05. Challenge

96 6 5
                                    

Ayo komen dan vote biar aku semangat❤️🔥

Sayang kalian banyak-banyak 💚

***

Jam belum menunjukkan angka tujuh, tetapi jalan Sudirman sudah diserbu para pengendara guna mempersingkat waktu. Terlihat dari atas jalan tersebut bagaikan jalan semut, sementara berbagai transportasi layaknya semut tengah berjalan beriringan hendak mencari makan. Tak jarang kendaraan beroda dua saling salip-menyalip. Mereka bebas menyalip, tak seperti kendaraan beroda empat atau bahkan lebih, mereka hanya mampu menambah stok sabar dan berdoa agar tidak terlambat ke tujuan.

Dari sekian banyaknya kendaraan menunggu jalanan mulai lengang, mobil keluarga Gina tengah bersampingan dengan sebuah motor sport hitam. Sekolah Gavin sudah terlewati, yang artinya laki-laki remaja tanggung itu sudah tak ada di dalam mobil, menyisakan Gina bersama sopirnya.

"Cowok kambing?"

Ah, julukan itu. Bagi Gina kambing bukanlah hal buruk untuk dijadikan julukan. Bukan karena lelaki tersebut mirip kambing, hanya saja Gina selalu kesal kalau melihat wajahnya, membuat Gina ingin selalu melontarkan kata-kata-kata mutiara.

"Jangan dikasih jalan!" Gina berseru saat sopirnya hendak melakukan spion retract agar motor Alfa bisa keluar dari hiruk-pikuk kemacetan.

"Jangan gitu, Non. Kita harus berbuat baik sama orang lain."

"Tapi dia orang jahat!"

"Dari tadi dia diem aja, Non. Enggak berbuat jahat," seloroh Sang Sopir seraya memperhatikan ekspresi Gina dari kaca depan.

"Bapak enggak tahu, ya? Dia itu kakak kelas aku. Dia suka ganggu aku kalo di sekolah."

Kaca di sebelah Gina menurun, tepat saat itu angin dari luar menerpa wajah tanpa polesan makeup. Ulasan senyum penuh ejek terpatri, entah mengapa, dia merasa senang melihat Alfa berpanas-panasan di tengah kemacetan.

"Panas, ya? Kasihan!" Dia tertawa di atas penderitaan orang lain. "Om ngapain pake seragam SMA? Gak cocok! Mending nyari janda pirang aja sana!"

Puas mencibir Alfa meski tak digubris, Gina menutup kembali kacanya. Masih diselingi tawa, mata dia memusat pada Alfa.

"Awas, kalo Bapak ngasih dia jalan. Nanti Gina bilangin ke Papa buat pecat Bapak."

Jujur, ancaman Gina tak berlaku untuk Maman yang sudah sangat dipercayai oleh ayah gadis itu. Namun, dia tetap mengangguk. Dia tahu betul bagaimana watak putri satu-satunya Andika Ravendra. Moody-an, tidak mau dibantah, sensitif pula.

Netra sayu dia melirik Alfa, kemudian dia beralih pada Gina. Melihat Gina kembali sibuk bermain ponsel, diam-diam Maman memberikan Alfa jalan. Sampai Alfa berhasil keluar dari kemacetan, Gina masih sibuk bersama benda serba guna itu.

***

Parkiran SMA Nagasaka dipenuhi berbagai macam kendaraan beroda dua oleh siswa-siswi yang susah memiliki SIM, dominannya murid kelas dua belas. Karena Alfa susah memasuki usia tujuh belas tahun walau dia masih berada di kelas sebelas, dia sudah diperbolehkan membawa kendaraan karena sudah mengantongi Surat Izin Mengemudi. Bisa dibilang Alfa ini sepuh di kelasnya, karena hanya dia satu-satunya murid berusia tujuh belas tahun di kelasnya.

"Pak Presiden tumben dateng siang?" Batara menepuk akrab bahu Alfa.

"Macet pasti." Tebakan Yohanes patut diacungi jempol.

Anggota inti Tigeros yang terdiri dari; Alfa, Genta, Batara, Yohanes, Liam, Lingga. Rutinitas mereka tiap pagi adalah menunggu setiap anggota agar ke kelas nanti barengan. Hitung-hitung cuci mata di parkiran. Tahun ajaran baru kembali dimulai, itu juga mereka jadikan kesempatan guna melirik-lirik para adik kelas.

Cigarettes and Strawberry MilkWhere stories live. Discover now