bahagia mereka.

6K 599 27
                                    

Sudah seperti kesepakatan, jika hari Minggu tiba, tidak boleh ada kegiatan luar, harus menghabiskan waktu dengan keluarga. Kira-kira seperti itulah yang keluarga kecil Juna terapkan.

Seperti sekarang, Juna dan Abian telah berada pada karpet bulu tebal di ruang keluarga, lengkap dengan dua bayi mungil mereka.

Keduanya sudah segar setelah dimandikan oleh sang Papi, selanjutnya hanya menunggu makanan mereka jadi, sebentar lagi, karena sekarang Ayah baru saja bergegas membuatnya di dapur.

Sembari menunggu Juna, Abian pula mengajak main dua buah hatinya, sesekali mengambil potret ketika bayi nya sedang berpose lucu, sebagai dokumentasi katanya.

Hingga kedatangan sang Ayah mengundang celotehan semangat dari dua bayi yang sudah ingin menginjak usia satu tahun mereka, jika tidak ditahan oleh Abian, mungkin si kecil sudah merangkak menghampiri sang Ayah yang sedang membawa satu nampan berisi dua mangkuk bubur beserta dua botol minum bayi yang terisi setengah.

Abian raih nampan, meletakkannya dipinggir, bubur masih terlalu panas untuk dikonsumsi anak nya, jika ditiup pun tidak bisa, pasalnya ia telah menjelajahi internet tentang sedikit ilmu  dalam mengasuh si buah hati.

"Katanya mama sama papa bakal kesini ya sayang?" Tanya Juna, sambil mengambil alih sang putra, meletakkan pada pangkuannya.

Anggukan Abian berikan, "Semalam aku udah dichat sama mama sih," balasnya, sesekali ia periksa suhu bubur, pastikan sudah dingin atau belum, takut anaknya keburu rewel dan susah didiamkan.

"Bagus deh, udah lama juga kan mereka ngga ketemu opa sama oma nya." Juna berucap lalu melirik dua anak mereka.

"Tapi jangan bukain pintu buat Anin ya mas, males aku tuh."

Juna pandang wajah suaminya, sedang mengerut kesal. Sepertinya, walau sudah berbaikan pun, hubungan Abian dan Anin tidak akan mendapatkan kata damai, pasti ada saja yang buat kesal satu sama lainnya.

Sebelum menjawab, Juna terlebih dulu tertawa kecil, "Kenapa lagi sayang, kamu kayaknya dibikin kesal lagi."

"Ya gimana ngga kesal, dia boros banget tau mas. Kemarin aku lihat postingan dia lagi beli baju sama mainan lagi, aku tanya mama, dan ternyata beneran beli lagi dia tuh. Kamu tau sendiri si Kakak sama Adek masih bisa gede, cuman kepake sebentar baju-baju nya, itupun kalau sempat kepake semua, mana mainan mereka entah udah berapa karanjang, padahal mereka masih belum ngerti. Tapi Anin malah belanjain banyak banget, Kakak sama Adek kebiasaan dimanjain nantinya." Balas Abian memulai omelan nya, hingga Kila yang sedang berada di pangkuannya memperhatikan sang Papi, sesekali mengeluarkan suara lucu, seolah membalas segala kalimat Papinya.

Juna tersenyum lembut, "Yaudah kalau gitu, nanti biar mas aja yang bilangin ya. Jangan kesal gitu, itu princess nya Ayah udah lapar, disuapin ya anaknya, kayaknya buburnya udah ngga panas tuh sayang." Setelah menyelesaikan kalimat, kembali Juna dudukkan sang putra kecilnya, siap untuk menyuapi si mungil.

Dua orang tua itupun mulai menyuapi anak mereka, masing-masing satu. Kala menjadi orang pertama yang menghabiskan makanannya, sekarang sedang minum melalui botol minum khusus untuk bayi, setelahnya disusul oleh Kila yang akan menyambut suapan terakhir dari sang Papi. Namun, mungkin karena terlalu lama, si kecil mulai mengoceh.

"Pi, Pi."

Ocehan yang terdengar jelas itu tiba-tiba menghentikan gerakan Abian, ia pandangi sang putri kecilnya dengan penuh haru, "Bilang apa tadi sayang? Mas kamu denger ngga tadi Kakak manggil aku." Ujar Abian terlalu semangat, senyum sumringah nya tidak pernah luntur.

Juna juga sama, pandangan penuh haru dan bangga ia berikan pada putri mereka, "Pintarnya anak Ayah."

Namun Kila tiba-tiba menangis, mungkin merasa kesal karena sang Papi tidak kunjung menyuapinya.

𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Where stories live. Discover now