Episode 7

16 6 2
                                    

Malam harinya Nindy merebahkan dirinya sambil memakai headphone wireless dengan stiker Marshmallow milik Lory.

Lory dan Cody baru saja pulang dari pantai. Lory membersihkan dirinya sedangkan Cody sedang berkaca sambil melepaskan jam-nya.

Setelah Lory selesai membersihkan diri lalu ia menghampiri Nindy. Meskipun ia dan Nindy tertidur dengan arah berlawanan.

Nindy memegang wajah Lory yang tertidur.

*****

Tengah malam di parkiran hotel. Lory sedang merokok di dalam mobil Ford Mustang 1979 Convertible milik Cody.

Tiba-tiba ada suara laki-laki secara samar-samar memanggilnya. "Udah subuh Lory," Lory pun merespons. "Gue mimpi buruk Dy. Jadi nggak bisa bobo lagi,"

Cody pun masuk kedalam mobil dan bertanya ke Lory. "Mimpi apa Lor?" Lory pun menceritakan. "Gue mimpi kita jalan-jalan naik mobil ini. Terus ada tornado. Kita terhempas angin itu dan kita terpisah," Cody hanya merespons. "Serem amat,"

Cody pun menyelipkan rokok Esse Change-nya ke bibirnya. Lalu menyalakannya.

Cody menyuruh Lory. "Lo jangan ceritain ke Nindy. Ntar tuh bocah parno lagi," Lory menjawab. "Iya iyalah,"

Cody bertanya ke gadis disampingnya. "Besok kita lanjut jalan kan Lor?" Lory menjawab. "Kayanya Nindy udah kenapa-napa," Cody menatap Lory lalu berucap. "Nindy akan selalu bilang gapapa," Lory menjawab. "Ya mudah-mudahan dia nggak bohong aja," Cody membalas ucapan Lory dengan serius. "Lo harusnya bisa bedain dong Lor!" Lory menjawab kembali. "Bisa. Dia bohong. Dan ada sesuatu yang bener-bener disembunyikan secara rapi olehnya," Cody bertanya. "Masa sih Lor?" Lory mengangguk dan menjawab pertanyaan Cody. "Tapi gue belum tau aja itu apa,"

Lory dan Cody saling bertatapan satu sama lainnya. Cody menyuruh Lory sambil membuang rokoknya. "Lor, balik bobo yuk," Lory cuma merespons. "Lo aja dulu ntar gue nyusul,"

Cody turun dari mobil untuk balik ke kamar sedangkan Lory hanya terdiam saja.

*****

Pagi harinya saat matahari terbit Cody, Lory dan Nindy tertidur ditempatnya masing-masing. Tiba-tiba ada suara ponsel berbunyi. Cody refleks terbangun sedangkan dering ponsel makin keras Lory bertanya sambil mengigau. "Hape siapa itu? Kan perjanjiannya nggak boleh bawa hape," Nindy pun refleks terbangun lalu berucap. "Hape gue!" Nindy beranjak dari tempat tidur lalu Lory membalikkan badannya. Lory berucap ke Nindy. "Nindy! Lo kan yang bikin peraturan,"

Nindy menuju balkon hotel untuk menjawab telepon. "Iya, Dhi."

Di sisi Dhiya gadis berbaju Putih Abu-abu itu mengadu ke sang kakak. "Sekarang aku lihat abah lagi mesra-mesraan di atas sama gundiknya tuh Téh. Ambu cuma diam begitu saja bisanya cuma nangis. Terus ngurung diri aja gitu Téh. Bayangin Téh masa setiap hari dia takut keluar kamar,"

Kembali ke Nindy gadis itu merenung lalu matanya tiba-tiba berkaca-kaca mendengar ucapan sang adik.

Nindy curhat ke Lory saat mereka berdua mandi bareng. "Lory, gue baru aja pergi beberapa hari tapi mereka bersikap seakan-akan gue udah mati. Gue masih hidup. Tapi Abah gue udah berani bawa gundiknya ke rumah," Nindy menatap Lory serius. "Gue nggak boleh mati. Demi Ambu gue," Lory bertanya ke Nindy. "Lo mau kita balik ke Bandung?" Nindy hanya terdiam saja tidak menjawab satu kata pun.

*****

Siang harinya Lory, Cody dan Nindy check-out dari hotel untuk menyebrang feri dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk.

Lory dan Cody memasukkan barang-barang ke bagasi mobil setelah memasukkan barang Cody pun bertanya ke Lory. "Bokap Nyokap-nya si Nindy berantem lagi ya Lor?" Lory mengangguk lalu menjawab. "Iya, Kayanya yang ini lebih parah deh Dy." Cody bertanya sambil menyalakan rokoknya. "Terus kita jadi balik Bandung nggak nih?" Lory menjawab. "Nindy sih maunya lanjut nyebrang. Kayanya ada yang aneh deh ama tuh bocah," Cody bertanya kembali. "Maksud lo Lor?" Lory menjawab sambil menyalakan rokoknya. "Ya dari omongan Nindy tadi. Dia lebih banyak nyebut kata mati," Cody pun bingung. "Maksudnya Lor? Gue masih teu paham," Lory menggelengkan kepalanya. "Sama Dy. Gue juga ndak paham,"

Nindy pun datang sambil memeluk toples kunang-kunang. Lory pun bertanya ke Nindy. "Lo yakin nggak jadi balik?" Nindy menjawab dengan ragu-ragu. "Gue.....Gue....." Cody memotong pembicaraan Lory dan Nindy. "Lo pasti mau ngomong gapapa kan Nin. Gue dah tau kok!" Nindy pun menatap Cody serius. "Emang gue gapapa kok," Cody sewot ke Nindy. "Lo mah selalu begitu Nin,"

Cody masuk ke mobil duluan sedangkan Nindy dan Lory saling bertatapan. Cody kembali berbicara ke Nindy sambil membuang puntung rokoknya. "Lo kan manusia yang nggak punya masalah sedunia!"

Cody menyuruh mereka untuk masuk. "Yuk ah!" Lory dan Nindy saling bertatapan lalu kedua gadis itu masuk ke mobil.

Lory duduk disamping kanan Cody sedangkan Nindy duduk dibelakang.

Nindy duduk di atas atap canvas yang rusak. Saat Cody mau menyalakan mesin. Lory menyuruh Nindy untuk duduk di kursi. "Nindy, Turun!" Nindy duduk di kursi dan mobil pun dinyalakan.

Lory, Nindy dan Cody melanjutkan perjalanan ke arah timur.

Mereka bertiga menyebrang dari Pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk.

Setelah kurang lebih satu jam penyeberangan kapal Feri mereka bertiga melanjutkan perjalanan melalui jalur Gilimanuk - Denpasar.

*To Be Continued*

The Fireflies حيث تعيش القصص. اكتشف الآن