setahun lalu

23 1 0
                                    

Zara tampak meregangkan otot-otot tubuhnya setelah beberapa jam terus berada di satu posisi dengan menatap komputer.

Melirik sejenak kearah pintu ruangan Farhan yang tertutup membuat Zara mendesah malas. Sebagai sekretaris mau tidak mau Zara selalu menemani Farhan meskipun kadang Farhan si Mr perfeksionis bekerja di jam makan siang seperti ini.

"Zar enggak makan?" suara Sinta membuat Zara yang sedari tadi menatap ruangan Farhan beralih menatap Sinta.

"Ya mau makan juga mbak, tapi si bos enggak keluar keluar," curhat Zara.

"Waduh yang sabar ya Zar, mau nitip makanan aja enggak?" tawar Sinta.

"Enggak usah mbak tadi Zara udah pesan online bentar lagi juga nyampe," tolak Zara.

Sinta mangut mangut "kalau gitu duluan ya Zar," pamit Sinta berlalu pergi.

Menghela nafas Zara dengan bertopang tangannya hanya terus saja menatap ruangan tersebut.  Dan entahlah tanpa sadar menariknya kembali ke masa lalu.

1 tahun lalu ...

Zara membuka matanya dan tampak mengerjap untuk menetralkan cahaya yang masuk ke matanya. Aroma antiseptik menguar dipenciumanya belum lagi ruangan yang putih sebagai pemandangannya.

Mengedarkan pandangannya dan terpaku pada sosok Pria tampan yang tampak kelelahan dan terlelap di bangku sampingnya.

Rahangnya tegas, kulitnya sawo matang, alisnya tebal, rambutnya hitam legam tebal namun tampak agak memanjang, rahangnya dipenuhi bulu bulu halus yang mulai tumbuh.

Zara masih terpaku pada sosok tersebut sampai mata yang terpejam itu terbuka dan menatap Zara yang juga sedang menatapnya.

Keduanya saling tatap hingga laki laki tersebut lebih dulu mengalihkan pandangannya dan tanpa bicara langsung bangkit berdiri untuk menekan bel disebelah kasur Zara untuk memanggil dokter dan selang beberapa menit dokter dengan beberapa perawat mendatangi Zara dan memeriksa Zara.

"Anda tahu nama anda?" tanya dokter tersebut membuat Zara mengangguk.

"Zahra Agata Ravendra," balas Zara pelan.

"Anda kenal Pria ini?" kembali dokter bertanya.

Zara mengalihkan atensinya pada sosok Pria disebelahnya, sembari berusaha mengingat siapa dia. Namun nihil Zara tidak bisa mengingatnya malahan kepalanya terasa sakit.

"Saya enggak tau dok, kepala saya sakit," jelas Zara membuat dokter tersebut mengangguk paham.

"Anda bisa beristirahat dan jangan memaksakan hal itu," nasehat dokter tersebut dan mengajak sosok tersebut untuk menjauh.

Kemudian kedua orang tua Zara sampai diruangan tersebut dan tersenyum lega melihatnya.

"Princess Papa, untung kamu sadar," ujar  Gerald menatap Putri tunggalnya tersebut sambil memeluk Zara.

Sedangkan Maurel sudah menangis ikut memeluk Zara "ya Tuhan Zara, Mama benar benar bersyukur kamu sadar juga,"

Zara tersenyum tipis "Pa,Ma sebenarnya Zara kenapa?" tanya Zara menatap bingung kedua orangtuanya yang juga saling pandang.

"Kamu enggak ingat sayang?" tanya Gerald yang mendapat jawaban gelengan kepala dari putri tunggalnya itu.

"Sayang, kamu mengalami kecelakaan sebulan yang lalu ..." belum selesai Maurel bercerita sosok tadi memasuki ruangan membuat semau atensi kearahnya.

"Farhan, apa kata dokter?" tanya Gerald langsung.

Sosok yang baru saja Zara ketahui namanya menatap datar Zara sebelum kemudian mengalihkan atensinya pada kedua orangtuanya.

Love You 3000 Pak Bos!Where stories live. Discover now