6.

157 21 0
                                    

Chapter 6

"Direktur! Hari ini ditemukan mayat lagi di Sumeru City. P-Polanya betulan seperti kejadian dua tahun yang lalu, bedanya organ dalam yang diambil hanya hatinya saja."

Mata Cyno membulat saat mendengar laporan dari gadis bersurai pink, inspektur bawahannya yang belum lama ini juga bergabung ke dalam divisi kriminalistik di kepolisian. Sontak ia membaca laporan yang si gadis bawakan itu dan memeriksa profil korbannya dengan cepat, membukanya dengan kacau. Pagi itu pikirannya sudah kemana kemana, terlebih semalam rencana Alhaitham soal negosiasi itu tidak berjalan lancar, malah harus mengorbankan satu bawahannya yang ia percayai itu sebagai rencana kedua.

"Direktur Cyno, ini hasil forensik—"

"SIRAJ! UNTUNG LO GAK KENAPA KENAPA!!"

"EH?!"

Siraj yang barusan masuk ke dalam kantor Cyno tiba-tiba dikagetkan oleh seruan sang direktur, sedangkan Cyno memandangi lelaki itu dari atas hingga bawah tubuhnya dengan seksama, membuat beban tubuh dan pikiran Cyno sendiri rasanya lepas terbawa angin. Ia lalu menerima berkas yang Siraj bilang hasil forensik, membukanya perlahan—tak sekacau tadi, dan membacanya dengan seksama.

"Untung lo gak apa, Siraj, tapi ini..."

Cyno menghela nafasnya sekali lagi karena dirinya mendapati Siraj tak sedikitpun tergores, lantas ia kembali memandangi berkas yang diberi Siraj dan inspektur bawahannya itu, menatap lembaran kertas itu dengan mata yang redup, membacanya dengan berkali kali. Tak ia sangka bahwa rencana Alhaitahm yang berbahaya itu akan berdampak sebegini jauhnya. Pembunuhan terjadi lagi dan kali ini dengan pola yang sama, organ hati sang korban pun diambil, kejam sekali.

Fakta yang menyeramkan adalah malam itu juga sang iblis sudah terbangun dari tidurnya.

Alhaitham... Lo...

"Cyno, gue udah periksa TKP. Semuanya bersih seperti laporan dua tahun lalu. Gak ada saksi, semua titik kamera CCTV jalanan juga behasil dilewati, seolah pembunuhnya tau titik buta kamera—" Ujar seorang lain memasuki ruangan Cyno yang sudah lumayan ricuh.

"ALHAITHAM!!"

"Ya?"

"DUGAAN LO BENER ANJINGG! PEMBUNUHNYA BALES PESAN NEGOSIASI KITA PAKE NGEBUNUH ORANG LAIN!!"

"Oh, iya ya."

"AHHH!! Ini emang gila! Pembunuhnya gila! Kita betulan kayak korbanin warga sendiri anjingg! Coba kalo warga tau, bisa dirujak kita!"

"Ah, soal itu warga memang sudah tahu karna kan yang pertama, gak ada yang tahu bahwa dalam setahun ini si iblis itu tertidur, dan kedua, perkara siaran Siraj bikin nama kepolisian jadi tambah jelek..." Jelas gadis itu.

"AARGHHH!!" Seru Cyno menggema di ruangan itu sambil mengacak acak rambutnya kasar. Ia harus siap menghadiri konfrensi pers dengan dihujani ribuan pertanyaan setelah ini.

"Udahlah. Bisa kita simpulkan juga kalau si pembunuh itu masih hidup, itu satu. Dua, dia memang ada niat buat bunuh. Tiga, mau gak mau, kita harus buat anggota kepolisian jadi target selanjutnya supaya kita bisa pasang pelacak. Cuma itu ide dari otak gue yang berhasil gue peras, selebihnya gue gak tau. Pembunuhan warga lokal ada diluar dugaan gue. Ternyata dia memang serandom itu padahal udah kita pancing."

Sial, ketinggalan selangkah, kah..., Batin Alhaitham sembari mengepalkan tangannya, kecewa berat terlebih harus mengorbankan satu warga Sumeru yang tak bersalah.

"Hahh... Setahun lo gabung di sini, ini ide tergilamu, Tham."

"Iya, gue sadari itu. Gue juga harus diskusiin ini ke atasan."

"Oke. Gue percaya sama lo. Ikut meeting nanti malam. Siraj juga." Alhaitham mengangguk mendengar itu, sedangkan Siraj di sebelahnya langsung kaku, menyadari bahwa dialah umpan selanjutnya terlebih Siraj sendiri cukup kaget karena banyaknya rekan kerjanya yang menemani dirinya semalam.

"Oh ya, buat Siraj, lo harus tetep pertahanin kewaspadaan lo."

"S-Siap!"

Setelah memberikan semua berkas yang sudah Alhaitham susun tadi, si abu keluar dari ruangan Cyno masih dengan perasaan kecewa yang bersarang di dadanya. Hari itu sungguh kacau baginya. Pagi tadi ia belum sempat berbaikan dengan Kaveh—pertunangannya dengan Kaveh sedikit membuka hati nurani Alhaitham, ini serius. Hal itu membuat pikiran Alhaitham ikutan kacau bahkan sedikit tak bisa konsentrasi disaat penyelidikan tadi pagi.

Ia merasa sangat bersalah kepada calon suaminya itu. Bisa ia lihat bekas air mata yang masih membekas di pipi Kaveh tadi pagi, lalu kue yang hancur berantakan serta beberapa masakan yang Alhaitham yakini itu masakan Kaveh pun juga ikut berantakan. Hanya ada satu masakan yang masih utuh di sana, meat stew kesukaannya yang ia habiskan untuk sarapan di jam lima pagi sebab ada panggilan dari kantornya yang mendadak menemukan mayat di jalanan Sumeru City.

Hati Alhaitham—yang sudah tumbuh itu—serasa nyeri, ia tahu bahwa semalam adalah malam ulangtahunnya, Kaveh ingin menyambutnya dengan kejutan dan mengucapkan selamat ulangtahun untuk pertamakalinya di tengah malam—walau tidak semua teman Alhaitham tahu tanggal lahirnya, karena seperti itulah rutinitas mereka. Ia betulan berhutang seribu maaf pada calon suaminya itu terlebih perkataannya sungguh keterlaluan.

"Beli dog food buat Mehrak aja kali ya?" Monolog Alhaitham masih memikirkan Kaveh dan peliharaan kesayangannya, Mehrak, sambil berjalan menyusuri lorong kantornya yang lumayan ramai karena kejadian tadi pagi.

"Kalo cuma buat Mehrak nanti Kaveh marah lagi..." Gumamnya sambil tersenyum membuat beberapa rekan kerja Alhaitham yang berpapasan dengannya sedikit terkejut—ternyata orang se kaku Alhaitham bisa senyum juga, cantik pula senyumannya.

"Buku? Gantungan kunci? Alat gambar? Kue? Makanan manis? Apa ya..."

Kaveh x Alhaitham Fanficiton; The Quite CarnageDonde viven las historias. Descúbrelo ahora