Setelah ada pertengkaran antara ara dan chika, keduanya jadi canggung bahkan chika sempat meminta shani untuk dipisahkan kamarnya dengan ara.
"Ma, aku boleh ga tuker kamar sama marsha?" tanya chika.
"Masih marah ya sama ara?" chika mengangguk.
Saat sedang mengobrol, kebetulan marsha lewat dan mendekati keduanya.
"Chik, mau sekamar sama gua?" tanya marsha kemudian duduk didekat shani.
"Iya, boleh ga ca?" tanya chika.
"Boleh aja sih tapi nanti gua bilang zee dulu ya takut dia gamau." chika mengangguk.
"Ara dimana ca?" tanya shani.
"Ara sama yang lain lagi main game ma diatas." ucap marsha.
"Raisha udah enakan?"
"Udah ma, tadi lagi istirahat." shani mengangguk.
Ini bukan pertama kalinya ara ada salah paham dengan orang yang ia sukai.
Di game room, ara cs dan gracio cs sibuk dengan gamenya masing-masing.
"BOB BOB, AELAH BEGO!" teriak gracio.
Gracio cs sibuk dengan ps nya dan ara cs hanya menonton saja sambil sesekali mereka menghembuskan nafasnya karena bosan.
"Beresnya kapan sih anjing, gua juga pengen ps an." bisik olla.
"Au, ra tuh si gracio cs kapan beres nge-game nya?" tanya adel.
"Gatau, gua mau ke balkon aja bosen liat bapak-bapak teriak." ucap ara berjalan menuju balkon.
Ia mendongak menatap langit sore ini, senyuman tipisnya terbit kala mengingat mendiang misel.
"Lagi lagi salah paham cel." gumam ara.
"Ra." panggil flora.
Ara menoleh dan memandang lurus.
"Keinget misel?" ara mengangguk.
"Kalo dia ada pasti dia yang nemenin gua kan flo buat tanding?" ara terkekeh.
"Dia pasti liat lo ra tapi beda tempat." ucap flora.
Ara menggeleng. "Gua pengen dia ada disamping gua flo."
"Gua kangen dia, kangen setiap perhatian dia."
"Gua sama dia emang sering berantem tapi dia sama sekali ga pernah kasar sama gua flo."
"Dia ga pernah nampar gua atau ngata-ngatain gua flo."
"Gua kangen sikap manis dia."
"Gua kangen banget flo." lirih ara.
Flora mengangguk mengerti, ara akan terlihat lemah jika menyangkut mendiang misel. Flora tahu betul ara pura-pura kuat didepan semua orang, ia bahkan tahu hubungannya dengan misel dulu seperti apa.
"Lo gamau lupain dia ra?" tanya flora.
"Pengen flo, tapi belum ada yang bisa gantiin dia di hati gua. Tetep dia tokoh favorit gua." ucap ara.
"Lo mau yang kaya gimana ra?" tanya flora.
"Gua pengen yang kaya misel, flo. Lo tau kan gua ga bisa di kasarin, mama papa aja ga pernah nampar dan ngomong kasar ke gua flo."
"Gua tau siapa yang lo maksud ra." ara mengangguk.
"Dia belum berubah flo." gumam ara.
"Dia bakal berubah ra tapi pelan-pelan."
"Kapan flo?"
"Kapan dia bakal berubah?"
"Gua ga munafik flo kalo gua juga udah mulai suka sama dia."
"Tapi dia mungkin cuman main-main sama gua."
Flora menghadap pada ara.
"Ra, ada hal yang belum lo tau tentang dia." ara menoleh pada flora.
"Apa?" tanya ara, flora menggeleng.
"Lo tanya ke dia, gua ga berhak ngasih tau." ucap flora.
"Gua kedalam dulu." lanjutnya dan meninggalkan ara.
Ara turun dari lantai bawah dengan terburu-buru, ia mengambil kunci mobilnya.
"Adek." panggil shani, ara berhenti.
"Mau kemana sayang?" tanya shani.
"Adek mau ke misel ma, tadi misel ada ma." ucap ara.
Shani mendekati ara.
"Hey sayang dimana ada misel?"
"Misel diluar ma, tadi adek liat."
"Adek jangan keluar ya hujan." ucap shani lembut.
"Ma, misel juga diluar kehujanan."
"Malam ini aja izinin adek nemuin misel ma." lirih ara.
Shani menatap mata hitam ara yang berkaca-kaca.
"Jangan ya sayang diluar hujan, adek kan ga bis kehujanan." ucap shani sambil mengelus lembut kepala ara.
Ara menggeleng kuat. "Plis ma." mohon ara.
Ara terus melirik kearah pintu, ia bisa melihat bahwa disana ada misel, orang yang ia rindukan.
"Adek pergi dulu ya." ara langsung berlari keluar.
Shani mengikuti ara yang dan berteriak memanggil nama ara.
Anaknya terus berlari menuju mobil yang terparkir diluar dalam keadaan hujan.
"Shani." gracio menahan tangan shani yang akan keluar rumah.
Gracio menggeleng. "Hujan, biarin dia ketemu misel."
Air mata shani menetes.
"Mas, adek ga bisa kehujanan." lirih shani.
"Percaya sama aku, dia bakal baik-baik aja." ucap gracio, shani menggeleng kuat.
Gracio membawa shani kedalam dekapannya untuk menenangkan istrinya.
Sementara itu, ara terus mempercepat laju mobilnya ditengah hujan deras, bibirnya terus menggunakan nama misel dan matanya mencari-cari keberadaan misel.
"Kamu dimana cel." gumam ara.
Cit!!
Ara memberhentikan mobilnya ditengah jalanan gelap. Ia turun dari mobil dan berlari mengejar bayang-bayang misel.
"CEL!" teriak ara.
"CEL TUNGGU!"
"MISEL PLIS TUNGGU AKU!"
"Misel..."
Ara berhenti dan mendudukkan tubuhnya dijalanan yang basah karena hujan, ia mengatur nafasnya yang.
"Misel, kamu dimana." lirih ara.
"Aku kangen."
Ara menunduk, kepalanya terasa pusing karena terkena air hujan, matanya perih akibat menangis.
"Sayang."
Ara mematung mendengar suara yang sudah lama ia rindukan.
Jantungnya berpacu lebih cepat, pikirannya tak karuan, matanya memanas, tubuhnya lemas.
"Ara sayang."
Ara mendongak.
Sosok yang ia cari tengah tersenyum padanya, sangat manis, senyum manis yang selalu ia lihat di mimpi.
"Misel..." lirih ara.
***
maap deh ya kalo ada yg typo🙏
TBC~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
To the moon [chikara]
Fanfiction⚠️WARNING⚠️ - GXG AREA!! - no baper, cuma cerita!! - 17+ jangan bawa-bawa cerita ini ke member, ini cuma cerita karangan author. thanks.