7 - tamat

199 14 3
                                    

Elena.

Elena.

Elena.

ELENA.

ELENA.

ELENA!!

"Maaf gue harus bangunin lo tapi ada kabar gak enak, orang tua lo meninggal. Gue denger waktu lewat depan ruang guru, kayaknya bentar lagi lo diantar pulang."

Elena menatap seorang teman kelasnya itu yang memasang wajah prihatin. Dilihat dari sisi mana pun, Elena tetap kecewa. Apalagi setelah melihat seisi kelas ikut prihatin padanya. Ia tetap kecewa. Kenapa baru sekarang mereka peduli?

Gadis itu menangis tanpa suara, ia kemudian dipeluk oleh salah satu dari mereka. Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Kenapa mereka peduli?

Elena berteriak, melepas pelukan itu dan berlari keluar. Dengan kesetanan ia memukul siapa pun dan apa saja yang ada di depannya. Sampai akhirnya beberapa guru dapat menahan pergerakannya. Ditahan seperti itu membuat Elena merasa sulit bernapas dan paru-parunya terasa seperti dipelintir hingga kesadarannya hilang.

"Elena."

"Elena."

"ELENA LO NGAPAIN?!"

Elena melihat sekelilingnya, memindai ruangan tempat ia berdiri. Sepertinya ini apartemen milik Samuel.

Ia langsung disuguhi pemandangan dirinya yang sedang berjalan sambil menggenggam pisau di tangannya yang sudah penuh darah, sementara itu di pojok ruangan terdapat Samuel yang memegangi luka di perutnya sambil menangis.

"Elena! Elena jangan!"

Elena sontak mematung. Tidak, tidak, tidak. Bukannya ia membayar orang lain untuk membunuh Samuel?! Tapi kenapa yang ia lihat sekarang adalah dirinya?

Dirinya yang lain tampak tertawa menyaksikan Samuel merangkak kesakitan menjauh darinya sambil menangis, pemuda itu rupanya berusaha mengambil ponsel di atas meja. Maka dari itu ia langsung menusukkan pisau itu ke tangannya dan menembus hingga layar ponselnya.

Teriakan nyaring Samuel langsung terdengar, pemuda itu juga semakin kencang menangis.

Elena terduduk syok, ia merapat ke dinding dan melihat pemandangan itu dengan penuh keterkejutan. Bagaimana bisa dirinya melakukan hal seperti itu?

Dirinya yang lain tidak mencabut pisau itu dari tangan Samuel, justru berjongkok untuk melihat wajah kesakitan pemuda itu sambil tertawa di depan wajahnya. "JAHAT!" bentaknya.

"Ayo nangis lebih keras!"

Pisau itu ia cabut dan ia tusukkan berkali-kali ke bagian organ kelamin pemuda itu dan terus mengulang kata, "Jahat! Samuel jahat!"

Samuel tergeletak, ia meregang nyawa. Dengan itu Elena mencabut pisaunya dan menusuknya juga tepat di jantungnya untuk memastikan Samuel akan benar-benar meregang nyawa. Setelah itu ia membersihkan diri di kamar mandi.

Ruangan cepat berganti. Kini ia berada di rumahnya dan tepatnya ada di dalam kamar Ayah dan Ibunya. Derit pintu terbuka terdengar di telinganya, ia mau tak mau menoleh untuk melihat siapa di sana.

Rupanya dirinya yang lain masuk ke dalam kamar sambil membawa pisau. Elena lantas mendekat dan berusaha mencegah itu semua, namun ... menyentuh atau didengar pun tidak bisa.

Hingga ia harus melihat adegan percobaan pembunuhan lagi di depan matanya sendiri. Sebuah pembunuhan tanpa perlawanan jika target tidak terbangun. Namun, mereka terbangun dan berusaha melawan.

Dengan tenaga yang cukup besar, ia mampu menjatuhkan lawannya dengan mudah, gadis itu tertawa ketika mereka memohon padanya sambil menangis agar tidak melakukan apa pun.

"Kami orang tua kamu, Elena!"

"BUKAN!" Elena membentak dengan nyalang.

Ia memukul ibunya bertubi-tubi dengan, menampis serangan Ayahnya yang mencoba mencegah dan menengahi. Apa pun itu tidak berlaku karena Ibunya yang kini sudah lemah tidak berdaya tengah menyakiskan suaminya ditusuk berkali-kali organ kelaminnya oleh gadis itu.

"Ayo nangis! Ayo nangis!"

Dengan serampangan ia menusukkan pisau ke bagian mana pun, bergantian dari Ayahnya lalu ke Ibunya berulang-ulang sambil tertawa puas.

Elena yang syok sudah jatuh terduduk di lantai sejak awal, ia masih tidak menyangka bahwa ia melakukan semua itu. Ia meneguk ludahnya dan melihat pergerakan Elena yang turun dari tempat tidur dengan baju penuh darah.

"Huh, harusnya aku bawa dua pisau. Iya, kan, Elena?"

Tamat.

if the world is cryingWhere stories live. Discover now