Chapter 3. Semakin Mengenalmu

427 85 55
                                    

Chapter 3,yuhuuuuuuu

Aku lupa mau nulis apa hahahaha








Happy reading 🖤❤️

.
.
.
.
.
.
.
.

Semakin banyak mereka berinteraksi Saint semakin mengenal pribadi dosennya itu.
Perth orang yang sangat tegas,dingin,tertutup,mulutnya juga tajam dan tidak suka bermanis - manis.

"Saint, besok saya harus pergi lagi ke luar kota. Kau gantikan kelas saya lagi."

Suatu hari Perth bertitah pada asistennya.

"Berapa lama Mr?" Saint bertanya.

"1 minggu,saya jadi pembicara seminar sekaligus mau melihat anak - anak yang  dibantu oleh yayasan yang saya dirikan."

"Mr punya yayasan?" Alis indah Saint terangkat sebelah.

"Hmmm,untuk membantu anak - anak yang kurang mampu."

"Wahhhhh Mr kelihatannya akan cocok dengan adik saya Pete,dia juga sering ke panti asuhan,uang jajannya bahkan sering habis untuk membelikan alat - alat tulis untuk anak - anak panti."

"Adik kamu? Kenapa beda sekali dengan kakaknya ya?" Sindir Perth.

"Heh Mr mau mengatakan kalau saya pelit? Asal Mr tahu,saya tidak pelit!" Saint merengut.

"Saya tidak mengatakan kamu pelit,kamu kan boros."

"Mr .... saya tidak--" bantah pemuda itu.

"Bukannya iya? Kalau kamu tidak boros pastinya tidak dihukum oleh ayahmu bukan?"

Seketika Saint menyesal pernah bercerita pada pamannya di depan Perth tempo hari. Seandainya dia tahu hubungannya dengan Perth akan sedekat ini tentu saja dia tidak akan pernah mempermalukan dirinya dengan bercerita tanpa filter.

Tapi apa mau dikata? Nasi sudah menjadi bubur,mau ditambah suwiran ayam atau taburan kerupuk judulnya tetap bubur,tidak bisa kembali menjadi nasi.

Absurd? Yes I am.

😅😅😅😅

"Tapi sekarang kan sudah tidak lagi!" Rajuk Saint.

"Bukan karena tidak punya uang? Nanti lepas dari hukuman ayahmu kamu hura - hura lagi dengan teman - temanmu." Perth terus mencela asistennya itu tanpa ampun.

"Bukan begitu.... saya sekarang sudah tahu sulitnya menghasilkan uang, saya tidak akan lagi membuang uang saya begitu saja tanpa perhitungan."

"Ayah kamu pasti senang."

Perth tertegun ketika mata bulat indah itu mendadak berubah sendu.

Saint pasti masih bersedih dengan hukuman ayahnya yang entah kapan akan berakhir.


Suasana seketika berubah mendung.

Perth menahan mulutnya meskipun rasanya masih ingin mengupas kesalahan Saint dalam menggunakan uangnya.

Untuk apa? Toh anak itu sudah merasakan bagaimana susahnya tidak punya uang sampai  - sampai tidak bisa membeli makanan. Harusnya Saint sudah tobat dan bisa lebih menghargai apa yang dimilikinya.






"Masuk." Perth membuka pintu mobilnya dari dalam.

Saint yang sedang menunggu bus melongok bingung.

Perth menjulurkan lehernya hingga Saint bisa melihatnya.

Pemuda manis itu mendekat.

"Masuk." Perth kembali bertitah.

"Tidak,papi melarang saya ikut dengan orang asing."

My Fierce LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang