Cuti sakit

22 0 0
                                    

Zara menatap pintu ruang rawatnya menanti kedatangan Farhan, namun sosok itu belum kunjung kembali setelah tadi pamit untuk memanggil dokter.

Pintu ruangan yang sedari dirinya tatap itu tiba tiba terbuka, Zara tersenyum gembira berharap sosok Farhan tapi senyumannya terhenti saat yang masuk adalah Maurel dan Gerald.

"Kamu enggak apa-apa sayang?" Zara langsung dicercar dengan pertanyaan.

"Mama sama papa, kok bisa ada disini?" tanya Zara.

"Tadi Farhan nelpon mama, bilang kamu pingsan setelah terjebak di lift. Langsung aja Papa kamu ini bawa jet pribadi balik ke indonesia padahal ya Zar, kita berdua lagi di London," cerita Maurel.

Zara terkekeh "padahal Zara enggak apa-apa loh pa,"

Gerald mengusap rambut putri tunggalnya itu "enggak apa-apa gimana!? Sampai masuk rumah sakit gini," ujar Gerald dengan nada penuh kecemasan, Zara tersenyum hangat dia beruntung memiliki orang tua yang selalu menyayanginya seperti ini.

"Oke Pa, Thanks you so much udah bela belain balik ke Indonesia cuma buat lihat putri papa ini," balas Zara.

"Mama enggak diajak nih?" ujar Maurel, dia sangat tau suaminya dan putrinya itu sudah seperti prangko lengket banget.

"Diajak dong mamaku sayang, makasih ya mama," balas Zara mencium pipi Maurel dengan sayang.

"Farhan kemana Zar?" Gerald bertanya.

"Pergi, nemuin dokter," jawab Zara, setelahnya suara pintu dibuka menampilkan sosok yang sedang mereka bahas masuk kedalam.

"Om, Tan," sapa Farhan menyalim kedua orangtua Zara.

"Apa kata dokter Farhan?" tanya Gerald.

"Zara hanya syok om, sudah boleh pulang tapi harus istirahat penuh," jelas Farhan.

Gerald mengangguk "balik ke mansion ya Zar, cuti dulu kerja biar istirahat," sarannya.

"Aku baik baik aja loh pa, bisa kerja ini," bantah Zara.

"Kamu cuti saja," putus Farhan membuat zara bungkam.

"Yaudah kamu minum obat dulu, nanti sore kita pulang," ujar Maurel kemudian membantu Zara meminum obatnya.

Sedangkan Gerald dan Farhan sudah keluar dari ruangan, untuk berbicara.

"Apa kata dokter sebenarnya?" tanya Gerald pada Farhan pada saat keduanya sudah berada lebih jauh dari ruangan Zara.

"Dia pingsan akibat ingatannya mulai muncul," jelas Farhan membuat wajah Gerald cemas bukan main.

"Apa Zara akan mengingat segalanya Farhan?" tanya Gerald dengan bada lirih.

"Yang bisa kita lakukan sekarang membuatnya menjauh dari hal hal menyangkut Haris," jelas Farhan terdengar getir.

Gerald hanya menarik nafas berat, dia sangat mencintai putrinya itu, namun dirinya juga hanya punya pilihan ini agar Zara tidak mengingat hal menyakitkan itu.

"Maafin Farhan om, ini semua terjadi karena Farhan entah itu kejadian di masa lalu dan bahkan sekarang," ucapan Farhan terdengar putus asa, dia tak akan pernah bisa menghilangkan belenggu rasa bersalah ini.

Gerald menepuk bahu Farhan "tidak ada yang salah, hanya waktu yang kurang tepat Farhan. Saya tidak bisa menyalahkan siapapun disini, semua sudah menjadi bagian masa lalu. Kalau Zara bahagia tanpa mengingat masa lalu itu tugas kita agar dia lupa selamanya walaupun itu terdengar tidak mungkin,"

Farhan mengangguk patuh "kalau begitu Farhan akan menyelesaikan administrasi dan juga surat pemulangan Zara serta ijin cuti nya juga,"  mendengar itu Gerald hanya mengangguk kemudian memilih kembali keruang rawat Zara untuk membantu kepulangan putrinya itu sedangkan Farhan melangkah menuju tempat administrasi rumah sakit.

Love You 3000 Pak Bos!Where stories live. Discover now