Episode 8

25 6 2
                                    

Jembrana, Bali, Pukul 13:00 AM

Lory, Cody dan Nindy transit sementara ke Pura Segara Rupek karena Cody ingin memotret-motret pemandangan. Cody pun ditemani oleh Lory.

Lory mengajak Cody bicara empat mata. "Woy Cody. Tadi lo sinis banget sih sama si Nindy," Cody menjawab Lory. "Biar dia tau kalau kita tuh sebenernya sayang sama dia," Lory melanjutkan bicaranya. "Oh jadi gitu ya. Nunjukin rasa sayang lo ke orang lain tuh gitu," Cody bertanya ke Lory. "Emang lo tau cara yang lebih baik?" Lory menjawab dengan sewot. "Lo keterlaluan Dy," Cody merespons Lory. "Lo tuh yang keterlaluan!" Lory kebingungan. "Kok gue?"

Giliran Cody yang angkat bicara. "Daritadi Nindy bilang gapapa itu berarti dia punya masalah. Gitu aja nggak tau sih," Lory pun misuh-misuh ke Cody. "Jaga mulut lo!" Cody pun sewot ke Lory. "Daritadi gue dah marah-marah. Nindy juga dah marah-marah. Cuma lo satu-satunya yang gue anggap masih waras," Lory pun lari meninggalkan Cody yang bengong.

Lory berlari menghampiri Nindy yang ada di dalam mobil. Di saat Lory berusaha menyalakan mesin mobil. Cody pun menyusulnya.

Saat Lory tancap gas mobil Ford Mustang itu Cody masih bisa menyusul masuk.

Lory pun flashback saat ia pulang jalan-jalan bersama Cody. Lory menghentikan mobil Ford Mustang 1979 Convertible milik Cody dengan rem mendadak.

Lory dan Cody turun dari mobil tersebut. Cody berucap ke Lory. "Mentang-mentang nggak ada Nindy lo ngebut gila," Lory pun mencium kening Cody sebelum masuk ke rumahnya. Gadis itu pun berpamitan ke Cody. "Dah Cody,"

Lory berlari masuk ke rumahnya sedangkan Cody kembali masuk ke mobilnya.

Di dalam rumah, Lory berjalan menaiki tangga sambil mendengarkan musik dari headphone wireless kesayangannya. Gadis itu bersenandung bahagia.

Namun mood Lory langsung berubah setelah memergoki sang bunda berduaan bersama seseorang pria.

Lory hanya terdiam saja di rooftop rumah. Bunda Lory pun menghampiri anak semata wayangnya itu. Lory bertanya dengan emosi. "Jadi kapan Bunda mau cerita sama Lory!" Bunda Lory memanggil nama gadis itu. "Lorraine," Lory melanjutkan bicaranya. "Atau Bunda nggak mau cerita sama Lory!"

Bunda Lory pun menghampiri sang anak untuk menjelaskan. "Lorraine sayang. Bunda dah hampir sepuluh tahun sendiri. Bunda butuh teman," Lory bertanya kembali. "Apa Lory ndak cukup?!" Bunda Lory menjawab. "Kamu tahu maksud Bunda kan Lorraine," Lory membentak sang bunda. "Tapi bukan sama anak yang seumuran aku Bun!"

Sang Bunda refleks menampar Lory. Lory pun langsung pergi meninggalkan sang bunda yang langsung mengeluarkan rokoknya.

*****

Lory pergi ke bar untuk menenangkan dirinya. Cody pun datang menghampiri gadis itu.

Lory berbicara terbuka ke Cody." Gue mergokin bunda gue pacaran," Cody mengeluarkan rokoknya lalu berucap. "Gapapa kan kalo dia punya pacar," Lory menggelengkan kepalanya. "Ndak tau," Cody melanjutkan bicaranya. "Lo takut nyokap lo nikah lagi," Lory masih menggelengkan kepalanya. "Ndak tau Dy. Gue bingung." Cody berucap kembali. "Atau lo takut punya bokap tiri," Lory menenggak satu shot vodka Lalu merespons Cody dengan kesal. "Stop It, Cody!" Cody berucap kembali. "Nggak. Gue pengen ngomong. Itu resiko lo nyuruh gue kesini,"

Lory melanjutkan bicaranya sambil menuangkan vodka ke gelas seloki "Gue minta lo nemenin gue. Bukan ngebawelin gue! Kalau Nindy nggak sakit pasti dia ada disini."Cody merespons gadis di sampingnya itu."Gue yang ada disini sekarang Lor, bukan Nindy." Lory menjawab dengan gemetar. "Tapi gue minta lo nggak usah ngomong,"

Giliran Cody bertanya ke Lory. "Udah berapa lama sih bokap lo meninggal?" Lory menjawab dengan sedih. "Udah hampir sepuluh tahun Dy," Cody menjelaskan. "Ya wajar lah dia jatuh cinta lagi. Dia butuh pendamping buat ngobrol, buat sharing-" Saat Cody belum selesai bicara Lory memotong ucapan pria disampingnya itu. "Buat ngeseks juga?!" Cody menjawab. "Iya buat itu juga," Lory merespons Cody. "Tapi gue belum siap Dy!" Cody menjelaskan kembali. "Sampai kapanpun lo nggak bakalan siap Lor,"

Lory pun meminum vodkanya kembali. Ia dan Cody saling diam-diaman. Lory pun menatap Cody. "Lo pintar bicara juga ya," Cody berucap ke Lory. "Gak sia-sia kan nyuruh gue kesini," Lory menjawab. "Nggak sama sekali,"

Lory menyingkirkan gelas selokinya lalu ia memegang tangan Cody kepalanya berada di bahu pria itu.

Flashback berakhir dengan Lory, Cody dan Nindy berhenti di pom bensin Mengwi.

Lory menghentikan mobil Ford Mustang 1979 itu dengan mengerem mendadak sampai-sampai Nindy dan Cody kaget.

Lory menatap Cody dan bertanya. "Kenapa? Ngebut?!" Cody menjawab dengan sinis. "Puas lo!" Lory membalas Cody. "Nindy aja nggak protes! Kok lo yang protes sih!" Cody merespons gadis di sampingnya itu. "Dia aja nggak peduli!" Nindy berusaha menengahi mereka. "Udah Lory, Cody!"

Lory berucap ke Cody. "Gue nggak pernah mulai hari ini dengan emosi ya Dy," Cody merespons. "Bukan gue yang terus ngamuk nggak jelas," Nindy berteriak ke Lory dan Cody. "Kalian bisa diam nggak sih! Gue yang punya masalah bukan kalian!" Cody pun menatap Nindy. "Ohhh... Jadi lo yang punya masalah. Tadi lo bilang nggak papa,"

Lory pun turun dari mobil lalu Nindy memanggil nama gadis itu. "Lorraine! Lo mau kemana?! Lorraine!" Yang dipanggil hanya terdiam saja.

Cody berucap ke Nindy. "Biar gue aja Nin," Cody turun dari mobil untuk menghampiri Lory.

Cody memohon ke Lory. "Gue minta maaf ya Lor," Namun Lory hanya terdiam. Cody kembali ke mobil.

Giliran Nindy yang turun dari mobil gadis itu mengulurkan kedua tangannya untuk mengajak Lory berpelukan. Lory memeluk Nindy erat-erat.

Nindy dan Lory kembali ke mobil. Lory pindah duduk ke belakang sedangkan Nindy pindah duduk ke depan dekat supir.

Cody yang melihat kedua gadis itu masuk mobil pun langsung berucap ke tukang bensin. "Nggak jadi Bli!"

Cody pun masuk ke mobil. Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan menuju arah selatan yaitu ke arah Sanur.

*To Be Continued*

The Fireflies Donde viven las historias. Descúbrelo ahora