Disewa Lionel (1)

8.2K 25 0
                                    

“Tapi kali ini Mas buka baju semua ya,” pintanya

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.


“Tapi kali ini Mas buka baju semua ya,” pintanya. 

Buka baju semua? Kalau buka baju semua, aku jadi laki-laki dong? Tetekku gak ada. Rambut panjangku juga wig. 

“Make-up nya juga dihapus juga, ya,” katanya lagi.

“Kenapa gitu, Lionel?” tanyaku agak kaget juga.

“Gak papa. Cuma, kalau pake pakaian waria gitu, Mas jadi aneh,” katanya.

“Gak usah deh. Gini aja,” jawabku agak segan bila harus melepas semua pakaianku.

Aku berusaha menolak. Sebenarnya, kan aku punya komitmen untuk tidak berhubungan badan dengan pria tanpa atribut sebagai waria selama ini.

“Kalau Mas mau, entar Lionel tambahin lagi deh bayarannya!” rayunya tidak mau kalah. “Jadi tiga ratus ribu rupiah!”




 “Jadi tiga ratus ribu rupiah!”

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Ilustrasi: Juna


Aku jadi tergoda mendengar rayuannya soal menambah bayaranku. Segala prinsipku hilang dari benakku. Akhirnya, meski kurang sreg, kuikuti apa maunya. Kubuka seluruh pakaianku. Wig kulepas. Make-up aku hapus. Kini, aku berdiri sebagaimana layaknya lelaki telanjang bulat. Tubuhku yang kekar dan wajah tampanku sebagai seorang pria tulen terpampang jelas di depan Lionel sekarang. Kami berdiri berhadapan, sama-sama telanjang bulat.

“Gini lebih bagus,” kata Lionel dengan senyum jelas yang terpampang dari wajahnya. 

Jemarinya mengelus dadaku yang bidang. Selanjutnya, tanpa malu-malu lagi, dia menyelomoti pentil dadaku dengan buas. Anak ini punya bakat homo, pikirku dalam hati. Dia lebih bernafsu kini dibandingkan saat dia mengentotku dengan pakaian waria tadi. Mulutnya menjelajahi seluruh bagian atas tubuhku, turun hingga akhirnya di batang kontolku yang menegang kokoh.

“Mas… Besar banget,” katanya dengan suara bergetar sambil mengocok kemaluanku. 

Tanpa ragu-ragu lagi, remaja ganteng Tionghoa itu memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Dugaanku sepertinya tidak salah. Lionel ini punya bakat gay juga! Aku sih santai saja. Kubiarkan dia berbuat sesukanya padaku. Jujur aku mulai menikmati berhubungan intim dengan Lionel. Mulut kecilnya semakin bergerilya sekarang. Batang kontol, kepala kontol, dan juga dua buah pelirku habis dilumatnya. Aku mengerang-erang karena nikmatnya yang tiada tara. Rasanya begitu enak. Meskipun si Lionel baru pertama kali melakukan hubungan seks sejenis seperti ini, aku benar-benar kagum dia bisa pandai sekali memuaskan hasrat pria dewasa seperti diriku. Caranya menyelomoti kontolku persis seperti Ivana yang sudah berpengalaman mengenakkan pria itu mengerjai kontolku sebelum kemudian aku mengentoti dia.

Lama juga Lionel mengerjai kontolku. Dia sangat suka rupanya. Setelah merasa puas mengecapi setiap jenjang batang kejantananku, barulah dia berdiri kembali. Sekarang, tubuh atletis mudanya berdiri berhadapan denganku. Kami bertatap-tatapan. Wajahnya tampan sekali. Lionel cocok menjadi seorang bintang film Korea. Kulitnya putih dan wajahnya sangat rupawan. Sesaat aku berusaha menikmati wajah tampan si Lionel hingga aku tidak sadar Lionel sudah berbuat lebih lanjut. 

Tanpa ragu-ragu, diciumnya bibirku yang tipis ini dengan lembut. Mula-mula kami berpagutan lembut. Lidahku kukeluarkan untuk menjelajah isi mulutnya. Kemudian, Lionel pun ikut membalas. Tubuhnya tiba-tiba ikut memelukku. Kami saling melumat bibir cukup lama. Aku ajarkan padanya menghisap mulut masing-masing dengan perlahan. Mulai dari bibir bawahnya aku hisap, bergantian ke bibir atasnya. Aku sempatkan juga memasukkan lidah basahnya ke mulutku dan aku menyesap lidahnya yang segar itu. Lionel pun mengikuti apa yang kulakukan. Kami berciuman dengan dahsyat dan saling menyesap mulut masing-masing. Mulut kami berpagutan cukup lama sampai aku bisa merasakan rasa mulut dan ludahnya di dalam mulutku. Tiba-tiba, Lionel mengerang keras, tidak bisa menahan nafsunya lebih lama lagi.




 Tiba-tiba, Lionel mengerang keras, tidak bisa menahan nafsunya lebih lama lagi

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Ilustrasi: Lionel

Lionel langsung mendorong tubuhku sehingga jatuh terlentang di atas ranjang. Tubuhku ditindihnya. Kontol kami yang sama-sama keras saling berhimpitan. Dia mengajakku bermain saling menggesek kontol sambil mulut kami terus berpagutan penuh nafsu. Saking nafsunya aku dengan lumatan bibir Lionel, kuminta dia meludahi mulutku.

“Ludahi mulut Mas, Lionel,” kataku kemudian membuka mulutku lebar-lebar dengan jalangnya.

Mendengar permintaan binalku, Lionel semakin bernafsu. Kurasakan tubuhnya bergetar dan kontolnya yang menempel di perutku makin membengkak. Dia lepas cumbuan manisnya dari mulutku, lalu segera dia ludahkan liurnya banyak sekali di dalam mulutku. Aku telan semua karena rasanya memang sedap sekali… Rasa mulut Lionel dan aroma napasnya langsung memenuhi mulut dan indera penciumanku.

Lionel berubah menjadi banteng liar. Kini mulutnya kembali melumati bibirku dan pantatnya bergeyol-geyol makin liar. Kontolnya yang tegang dan membengkak itu digesek-gesekkan ke batang kontolku yang tidak kalah ngaceng. Pantat kami kemudian bergerak-gerak secara harmonis, mengadu batang kontol kami sambil mulut kami bertemu dan saling melumat. Puas bermain kontol bersama, dia segera bangkit dan kembali siap menggagahiku. Pahaku langsung dikangkangkannya lebar-lebar. Kedua pahanya diselipkan di bawah pahaku. Lionel tiba-tiba berubah menjadi seorang pria dewasa yang liar dalam bercinta sekarang.

[ … ]

KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto GonzalesDär berättelser lever. Upptäck nu