Episode 1

76 12 24
                                    

Background Song : Rain City Drive - Blood Runs Cold [Reimagined]

Sumedang, Pukul 19:35 PM

Ada seorang gadis bertubuh mungil dengan gaun berwarna putih, topi beanie berwarna putih dan kacamata Oakley Flak berwarna putih lensa bening sedang berlari mengejar kunang-kunang disebuah bukit.

Monolog on

"Kunang-kunang yang ini lembut bahkan sangatlah rapuh."

Ada tiga orang remaja dewasa dengan didalam mobil Ford Mustang 1979 Convertible. Satu pemuda dan dua pemudi itu nampaknya happy menyusuri jalanan utara Bandung-Sumedang lebih tepatnya di wilayah Cadas Pangeran.

"Tetapi dialah yang mempersatukan kami."

Terdapat sesosok pria sedang melihat seorang gadis dengan topi snapback 'TWA', Kaus band The Word Alive, celana jeans robek-robek, kacamata oakley holbrook putih lensa bening dan sepatu Vans merah sedang bergembira menikmati suasana bukit.

"Dia merubah aku menjadi menjadi siapa aku sekarang dia yang lebih memiliki isi."

Kembali di dalam mobil mereka bertiga melanjutkan sedang menyusuri jalur Bandung-Sumedang menggunakan mobil Ford Mustang 1979 Convertible hitam.

"Sementara kunang-kunang yang satu lagi. Menarik aku tinggi. Cukup tinggi sehingga dapat berdiri tegar. Dan yakin akan keberadaanku."

Dua pemudi itu sedang berburu kunang-kunang sedangkan si pemuda hanya tiduran di atas rumput bukit.

Kedua pemudi itu sangat bergembira atas hasil berburu kunang-kunang yang sangatlah banyak. Tetapi kedua pemudi itu masih belum puas mereka harus berburu kunang-kunang kembali.

"Perbedaan yang membuat mereka saling melengkapi."

Kembali saat diperjalanan ketiga pemuda-pemudi itu saling bercanda ria.

Pria berkacamata oakley falk itu menatap kedua gadis yang saling berlarian berburu kunang-kunang dan kembali bermonolog. "Melengkapi mereka sendiri maupun melengkapi hidupku,"

Pria itu tersenyum melihat kedua gadis itu bergembira.

Monolog off

Terdapat sesosok gadis cantik sedang berburu kunang-kunang dengan tangannya sedang disisi lain ada gadis yang menatap sebuah toples berisi puluhan kunang-kunang.

Gadis bertopi 'TWA' itu menghampiri temannya yang memegang toples. "Yeyyyy dapat!"

Gadis bertopi 'TWA' itu memasukkan kunang-kunang ke dalam toples.

Gadis bertopi TWA itu melihat hidung temannya yang mimisan parah. Sedangkan gadis dengan topi beanie putih itu tidak memperdulikan bahwa dirinya mimisan.

Gadis bertopi 'TWA' itu pun bertanya. "Nin, lo mimisan?" Gadis dengan topi beanie putih hanya terdiam saja. Yap mereka adalah Lory dan Nindy.

Lory pun memanggil seseorang yang sedang memotret pemandangan bukit di malam hari. "Cody!

Seseorang itu menengok ke arah belakang. Yap itu Cody si pria dengan tunnel earrings berwarna putih di telinganya dan kacamata Oakley Flak lensa orange khasnya dengan memegang kamera DSLR memotret pemandangan bukit.

Cody pun merespons dengan berteriak. "Naon?!" Lory pun memerintahkan Cody. "Ambilin es di coolbox dong!" Cody pun bertanya. "Buat naon?!" Lory pun menjawab. "Si Nindy mimisan Dy!"

Cody pun pergi untuk mengambil coolbox sedangkan Nindy dan Lory duduk berdua.

Lory pun berucap ke Nindy. "Udahan ya. Kita cari penginapan aja yuk," Nindy pun merespons. "Gue nggak sakit kok Lor," Lory pun berucap kembali. "Jangan ngeyel deh. Tapi gue yang sakit lihat lo kayak gini," Nindy hanya tersenyum seraya menatap Lory.

Di sisi lain ada Cody yang membawa sebuah sapu tangan dan coolbox. Cody pun menghampiri mereka berdua.

Lory membuka payung hitamnya untuk memayungi Nindy sedangkan Cody sedang menyiapkan kompres.

Cody pun mengelap bekas darah yang ada dihidung Nindy perlahan-lahan. Namun Nindy mengambil kompres tersebut. Cody menatap Nindy sesaat beberapa detik sedangkan Lory hanya melihat kedepan.

Mereka bertiga pun memandangi pemandangan bukit yang indah. Sebelum melanjutkan perjalanan mereka.

Di perjalanan Lory pun memeluk pinggang Nindy sedangkan Cody yang menyetir mobil untuk masuk ke arah Tol Cirebon.

