Part 23

1.2K 181 29
                                    

Jika satu kantor membicarakan soal usia dan kecantikan istri atasan mereka, maka Jenni adalah satu-satunya orang di kantor itu yang menatap kesal dan marah pada layar laptopnya yang menampilkan berita press conference tersebut.

Awal melihat tayangan itu dan pernyataan dari Fred Conor, Jenni yakin jika yang dia pikirkan memang benar, merasa dia telah menemukan jawabannya tetapi saat mendengar pernyataan Patrick, jawaban itu terlihat tidak sesuai. Ditambah lagi dengan sikap Patrick pada istrinya, puncaknya dengan pernyataan Patrick yang memberi ancaman terselubung buat media yang mungkin akan menambahkan bumbu pada berita mereka.

Patrcik yang dia kenal tidak pernah bertindak seromantis itu pada wanita, bahkan secara terang-terangan mengeluarkan ancaman untuk membela wanita, tapi tentu saja dia tidak pernah mendengar atau melihatnya karena menurutnya Patrick tidak pernah dekat dengan wanita kecuali dirinya. Dan Patrick tidak pernah melakukan itu padanya, apakah yang diberitakan jika Patrick sangat mencintai istrinya itu memang benar?

Tapi tetap saja hati kecil Jenni tidak bisa menerima, dia sangat yakin jika penampilan yang ada dihadapannya hanya drama yang memang ingin ditampilkan. Pemikiran itu membuat alasan Patrick mengeluarkan ancaman pada akhir pernyataannya menjadi beralasan.

Jenni menutup lama berita yang semakin lama semakin membuatnya kesal, dia tidak bisa dibohongi. Dia mengenal Patrick dan akhir minggu ini dia akan bertemu secara langsung dengan istri pria yang dicintainya, dia ingin melihat dan menilai sendiri, tentu saja untuk membuktikan jika dugaannya benar sehingga dia bisa mencari cara untuk menolong Patrick terbebas dari wanita muda tidak bercermin melihat apakah pantas mendampingi Patrick.

***

Diana masuk ke dalam kamarnya, tepatnya kamar Pras yang berada di rumah orangtuanya. Saat pertama kali melihat dan masuk ke rumah itu, dia berdecak dan berbisik pada Pras jika dia kuatir tersasar di dalamnya. Untung saja hal itu tidak terjadi, atau lebih tepatnya ada banyak pelayan yang bisa dia temui untuk ditanyai atau bersedia mengantarkannya.

Diana melangkah ke ruangan lain di dalam ruang kamarnya, bukannya mengetuk, dia mengintip.

"Sudah kembali? Mengapa mengintip di sana?"

"Takut mengganggumu." Jawab Diana, dia sudah mulai membiasakan memanggil Pras dengan sebutan kamu.

Pras melambai dari balik meja kerjanya meminta Diana mendekat, "Ada apa? Capek?" Tanya Pras.

Diana menggeleng sambil mendekat, "Boleh tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Mengapa tadi pagi waktu press conference mas Pras menciumku di depan mereka semua?"

"Karena aku bahagia dan ingin mereka tahu jika hubungan kita tidak seperti yang mereka pikirkan."

"Tapi mas Pras, mengapa juga mengancam mereka?"

"Karena membumbui sebuah cerita adalah keahlian mereka, bumbu yang akan mengubah rasa sebenarnya atau bahkan menghilangkan rasa yang sebenarnya."

Diana diam, sepanjang hari mami dan Dani terus memujinya, dia sendiri tidak tahu mengapa dia mendapat pujian karena apa yang dia katakan memang benar dan baginya bukan sesuatu yang harus diberi pujian. Hanya saja mereka mengatakan jika Diana bisa membungkam para awak media dan membuat Pras mengeluarkan ancamannya secara terbuka.

Pras berdiri berjalan menghampiri Diana, setelah Press conference Diana diajak pergi mengurus pernikahan mereka oleh mami dan kakaknya, kelihatannya dia lupa satu hal penting, jika Diana pasti masih bingung dengan semua situasi yang harus dia lalui. Pras meraih kedua tangan Diana untuk digenggamnya, kepala istrinya terangkat untuk memandangnya.

Love YouWhere stories live. Discover now