[8/10]

472 55 13
                                    

(name) lain kali...

.
.
.
.
.
.

"(name)..."

Ice menatap (name) yang tampak sedang tersenyum sambil memegang sebuah kamera di tangannya, gadis itu tampak tersenyum lebar.

Angin berhembus lembut, membuat gaun putih (name) tampak sedikit terangkat, rambutnya terbawa angin lembut. Cahaya matahari yang bersinar memperlihatkan sorot mata (name) yang menatap lembut.

"ah...kamu sudah datang ya.." ucap gadis itu dengan senyum tipisnya

Ice tersenyum, berjalan hendak mendekati (name) sebelum ada seseorang dari sampingnya berjalan mendahuluinya dan memeluk (name).

"...Blaze!"

'hah?' Ice menatap bingung, mulutnya terbuka melihat Blaze yang memeluk (name). Gadis itu juga mengelus-elus rambut Blaze sambil tersenyum lebar.

Tangan Ice yang terulur langsung jatuh, menatap Blaze tidak paham. Blaze sendiri menatap Ice dan menjulurkan lidahnya mengecek Ice. "Wlee!"

'pa maksud?'

(Name) tersenyum tipis saat Ice menatap (name) bingung, gadis itu gak keganggu kah di peluk-peluk kek gitu oleh Blaze? Mana tu bocah keliatan nyaman banget lagi.

"Heh! Blaze lepasin (name)!! Ngapain lu meluk-meluk istri gue hah?!" Ucap Ice sambil menarik tangan Blaze.

(Name) balas menatap Ice bingung, dia menepis pelan tangan Ice dan mengusap-usap rambut Blaze. "Maksud kamu apa? Aku itu Istri Blaze."

'hah?'

"Kami menikah kemarin loh Ice, ih ngaku-ngaku mentang-mentang jomblo. Nih liat." Blaze tampak menunjukan tangannya dan tangan (name), terdapat cincin yang sama di sana. "Jadi....(name) itu istriku!!" Ucap Blaze riang sambil memeluk (name).

"GAK!!"

Ice langsung membuka matanya, terbangun dari posisi tidurnya dengan nafas memburu. Peluh keringat mengalir dari pelipisnya, dia buru-buru menoleh ke sampingnya dan melihat Mbak (name) yang tertidur pulas sambil memeluk guling.

Ice menoleh ke sampingnya, dia melihat sebuah figura dengan Poto (name) dan dia saat pernikahan mereka. Dia juga memeriksa tangannya, dan di sana masih ada cincin pernikahannya dengan (name).

"Alhamdulillah....cuma mimpi horor." Ucap Ice sambil mengusap dadanya, tapi Ice belum tenang.

Dia mengambil ponselnya dan mencari kontak Blaze, setelah itu dia menelepon nomor itu.

'paan? Pagi-pagi nelpon rajin amat lu' suara serak Blaze dari ujung telepon sana terdengar, sepertinya dia baru bangun. Ice menarik nafas dalam, dan menghembuskannya perlahan.

"Brengsek!"

Setelah kalimat itu dia ucapkan, Ice langsung menutup telepon membuat Blaze yang mendengarnya memproses perkataan Ice tadi. "Lah...gue salah apa pagi-pagi di umpat?"

Ice melempar ponselnya asal di kasur dan langsung memeluk (name), mimpi buruk tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya.

"(Name) kamu di larang nikah lagi, haram."

(Name) yang notabenya masih setengah sadar cuma manggut-manggut, dia gak denger aslinya.

"Ya ya.....terserah kamu-apa?"

.
.
.
.
.
.

...jangan bicarain soal nikah lagi sebelum tidur.

(PS: buat siapa aja readers yang punya ide boleh sumbang di sini, buat dua chapter ke depan. Kalau ada yang komen inspirasi buat jalan cerita 2 chapter lagi nanti ku tulis cepet deh hayu. Gak ada yang komen author kocheng ini nanges—g)

Komen di sini →

My Tsundere Wife|| Boboiboy Ice Where stories live. Discover now