaveh serius sembari menghela nafasnya, memijit keningnya yang pusing. Kepalanya masih panas mendengar Alhaitham, tunangannya itu mau mengorbankan diri demi misi yang tak terpecahkan, sungguh beresiko.

Alhaitham paham betul bahwa tunangannya itu terlampau mencintainya, Kaveh hanya tak ingin dia terluka, Alhaitham tahu itu, tapi semua yang ia lakukan itu demi mewujudkan ambisinya, mencari siapa dalang dibalik pembunuhan berseri selama tiga tahun terakhir ini.

Si abu arahkan tangan kanannya bertemu dengan tangan bercincin milik Kaveh, mengelusnya perlahan, berusaha membuat sang terkasih sedikit lebih tenang. Si pirang pun membalas tatapan lembut Alhaitham, tatapan yang tak pernah Alhaitham berikan pada siapapun kecuali Kaveh.

Kaveh x Alhaitham Fanficiton; The Quite CarnageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang