Prolog

567 23 15
                                    

Ayo komen dan vote❤️🔥

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ayo komen dan vote❤️🔥

Call me Sarah, not author 😏

Cinta kalian banyak-banyak 💚

***

Jejeran remaja tertata rapi di depan kelas sepuluh dengan menggunakan seragam biru putih, dipadukan topi kerucut yang terbuat dari kertas karton serta papan nama bergantung di leher. Peluh akibat panas bermunculan menghadirkan ketidaknyamanan. Mereka—siswa/siswi MPLS—menggerutu kesal pada ketua gugus yang berbincang di bawah naungan atap, tanpa harus merasakan sengatan matahari.

"Kakak ada challenge nih buat kalian!" seru salah satu dari kakak-kakak OSIS itu. Wajahnya terlihat berseri-seri, nampak tak peduli pada adik-adik kelasnya yang kepanasan.

"Challenge apa, Kak?"

"Buruan, Kak! Panas, nih!"

"Haus, Kak!"

"Sabar, ya. Habis challenge, kita ke kelas lagi."

Para anggota OSIS berusaha menenangkan adik-adik kelasnya yang sudah berani mengeluarkan keluhan. Mereka mencoba untuk bersabar menghadapi sifat buruk SMP yang masih dibawa ke dunia SMA. Bahkan ada juga yang berani mencibir salah-satu anggota OSIS yang duduk nyaman tanpa terkena sinar matahari sedikitpun.

"Challenge-nya. Siapa yang berani ngajak Kakak yang pake jersey hitam itu pacaran, bakal Kakak kasih susu ini." Kakak kelas bernamakan Aurora itu menunjukkan satu kotak susu strawberry.

Sontak anggota gugus aries melirik ke arah lapangan— Di mana sekumpulan murid laki-laki tengah berebut bola orange untuk dimasukkan ke ring— lantas mereka menemukan orang yang dimaksud Aurora. Satu-satunya laki-laki paling tampan menurut mereka. Belum lagi taktik bermainnya berbeda, terlihat lebih jago dan menakjubkan.

"Yang ganteng itu, Kak?"

Aurora mengangguk semangat. "Dia jomblo, kok."

"Aku, Kak!"

Gina, dengan antusias dia berdiri sambil mengacungkan tangan. Di sebelah dia, Renjana menarik-narik ujung rok Gina agar gadis itu mengurungkan keinginannya hanya demi susu strawberry untuk melepaskan dahaga. Memang mereka kehausan, tetapi Sonia tak ingin mengorbankan harga dirinya demi membasahi tenggorokan. Dia juga tak mau hal tersebut berlaku pada sahabatnya.

"Kamu?" Aurora menunjuk Gina ragu. Dia memindai tubuh Gina yang ... seperti bakso menurutnya.

Pendek, gendut, putih, hidungnya seperti sehabis keinjek kerbau, nyaris tak terlihat, matanya sipit pula. Aurora salut pada keberanian gadis bakso ini. Dia jadi membayangkan kalau seandainya kulit Gina hitam. Bukan hanya bakso yang menjadi julukan, bakso goreng gosong lebih cocok.

Entah pergi kemana hati nurani Aurora sampai tega body shaming pada dedek gemes.

Aurora menyilangkan tangan pongah. Dia yakin Gina tak akan berani dan berujung ditolak mentah-mentah. Perempuan secantik dia saja ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu, apalagi Gina yang memiliki penampilan seperti bakso. "Silahkan kalau berani."

"Gin, mending gak usah, deh." Renjana berusaha mencegah. Sayangnya sang sahabat tak mengindahkan. "Nanti kalo ditolak gimana? Lo yang malu."

"Demi susu strawberry, Ja." Gina melepaskan tangan Renjana dari roknya. "Justru itu yang gue yakinin. Gue bakalan ditolak. Gak pa-pa. Gue juga gak minat sama cowok itu. Gue minatnya sama susu strawberry."

Dengan kepercayaan diri setinggi Burj Khalifa, Gina berjalan ke arah laki-laki berjersey hitam. Laki-laki bertubuh tinggi itu sudah tak lagi bermain basket, dia tengah beristirahat bersama teman-temannya sambil melemparkan beberapa candaan. Namun, dari posisinya Gina tak melihat adanya tawa dari wajah tampan itu.

"Gina bego banget, sih! Dia gak tau apa lagi dikerjain." Nampak Renjana menggerutu kesal. Dia sudah hafal betul akan kejahilan kakak OSIS itu. Sonia tahu mereka ingin mempermalukan adik kelasnya.

"Itu temen lo?" Renjana mengangguk. Tatapan dia terlihat resah begitu jarak Gina dan kumpulan lelaki itu semakin tipis.

"Gue denger tadi pembicaraan lo sama dia. Dia menuhin challenge demi sekotak susu strawberry." Renjana mengangguk lagi. "Really? Baru sekotak loh? Apalagi kalo sepabrik, gue yakin sih meski nyawa taruhannya dia bakalan sanggupi."

Kepercayaan diri Gina tak jua surut meski kedatangannya menjadi pertanyaan bagi kumpulan laki-laki pemain basket. Dia tersenyum lebar setelah jaraknya sudah pas. Bukan karena senang akan menembak pujaan hati. Selama perjalanan tadi Gina membayangkan bagaimana cairan merah muda rasa susu perpaduan strawberry memanjakan lidah dan tenggorokannya. Dia tak sabar untuk menyelesaikan challenge ini.

Demi susu strawberry, dia tak mempedulikan berbagai cibiran siswa-siswi SMA Nagasaka yang sangat meyakinkan Gina tengah dipermalukan oleh Aurora— anggota OSIS yang sangat tergila-gila pada Alfa.

"Lo!" Dia menunjuk Alfa tak sopan. "Jadi pacar gue, mau gak?"

Dari intonasi suaranya, Gina lebih ke mengajak Alfa baku hantam dibandingkan pacaran. Tentu cara dia menghadirkan gelak tawa teman-teman Alfa. Meski mereka heran akan kehadiran gadis ini, tetapi setelah melihat pakaian Gina, mereka tahu ini sebuah akal-akalan bulus anggota OSIS yang membimbing adik-adik MPLS.

"Tolak, tolak." Bibir Gina bergerak menyebutkan satu kata itu tanpa mengeluarkan suara. Dia tak mau dan tak sudi menjadi pacar dari laki-laki yang sangat dia benci ini.

"Dia yang nembak, dia yang nyuruh nolak." Yohannes berucap diselingi tawa kecil.

"Sure. I want to be your boyfriend."

Jawaban dengan suara yang hanya dapat didengar teman-teman Alfa dan Gina itu bagaikan petir di siang bolong. Teman-teman Alfa amat tahu bagaimana lelaki itu kalau ada perempuan mengajaknya pacaran. Dia pasti akan menolak begitu saja. Lantas bagaimana dengan Gina? Tanpa berpikir lebih dulu, lelaki itu menerima ajakannya, padahal Gina sudah menyuruhnya untuk menolak.

Setelah mendapat jawaban, Gina memberikan jari tengah disertai side eyes. Dia membalikkan badan lantas berujar, "DITOLAK!"

Ucapannya tak sesuai dengan fakta. Sontak teman-teman Alfa tak terima. Padahal telinga mereka dengan jelas mendengar penerimaan dari Alfa. Tak hanya mereka, Alfa pun begitu. Lelaki yang memiliki tinggi 186 cm itu mendekati sound system yang digunakan komentator waktu tanding basket tadi.

Dia mengambil microphone kemudian berujar, "Gina Marshallina Utami. Dia pacar gue sekarang."

***

Aku harap cerita ini ramai

Mana komennya????

Follow me on Instagram @indomine29.story
@sseuthicxshaa

Cigarettes and Strawberry MilkWhere stories live. Discover now