11

405 104 28
                                    

dobel ap^

"Le, boleh gue tanya sesuatu?" Suap pertama tak jadi Leo telan tatkala Husein mengundang atensi semua menuju dirinya.

Makan pagi atau sebut saja sarapan, tengah penghuni kost laksanakan sebagai rutin daripada kegiatan sehari-hari mereka. Berkumpul dimeja makan yang masih satu ruangan dengan dapur, Husein serta kelima adik-adiknya duduk tertib saling menghadap satu sama lain.

Jika kemarin kursi kurang menyediakan pantat mematri istirahat, maka sofa ruang tamu solusi yang Wain temu secara spontan. Lex tidak termasuk didalamnya. Lelaki itu entah kemana pagi-pagi sekali, tidak ada yang tahu apa kerja yang mengganggu mereka tak boleh berhabis masa.

"Ya?" Siapapun pasti pernah mengalami hal ini---mengerti tanya seseorang, tetapi sanksi langsung menjawabnya. Leo suruh Husein mengulang.

Hembus lirih dirasa Bomsu yang kebetulan mendapat bagian disamping lelaki lebih dewasa 3 tahun darinya. "Siapa yang beri lo ijin masuk kamar Lex kemarin malam?" Ulang Husein.

Ternyata bukan hanya Leo, tapi keenam lelaki yang berada disanamenyetop sarapan, menghalau ikan gurame bakar pemberian teman Bomsu yang ingin tersantap cepat-cepat sebelum lezatnya menjadi sirna.

"Huh? L---leo gak ke kamarnya bang Lex kok, bang. Dia ngerjain modul di kamar gue sampai tengah malam." Si bongsor menyela. Sayang, Wain pergok gelagat gusar Davin ketika berkata.

"Maaf, tapi gue gak butuh jawaban lo Dav." Husein menghardik dengan matanya yang tersorot aura dingin. "Leo. Jadi lo mau jujur sama kita atau tetap bungkam?"

"Kalian bertiga mau nyari apa, sih, di sana? Masuk kamar orang lain tanpa ijin itu kelewat batas." Sahut Bomsu selepas dimeja makan tak juga menghadirkan suara berat dari seorang maknae.

"Kita beneran gak ngapa-ngapain bang. Sumpah!" Lagi-lagi Davin membantu temannya yang terpojok.

Leo melamun tanpa mereka ketahui kedua telapak tangannya diatas paha mengeras.

"Bener. Gue, Leo, dan Davin gak mencoba cari tahu tentang hal-hal janggal yang belakangan ini terjadi kok." Ucapan Sing justru meruntuhkan sekat yang dua kali Davin coba bangun agar Husein tidak melanjutkan pertanyaannya.

Leo dirayu menoleh, kali ini tatapannya berubah seperti tengah menghardik sing sebab ceroboh diwaktu yang salah.

"SING!" Kompak Leo dan Davin menyerukan nama Mak Chun Sing.

Husein dan Bomsu diam-diam memberi kesan atas kecerobohan Sing meski keduanya paham dia tak maksud membongkar rencana terselubung Sidaleo memasuki kamar Lex.

"Yah, keceplosan." Runtuk Sing menggetok pelipisnya sendiri. Jika saja gurame itu makhluk bernyawa, pasti lah seekor ikan laut tadi menertawakan Sing sampai overdosis ketumbar marinasi sebelum akan dibakar.

"Kan!" Bomsu smirk.

"Emang apa yang salah dari pengamatan lo hah?" Wain menimpal.

"Anu,"

Leo dan Davin pasrah diintimidasi oleh ketiga senior kost yang sudah lama tinggal bersama terhadap perbuatan mereka---cecunguk newbie sok pahlawan yang sembunyi-sembunyi ke kamar Lex sebagai awal untuk mencari tahu sesuatu.

"Banyak." Leo akhirnya beber.

Davin menuntut. "Le."

Bagus, Wain melihat Leo mengabaikannya.

"Terutama tentang kalian semua." Leo menatap satu persatu tiga pemuda yang wajahnya seakan menyimpan suatu misteri. "Setelah gue pikir-pikir, kalian kayak lagi nyembunyiin sesuatu. Atau ... cuma beberapa? Entah lah, yang pasti kita sadar kalau semua orang yang tinggal disini pada aneh."

"Gak ada yang mencoba nyembunyiin apapun!" Seru Wain melempar alat makan. Ya, dia marah Leo terang-terangan melirik Wain dengan sinis.

"Pasti ada. Entah itu bang Husein, bang Bomsu, lo, atau bang Lex."

"T---"

"Ah, ya." Culas ia tarik, Husein mulai dipancing kesal. "Bisa juga bang Gibran dan kak Zayyan. Mereka berdua gak tinggal di sini, tapi selalu datang setiap saat dan sikap mereka terbilang aneh juga." Ucap Leo.

"Aneh gimana maksud lo?" Tanya Husein.

"Sorot mata bang Gibran. Kebaikan kak Zayyan. Dua hal yang paling gue, Sing, dan Davin renungkan dua hari belakangan ini." Balas Leo ringan seolah api yang memakan kepala ketiga lelaki ini tidak seharusnya ditakuti.

Deru nafas tertua sudah berubah, berisik. "Semua baik-baik aja. Gak ada yang aneh. Jangan bertindak semau kalian!"

"Gue gak mencoba buat siapapun merugi kok, bang. Gue cuma mau nyari tahu aja apa yang sebenernya terjadi disini."

"Apa yang mau lo cari tahu? Berhenti berlagak sok benar!" Wain mensanksinya. "Dav, nasehatin temen lo itu." Lalu atensinya turun pada Davin yang sedari tadi memperhatikan Leo dan Husein tarung gertak.

"Tapi bang,"

"Gak ada tapi-tapian!" Husein frustasi memilih mengacak rambutnya. Kemudian raut wajahnya berubah pias entah apa yang pemuda itu ingat tiba-tiba. "Gue mohon jangan lakuin apapun. Tolong. Ya?"

Sing tidak boleh bungkam terus. "Apa salahnya kita berusaha ngulik teror itu bang Hus?"

"Lo salah besar Sing."

Sidaleo terlena oleh ucapannya hingga terdiam berbarengan.

"Semakin lo ingin tahu segalanya, semakin lo dekat dari bahaya." Husein menudung ketiganya.

Sarapan hari itu terpaksa usai.

***

note :

boleh tau ga? bias kalian siapa di xodiac? aku pribadi sii, kim gyumin :D maka dari tu aku buat gyumin paling holkay //ciaa

boleh tau ga? bias kalian siapa di xodiac? aku pribadi sii, kim gyumin :D maka dari tu aku buat gyumin paling holkay //ciaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ni dia penampakan pemuda 23 th pewaris kunci kost 👍

Teror || Xodiac ✓ (REVISI)Where stories live. Discover now