17

311 73 28
                                    

Ini pekerjaan senang untuk Gibran, menguburkan dua bangkai tikus yang mati karena memakan racun. Gibran sudah sangat sering melakukannya, entah hewan apapun yang ia temui, tidak masalah mempunyai ukuran besar atau mini.

Biasanya Gibran akan memilih tempat disamping pohon mangga yang ada disebelah barat rumah megah miliknya. Tanah abang jadi lebih subur dan gembur sebab keseringan dimasuki bangkai hewan yang nantinya kan berubah jadi kompos.

Untuk menyamarkan keberadaan makam selain manusia itu, Gibran menanam sejumlah tanaman yang kebanyakan berisi bunga mawar dan ashoka. Diniati supaya tetangga yang melintas tidak berpikir macam-macam mengapa anak dari pak kim gemar sekali menguburkan hewan sekalipun itu sudah berupa bangkai.

Ditengah kegiatannya menggali tanah seukuran 8×12 cm untuk tikus pengerat melintas ke alam baka, suara pintu ditutup hingga decit samar dari engsel menarik atensinya menoleh.

Gibran dalam radius jarak jauh, terbantu oleh penerangan cerah dari bohlam diujung pagar rumahnya, melihat Lex keluar dengan sebuah kotak makan elastis ditangannya. Pemuda pendiam itu menutup kembali pintu belakang rumah sebelum beranjak meninggalkan sandal jepitnya.

Gibran melihat Lex berjalan santai dengan bertelanjang kaki. Tungkai yang terbalut celana eiger hijau daun menyamarkan bulu kuduknya meremang karena dinginnya angin dimalam hari.

Sekiranya lupa akan pekerjaan menguburkan 2 ekor bangkai tikus, Gibran meletakkan cangkulnya diatas tanah. Kedua mata bening pemuda bertindik itu terus memperhatikan Lex tanpa melepas tatapan barang sesekon. Sampai akhirnya Lex membawa awaknya didepan pagar rumah sederhana Zayyan.

“Zayyan lagi,” gumam Gibran memperlihatkan hati dongkol yang tengah dirasanya.

Walau memang jengkel seratus persen, dia tetap menjelikan matanya tak lepas dari setiap gerak orang itu. Gibran terus memperhatikannya tanpa berkedip.
Ulum tipis Lex timbul sebelum meletakkan kotak berisi bahan makanan itu diatas pagar yang terbuat dari semen. Ia kembali dengan tergesa, ketakutan bilamana ada orang lain melihatnya keluar malam-malam.

***

“Wasep bre!”

Bomsu memasuki dapur seperempat jam sebelum pukul 00.00 waktu pagi. Meski kantuk masih menerjang, Bomsu tetap melambaikan tangannya menyapa Lex yang ternyata ada didalam sana juga.

Kesenjangan melintas diantara mereka, Bomsu hafal betul Lex tidak akan membalas panggilan maupun pertanyaan dari siapapun. Dia menghela nafas panjang ketika Lex berdiri dengan wajah tak berekspresif disamping kulkas. Menghadap ke arahnya.

Bomsu mengambil segelas air putih dari teko. Niatnya bangun memang untuk meredakan dahaga---dan menuruti acara berak yang tiba-tiba ingin keluar padahal sengaja diabaikan lelaki 16 maret itu.

“Lex, lo tahu gak? Terornya datang lagi. Udaah ada beberapa dari temen kos kita yang kena masalah loh. Salah satunya bang Husein,” ucap Bomsu selepas menyapu bibir yang terdapat sisa air tidak sampai lima biji kedelai banyaknya.

“Dia bilang kemarin ada komplotan begal ngehadang mau nagih duit. Padahal bang Husein sebelumnya gak pernah ketemu sama mereka. Dan anehnya lagi ketua para pungli itu kek kelihatan janggal. Belum tahu deh, tuh orang beneran apa cuma barang yang mirip manusia.” Cerocos pemuda pemilik hidung paling mancung seantero kos.

Wajah boleh sangar, tapi julid harus tetap berjalan.

Tapi naas terpampang jelas saat semua ucapan Bomsu tidak satupun direspon Lex. Cowok itu berkali-kali menahan umpatannya muntah dari dalam pangkal lidah. Tidak untuk tengah malam ini Bomsu harus mengeluarkan sumpah serapah buat ditujukan kepada makhluk berhati peri seperti Lex.

“Aelah Lex, ngomong sama lo harus ekstra sabar banget kali ya? Dieemmmm aja waktu diajakin ngobrol. Lelah gua!” Cerca Bomsu sambil menghentakkan gelas kaca ke meja pantry.

Kali pertama merespon, Lex malah menunjukkan raut sedih yang teramat kentara. Dia belum bergerak sama sekali. Kantong matanya menghitam, bibir kering bergetar, tak lupa tatapannya yang seolah-olah tengah meminta bantuan.

Tiba-tiba Bomsu merasa hawa dingin disekitarnya.

Teng!

00.00.

***

Teror || Xodiac ✓ (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang