10 : Kisah Sejarah

51 29 5
                                    

10 : Kisah Sejarah

Ovie masih tidur dengan pulas ketika Aina Kaca hendak mengajak mereka pergi ke tempat penginapan. Kata Gaayra, Ovie akan dibiarkan tidur bersamanya di rumah batu itu. Sameer agak ragu meninggalkannya, tapi Aina Kaca berhasil meyakinkannya.

"Lebih indah di malam hari," gumam Sameer ketika menuruni Hipu yang mendarat di dekat gedung tinggi yang dia lihat siang tadi.

Gedung itu bercahaya, seluruh dindingnya menyalakan warna yang berbeda. Mulai dari merah muda, biru, kuning dan ungu. Daun-daun yang menutupinya ikut menyala tertimpa cahaya dari bunga besar di sekitarnya.

Sameer juga melihat banyak sekali peri yang keluar masuk melalui pintu masing-masing ruangan. Jika dilihat dari bawah, mereka tampak seperti capung yang beterbangan. Indah sekali.

Tempat itu diberi nama 'Fairy House'.

"Mau jalan-jalan?" Aina Kaca menawarkan.

Sameer menoleh, berpandangan dengan Aina Kaca yang berdiri di sampingnya. Mereka sama-sama tersenyum, tatapan mereka seorang bentuk interaksi yang sulit dimengerti orang lain.

🌼🌼🌼

Aina Kaca mengajak Sameer ke tempat yang mirip kebun. Hanya saja cuma berisi bunga-bunga menyala yang tumbuh subur di tanah dengan luas berhektar-hektar. Sameer tak bisa menebaknya.

"Wow, ini indah sekali," kagum Sameer.

"Benar, cahaya bunga ini terlihat lebih indah saat malam hari," balas Aina Kaca.

Mereka berjalan melewati bunga demi bunga, semakin masuk ke dalam kebun yang belum Sameer lihat letak ujungnya.

Sebuah pohon besar telah menyita perhatian Sameer. Ada beberapa daun emas di antara daun hijau yang bercahaya.

"Itu pohon apa?" tanya Sameer sembari menunjuk ke pohon itu.

Aina Kaca mengikuti arah tunjuk Sameer. Dia menjawab, "Itu pohon."

"Hanya pohon biasa?" Sameer memastikan.

"Iya, pohon biasa seperti yang lain," jawab Aina Kaca santai. "Kamu menganggapnya tidak biasa karena pohon seperti ini tidak ada di duniamu, kan?"

Sameer mengedikan bahu, setuju saja dengan perkataan Aina Kaca. Walaupun dia yakin bahwa pohon itu bukan pohon biasa. Bentuk dan auranya berbeda dengan pohon lain.

"Pohon ini memang sangat indah, apalagi jika di pagi hari," tambah Aina Kaca kagum memandang objek yang sama. "Lain kali aku akan mengajakmu ke sana."

Mereka lanjut berjalan menyusuri kebun bunga itu.

"Dulu, keluargaku punya kebun sayuran, tapi mereka jual saat aku berusia dua belas tahun." Sameer tiba-tiba ingin cerita.

"Lalu?" Aina Kaca tampak bergairah untuk mendengar cerita Sameer. Dia menatap Sameer lekat, menunggu pria itu lanjut cerita.

"Mau aku cerita semua?" Sameer menebak isi pikiran Aina Kaca, yang terlihat dari sorot matanya.

"Memangnya boleh?" Aina Kaca balik bertanya.

"Boleh," jawab Sameer tak berpikir panjang.

AINA KACA (The Light's Stone)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin