2 : Barista dan Dia

132 32 51
                                    

2 : Barista dan Dia

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

2 : Barista dan Dia

'Triinggg'

Lonceng dekat pintu kafe berbunyi setiap ada pengunjung yang masuk. Hari sabtu sore ini cukup ramai pengunjung. Beberapa sudah langganan, sisanya orang asing yang hanya mampir untuk menghilangkan dahaga.

Berhubung akhir pekan, banyak sekali siswi SMP dan SMA yang mampir sebelum pulang. Mereka masih mengenakan seragam.

"Mau pesan apa?" Seorang pria di belakang meja tinggi menyapa beberapa gadis SMA yang baru masuk.

Mereka tak langsung menjawab, malah salah tingkah bahkan malu-malu kucing melihat senyuman pria tampan berkaca mata bulat itu.

"Mau milkshake strawberry satu," jawab salah satu dari mereka setelah menunggu beberapa detik.

"Aku cappucino cinta kamu, kak," sambung yang lainnya dengan berani. Pandangannya tak luput dari dari sang barista dengan pin terpasang di dada kirinya yang bertuliskan 'Sameer Sanjaya'.

Sameer hanya tersenyum, bukan pertama kalinya dia dapat rayuan gombal dari customer. Wajahnya yang tampan, matanya besar, garis senyum yang manis, hidung mancung, alis tebal dan kulitnya cokelat cerah. Sedikit jerawat di pipi kanannya tetap tampak sempurna di mata para gadis. Bahkan yang janda pun ikut tertarik. Sameer tak masalah, asal jangan istri orang.

"Yang lain?" Sameer menegaskan. Tak sedikitpun senyum ramahnya berkurang.

"Kak, tolong ketik password wifi-nya dong," balas salah seorang gadis sambil menyodorkan ponselnya. Sameer langsung menerimanya dan mengetikkan yang diminta. Gadis itu melanjutkan, "sekalian nomor WhatsApp kakak, boleh?"

Sameer segera mengembalikan ponsel itu sembari berkata, "maaf, kami tidak menjual nomor WhatsApp."

Mereka beranjak pergi ke tempat duduk customer dengan perasaan kecewa. Sementara Sameer sibuk mencatat pesanan, temannya datang dari belakang.

"Ada pesanan apa lagi?" Roman bertanya. Dia ngos-ngosan, keringatnya bercucuran membasahi dahi dan pelipisnya.

"Lo dari mana?" Sameer balik bertanya.

Roman nyengir lebar, dia menjawab, "habis setor isi perut."

Sameer geleng-geleng, dia memberikan catatan pesanan pada Roman. Pria itu lanjut bicara, "capek banget gue berjuang di wc, susah banget keluarnya. Mana sebentar lagi ganti shift kita, panik banget gue tadi."

"Gue nggak tanya, itu urusan lo," sahut Sameer. Kedua mata pria itu jelas tampak lelah, tapi dia tetap berusaha terlihat fit di depan customer.

Lonceng kafe berbunyi lagi, menampakkan seorang pria memakai kaos pendek merah di balut dengan rompi jeans compang-camping. Dia juga memakai celana jeans yang berlubang di kedua lututnya. Rambutnya seperti kebanyakan pomade, tapi sengaja dibuat berantakan. Cara jalannya persis seperti model fashion show yang kebanyakan improvisasi. Dia terus nyengir lebar dan melambaikan tangan ke setiap wanita pengunjung kafe yang menangkap kehadirannya.

AINA KACA (The Light's Stone)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