Bab 14: Salting?

50 25 25
                                    

Sebelum membaca awali dulu dengan

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Jangan lupa fllow, ikuti, vote dan komen ya:)

Happy Reading
__________________

Spam
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ۞
____________________________________________

Tuhan,  jika nanti aku jatuh cinta lagi izinkan aku mencintai seseorang yang berhak ku miliki,  sebab patah hati bukan episode menyenangkan yang harus ku ulang.

-Dinda Alleya Azahra-

___________________________________________


Hari senin adalah hari dimana semua siswa tidak menyukai hari itu. Berupacara di matahari yang panas dan juga melaksanakan penaikan brndara sungguh sangat membosankan menurut Zahra apalagi saat ceramah dari kepala sekolah ataua kepala madrasah aliyah, tapi bisa juga mendapat ilmu dari penuturan Kepala madrasah mereka.

"Haish lama banget! Mana panas lagi bisa-bisa bakalan jadi ikan garam nih." gerutu Aurel.

"Shut gak usah ngeluh lagian kan matahari pagi juga." lirih Zahra.

Adel melihat Zahra yang sepertinya menahan sesuatu ia pun menyenggol Aurel yang berada di sebelahnya.

"Kenapa sih?!" kesal Aurel.

"Lihat no, Zahra pucat gitu dia seperti sedang menahan sesuatu." Adel menunjuk arah Zahra dingin mulutnya Aurel pun memperhatikan Zahra.

Plak...

"Iya!" Aurel memukul lengan Adel pelan membuat sang empu meringis.

"Apa sih!"

"Sorry gak sengaja."

Zahra berusaha memisahkan mereka berdua namun keduanya tak ada yang mengalah. Ia sendiri yang kewalahan.

"Sakit tau!"

"Ya udah gue kan udah bilang gak sengaja!"

"Woy! Yang belakang kenapa ribut? Mau di jemur terus sampai jam istirahat, hmm?" tegur ustadz. Dia pun menghampiri ketigannya dan menatap satu persatu dari mereka namun matanya terkunci oleh sosok yang menunduk dan juga sedang merasakan sesuatu.

"Zahra?" panggil ustadz Arfa sedikit tegas.

Zahra mendonggakan kepalanya membuat ustadz Arfa kaget bukan main. Wajah yang pucat, pelipis yang sudah di penuhi keringat itu lah yang membuatnya kaget.

"K-kamu sakit?" tanya ustadz Arfa.

Zahra menggeleng, "Engga ko, Ustadz." lirih Zahra ia kembali menunduk.

"Kamu pucat loh, Zah."

Zahra tak mengubris ia terus menunduk sementara, Aurel dan Adel mereka mereka seperti cacing kepanasan sedari tadi terus saja berantem gak ada habis-habisnya.

"Zahra!" Aurel dan Adel menatap keduanya.

"Nih, Ustadz kenapa dah dari tadi manggil, Zahra mulu?" bisik Aurel.

"Naksir kali. Lagian sikap, Zahra juga kayak cocok gitu sama, Ustadz."

"Eh iya-ya gue baru ingat, Zahra kan pernah berharap sama, Ustadz. Apa jangan-jangan..."

Akulah Takdirmu (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang