[9/10]

498 51 12
                                    

Kamu...

.
.
.
.
.
.

Jari tangannya yang lentik terlihat memegang kuas dengan lembut dan menggoreskannya tipis di atas kanvas putih yang mulai di penuhi warna. Iris mata (your eyes) terlihat menatap lembut kanvas di depannya, senyum kecilnya terlihat sangat manis di mata seorang pemuda yang tengah menatapnya dari tadi.

Ice pemuda itu tengah menatap (name), iris matanya tak pernah lepas untuk memandang istrinya yang tengah fokus dengan kegiatannya itu.

"Kenapa Ice?"

"Gak ada apa-apa, cuma lagi liatin bidadari aja."

"Gak mempan."

Ice terkekeh pelan saat mendengar balasan dari (name), gadis itu tidak mudah sekali tersipu ya. Sekalinya tersipu atau malu-malu bisa sampe sejam, dasar cewek.

Pemuda itu bergeser agar menjadi lebih dekat dengan (name), sekarang dia duduk di belakang gadis itu. Tangannya mulai memainkan rambut (name), entah mengepangnya atau sekedar menyentuhnya saja.

Merasa (name) belum merespon, Ice memilih untuk memeluk (name) dari belakang, dia menyandarkan kepalanya di bahu istrinya dan memeluknya. Ice terlihat sedikit tertarik dengan lukisan (name), gambar seseorang yang terlihat tersenyum dengan background penuh bunga berwarna biru muda.

"(Name) siapa yang ada di karyamu yang ini?" Ice bertanya, dia menatap lurus ke depan.

(Name) tersenyum kecil, tangannya masih tampak menggoreskan warna-warna yang membuat lukisannya terlihat semakin indah. "Muse..."

Merasa jawaban (name) tidak lengkap, ice mengangkat sebelah alisnya dan bertanya lagi. "Siapa? Siapa dia?"

(Name) menoleh, membuat wajahnya sangat dekat dengan wajah Ice. Dia menatap ice lembut dengan senyum tipis di bibirnya, matanya menatap iris mata Ice dalam.

"Kamu adalah Muse di karyaku Ice."

Ice terlihat sedikit tersipu saat mendengar penuturan (name). Dia? Inspirasi dari karya (name)? Itu cukup membuatnya tersanjung.

Ice menyembunyikan wajahnya di bahu (name), telinganya terlihat memerah. Tangannya memeluk erat tubuh gadis itu dan dia bergumam pelan.

"Senang bisa menjadi Muse mu."

*****

Gadis itu terlihat menikmati nada lagu lembut yang di hasilkan dari piano yang di mainkan oleh Ice, iris matanya menatap Ice dalam. Tangannya memegang buku sketsa, dia tengah menggambar beberapa sketsa asal.

Di tengah-tengah lagu yang di mainkan Ice, (name) bisa mendengar Ice mengiringi nada lagu yang di hasilkan pianonya dengan nyanyian. Pemuda itu menyanyi dengan pinao yang di mainkannya.

Sesaat (name) terlihat terkejut, suara Ice sangat bagus dalam menyanyi. Apa memang nilai seni budaya pemuda itu bagus??? (Name) rasa Ice selalu mendapat A+ di bagian seni budaya di sekolahnya.

Oke lupakan.

Berhubung Ice menyanyi, (name) sekalian saja mendengarkan. Toh ini jarang sekali terjadi, dan juga suara Ice bagus.

Saat gadis itu tengah asyik mendengarkan, dia mendengar kata-kata yang terselip di dalam lagu. Lalu dia mulai sadar, Ice manyanyikan lagu untuk seseorang. Iris mata (name) terpaku pada Ice, tangannya berhenti menggambar sketsa di bukunya. Dia hanya fokus kepada ice seorang saja.

Pemuda itu berhasil membuat (name) hanya diam untuk mendengarkan lagu pemuda itu Sampai selesai. Tuts piano yang di tekan Ice mampu membuat (name) semakin terbuai dengan lagunya.

Setelah lagu itu selesai, (name) menatap lurus ke depan. Dia masih duduk dan memegang buku sketsa, entah kenapa lagu ice benar-benar membuat (name) terdiam.

'matahari terlihat bersinar di langit '

Gadis itu mengangkat pandangannya agar menatap tepat di mata Ice, iris matanya benar-benar menatap Ice tanpa mengalihkan perhatiannya ke yang lain.

'bahkan saat aku merasa matahari bersinar hangat'

"Ice siapa orang yang kau maksud?" Tanya (name).

'tapi aku merasa'

"Apa ini perlu di tanyakan?" Ice tersenyum kecil, pemuda itu berjalan mendekati (name).

'bahwa kamu lebih hangat dan bersinar dari matahari'

Pemuda itu sedikit menunduk untuk mencium dahi (name), aksi Ice yang tiba-tiba berhasil membuat gadis itu terdiam dan memproses apa yang baru saja terjadi. Ice mencium dahinya, dan itu berhasil membuat (name) perlahan mulai merona.

"Tentu saja itu kamu, muse-ku"

.
.
.
.
.
.

...adalah Muse di karyaku.


PS: dahlah, kucing ini capek. Udah, kalian nikah sana sama Ice biar aku santai—




My Tsundere Wife|| Boboiboy Ice Where stories live. Discover now