*****

Di Tol Brebes Timur. Cody pun menghentikan mobilnya di Rest Area. Lory pun bertanya ke Cody. "Ngapain lo?" Cody pun menjawab sambil membuka pintu samping mobil. "Pipis bentar,"

Cody pun turun dari mobil lalu berlari menuju WC umum.

Selagi Cody lagi pipis dikamar mandi. Lory dan Nindy pun ngobrol berdua sambil makan tahu sumedang. Lory pun berucap. "Hey Nin! Perjalanan ini kan hadiah ulang tahun ke-19 Lo. Dan lo harus senyum dong," Lory pun tersenyum sambil melihatkan giginya ke Nindy. Nindy pun tersenyum tipis. Lory pun bertanya. "Lo kenapa sih dari tadi pergi tuh lebih banyak bengongnya daripada ketawanya?" Nindy pun menjawab. "Masa sih Lor," Lory pun bertanya kembali. "Mikirin apa sih?" Nindy pun bertanya balik. "Apa ya gue bingung nih?" Lory pun meledek Nindy. "Ye nih bocah malah balik nanya dah,"

Giliran Nindy yang memanggil Lory. "Lor," Sedangkan yang dipanggil lagi mengunyah tahu sumedangnya. "Aphwa?" Nindy pun mulai angkat bicara. "Gue takut Lor," Lory pun menelan tahu sumedangnya lalu bertanya. "Takut apa toh Nin?" Nindy menjawab sambil menaikkan bahunya. "Ya takut aja," Lory pun berucap. "Lo tuh aneh ya. Kerjaannya suka takut. Dari takut gelap, takut kecoa, takut tinggi, sama takut mati." Nindy pun tertawa lalu merespons. "Parno sejati ya gue," Lory mengangguk dan bergumam. "Ehem..."

Nindy pun kembali bertanya ke Lory. "Emangnya lo nggak pernah takut sesuatu Lor?" Lory pun menjawab. "Gue. Takut. Kalo gue jadi penakut juga siapa yang jagain lo ege," Nindy pun kembali tersenyum lalu mereka berdua tertawa.

Nindy pun kembali memanggil Lory. "Eh Lor," Nindy pun bertanya kembali. "Hmmm...Gue boleh tanya sesuatu nggak," Lory pun bertanya. "Apa?" Nindy pun bertanya ke Lory. "Kacamata lo beli dimana?" Lory pun bertanya balik. "Uapik ndak Nin?" Nindy pun meledek. "Nggak. Malah jelek kalo dipakai lo Lor," Lory pun mengembungkan pipinya.

Sedangkan di sisi Cody. Pria itu sedang membayar WC umum. "Berapa Mas?" Penjaga WC umum itu menjawab. "Limaewu ae dek," Cody pun mengeluarkan uang sepuluh ribu untuk membayar. "Nih Mas, Oiya kembaliannya buat mas aja," Penjaga WC umum itu berucap ke Cody. "Suwun nggih," Cody pun menjawab. "Sami-sami atuh Mas,"

Kembali di sisi Lory dan Nindy. Nindy sedang duduk diatas kap sambil melihat kunang-kunang yang ada didalam toples. Sedangkan Lory sedang memotret bis-bis yang lewat menggunakan kamera DSLR milik Cody.

Cody pun menghampiri Lory. "Lo sama Nindy dah makan?" Lory pun menjawab. "Udah kok Dy," Cody pun berucap. "Udah mulai dingin nih. Gue naikin atap canvas mobil dulu ya," Lory pun menjawab. "Ya monggo,"

Cody pun menuju ke mobil untuk menaikkan atap canvas. Ia tidak sengaja menatap Nindy yang sedang melihat kunang-kunang.

Cody pun berusaha menaikkan atap canvas mobil Ford Mustang 1979 miliknya itu. Sedangkan Nindy hanya menatap Lory yang memotret bis-bis yang lalu lalang di rest area.

Cody pun mengumpat gara-gara atap canvasnya sudah rusak."Anjrittt!"

Cody pun menghampiri Nindy dan Lory. Lory pun bertanya. "Bisa Dy?" Cody pun menjawab. "Nggak bisa Lor. Macet." Lory pun kesal ke Cody. "Kok lo nggak bilang sih kalau rusak! Lo tau sendiri kan si Nindy tuh nggak kuat kalau kedinginan lama-lama!" Cody berucap ke Nindy. "Iya.... Iya... Hampura ya Nin," Nindy pun cuma mengangguk.

Cody berbicara ke Nindy. "Gini ya Nin. Kalau lo mulai kedinginan atau gerah kita berhenti aja dulu," Lory pun menyambung ucapan Cody. "Kalo udan piye?" Cody pun menjawab. "Ya berhenti lagi. Cari tempat adem gitu Lor," Lory pun berucap. "Kaya naik motor dong," Lory pun memotret Nindy dan Cody.

Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanannya kali ini menuju ke Slawi untuk istirahat sementara dari perjalanan.

*To Be Continued*

The Fireflies Onde histórias criam vida. Descubra agora