09. Cewek Nakal

116 7 3
                                    

Siswa MPLS berbondong-bondong keluar dari barisan setelah upacara peresmian mereka dijalankan. Senyum bahagia tak lepas dari wajah lugu mereka usai resmi menjadi siswa SMA Nagasaka, tak terkecuali Gina serta teman-temannya.

Kabar bahagianya lagi, Gina, Renjana, Sonia serta Alisha mendapatkan kelas yang sama. Gina tak perlu lagi repot mencari teman baru di kelasnya. Empat gadis tersebut berjalan beriringan menuju kelas baru mereka yang terletak di lantai tiga, itu kabar buruk untuk mereka. Setiap hari kaki mereka harus merasakan pegal luar biasa karena naik-turun tangga. Andai saja sekolah ini ada eskalator atau lift, tak perlu susah payah mengeluarkan tenaga.

"Bjir, lah. Kaki gue mau copot rasanya." Alisha menyselonjorkan kakinya usai tiba di kelas.

"Satu bulan kemudian betis gue makin gede. Yakin gue." Nampak Gina memijit betisnya yang terasa ngilu setelah menaiki anak tangga.

"Udah betis kayak talas Bogor, makin gede jadi talas Bogor jumbo," celatuk Alisha.

"Makanya olahraga. Gue biasa aja tuh." Di antara mereka, hanya Sonia yang tak mengeluh kesakitan. Dia terlihat menikmati perjalanannya, walau merasa tak nyaman setelah tiba di kelas.

"Kita beruntung bisa sekelas bareng, tapi gak beruntung dapet kelas di lantai tiga. Udah mana AC-nya mati lagi." Renjana menatap miris pada AC yang hanya bisa dijadikan pajangan semata.

"Kursinya lo liat aja. Banyak yang patah. Kayaknya belom diganti." Sonia memperhatikan setiap kursi di kelas baru mereka. Dia juga sial mendapat kursi reot. Ingin menukar, tapi semua kursi sudah ada pemiliknya, bisa-bisa disinisin.

Mereka sibuk membicarakan kondisi kelas yang tak ramah, beda halnya dengan Gina, isi kepalanya penuh akan pertanyaan penyebab mata orang-orang yang terus mengarah pada dia dari sebelum upacara sampai dia duduk di kelas. Perasaan tak nyaman menyerbu dia karena banyaknya tatapan sinis dia dapatkan, padahal dia tidak berbuat kesalahan.

"Orang-orang pada kenapa, ya? Ngeliatin gue mulu perasaan," gumamnya yang masih dapat ditangkap oleh indera pendengaran tiga teman dia.

"Gue kira lo gak ngerasa, Gin. Makanya gue gak nyaman banget setelah kita ke kelas," sahut Sonia. Gadis bermasker tersebut meraih sejumput rambut yang kemudian dia satukan sebelum digelung menggunakan jedai.

"Kayaknya gara-gara lo pacaran sama Kak Alfa, deh. Dia kan famous banget." Renjana membenarkan ucapan Alisha.

"Siapa juga yang pacaran sama dia." Mata monoloid Gina melirik tak suka temannya itu. Fakta dia menerima challenge tempo hari nyatanya membawa dia pada malapetaka berujung penyesalan.

"Lo gak mau ngaku, Gin. Padahal Kak Alfa ganteng, pinter, dia juga tipe cowok act of service. Gak yakin kalo lo gak bakal luluh." Kini mata Gina sudah mengeluarkan laser berbahaya pada Sonia. Sementara Sonia sibuk membenahi maskernya sampai tak menyadari tatapan Gina.

"Apa?" Barulah Sonia memberi respons setelah merasa maskernya rapi.

"Gak mungkin gue suka sama dia." Jawaban angkuh Gina direspons tawa dari tiga teman dia. Masih tak menyangka Gina akan seangkuh itu terhadap Alfa. Iya, mereka tau bahwa Gina tipikal perempuan sulit jatuh cinta, terbukti kalau gadis itu tak pernah pacaran, bahkan dekat dengan cowok pun Gina tak pernah. Setiap ada cowok ingin mendekat, sikap yang selalu dia ambil adalah cuek.

"Lo kalo kelamaan gak suka cowok, gue jadi curiga lo suka sama salah-satu dari kita." Masih dengan tawanya, Alisha berujar demikian.

"Lo kira gue straight?"

"Makanya sekali-kali buka hati lo kalo gak mau dicurigain. Soalnya cuma lo yang belom pernah pacaran."

Mendengar penuturan Renjana, Sonia meliriknya. "Lah. Gue juga belom pernah, tuh."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cigarettes and Strawberry MilkWhere stories live. Discover now