enam.

6.2K 732 75
                                    

Sesuai rencana, hari ini Juna masih memiliki jatah libur, akan ia gunakan untuk menemani Abian, kasian harus meninggalkan pria itu sendiri, sedangkan belum terbiasa sama sekali dengan tempat asing ini.

Seperti hari-hari sebelumnya, hari di mana Juna masih tinggal sendiri, Juna telah bangun dari tidurnya,  tapi ada sedikit perubahan sepertinya, dia yang biasanya bangun dengan kondisi sebelahnya kosong, kini berbeda, hari ini hingga seterusnya sudah ada seseorang yang mengisi tempat itu, sehingga ia yang tadinya langsung beranjak, mengurungkan niatnya, menoleh ke samping, lalu akhirnya tersenyum,  mendapati posisi tidur Abian yang membelakangi dirinya.

Mereka tidur di atas kasur yang sama, walau hanya sekedar tidur, tidak ada hal spesial lainnya. Alasannya karena Abian yang tidak ingin mengalah tidur di atas sofa, sedangkan Juna memang tidak ada niat untuk tidur terpisah, sudah sah jadi suami katanya.

Kembali dengan Juna yang masih terduduk, ia ubah posisi duduknya menghadap Abian, melirik selimut lalu membenarkan posisi selimut itu agar menutupi tubuh Abian dengan baik.

Setelah puas mengamati pria di sebelahnya, Juna beranjak, menuju kamar mandi, membersihkan wajah sebentar, baru setelahnya melanjutkan langkah menuju dapur, kembali berkutat dengan alat-alat dapur, membuat sarapan dengan porsi yang lebih banyak dari biasanya.

Suara serta bau masakan Juna memenuhi dapur, hampir satu jam lamanya, dua piring nasi goreng lengkap dengan telur ceplok telah tersaji, jika sudah seperti ini, tugasnya yaitu mandi dan membangunkan pria kecil di dalam kamar, mereka.

Belum ada tanda-tanda Abian bangun, hanya perubahan posisi yang terjadi, Juna melirik jam dinding, pukul tujuh lewat delapan belas menit.

Tidak ingin menggangu tidur yang lebih muda, Juna akhirnya memilih untuk mandi terlebih dahulu, baru setelahnya membangunkan tubuh yang masih terbaring nyaman di atas kasur.

Hanya perlu beberapa menit, Juna telah selesai dengan urusan mandinya, sekarang tugasnya membangunkan si kecil, Juna tersenyum, panggilan kecil terdengar lucu dan pas untuk Abian, sepertinya.

Juna berpikir, baru sehari, dirinya sudah sering membangun kan Abian, bisa ia bayangkan hal itu akan menjadi rutinitas barunya mulai sekarang.

Abian terusik akibat sesuatu yang dingin mengenai pipinya, semerbak sabun segar perlahan memenuhi penciuman, sipit ia paksa terbuka, hingga sayup-sayup ia dengar namanya di panggil oleh suara yang sudah familiar dalam pendengaran.

Mata sipit Abian terbuka sempurna, netra nya dengan jelas menangkap sosok Juna yang duduk di pinggiran kasur, dengan satu tangan yang menyentuh lembut satu pipinya.

Sepenglihat nya, Juna tersenyum, menjauhkan sesuatu yang terasa dingin itu, yang ternyata adalah telapak tangan.

"Bangun yuk, langsung mandi terus kita sarapan, saya sudah masak tadi." ujar Juna pada Abian yang masih memaku pandangan terhadapnya.

Kembali tersadar, Abian telah berhasil mencerna apa yang baru saja terjadi. Gelagapan sendiri, dengan cepat duduk, matanya yang tadi berani menatap Juna kini sibuk berlari-lari kesana kemari, apa-apaan tadi, bisanya ia diam saja, sungguh memalukan.

"Sana lo! Gue mau bangun." hardiknya, ia singkap selimut, langsung beranjak dari kasur saat Juna juga telah kembali berdiri dari duduknya.

Memastikan Abian telah bangun, Juna merapikan tata letak seprai, bantal, juga selimut, juga mematikan kipas angin sambil menunggu Abian selesai dengan mandinya.

Setelah memastikan semuanya kembali rapih, Juna keluar, menunggu Abian di meja makan minimalis, setidaknya muat empat kursi.

Dilain sisi, Abian baru saja keluar dari kamar mandi dalam, sudah tidak menemukan jejak Juna, karena belum menyusun bajunya yang berada dalam koper, terpaksa ia membongkar nya saat itu juga, memakai baju yang lebih dulu ia temukan, lalu setelahnya membiarkan satu koper itu terbuka lebar menjadi dua bagian.

𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Where stories live. Discover now