Chapter 13.

146 17 2
                                    

Saya sebagai Author ingin mengucapkan selamat Tahun baru 2024!
_________________________________

"Jangan bercanda! Mana mungkin hal itu terjadi!
Mungkin itu hanya siasat mereka agar mereka bisa mengetahui kelemahan kita dan mengkhianati kita lalu bergabung dengan Kekaisaran dengan membawa informasi penting dari kita!!"

".... Saya yakin tidak seperti itu Letjend.."

"Pemimpin mereka, menceritakan, Bahwa Kota itu beserta wilayahnya adalah salah satu kerajaan yang berhasil ditaklukan oleh kekaisaran.
Nama kerajaannya adalah kerajaan Archilez, sekitar 23 tahun yang lalu, Kekaisaran berhasil merebut seluruh wilayah Kerajaan Archilez dan mendudukinya, setelah berada di bawah Kependudukan Kekaisaran, Kerajaan Archilez benar-benar sengsara, rakyatnya dipekerjakan paksa, kelaparan melanda, bahkan Kekuatan militer mereka hanya terdiri dari milisi sipil saja.

Belum lagi Putri mahkota Ke-1 datang ke kota itu dengan marah besar ke Penguasa Wilayah
Karena kami yang mendatangi kediamannya, Putri mahkota itu mengancam, atau mungkin sudah mengobarkan perang ke kota Wilayah itu, jika hal itu terjadi, maka kota beserta Komunitas-komunitas kecil(Desa-kota) lain akan dimusnahkan!"

Letjend Hari pun terdiam mendengar penjelasan dari Arief, yang menurutnya ada benarnya juga, namun tak
Semudah itu untuk menerima
Proposal tersebut, Harus ada Izin dari Presiden dan Para Mentri lain. Ia pun benar-benar bingung dengan situasi yang dihadapinya saat ini.

"Ahh... Sejujurnya ini membuatku pusing.. Kita tak bisa semudah itu.. harus ada persetujuan dari presiden dan para Menteri."

*Glug...

Arief menelan ludahnya, melihat
Keputusasaan dirinya, jika permintaan bangsawan Loli itu
Tidak terwujud, maka Ia tak pernah bisa bertemu lagi dengan Loli menggemaskan itu.

".... Kamu boleh pergi untuk beristirahat, saya akan menemui presiden Nanti malam" titah Letjend Hari kepada Arief.

"B-Baik pak..! Saya izin pergi dulu!" Ucapnya sembari Berbicara lantang layaknya orang yang semangat. Yang sebenarnya ia sangat tak Semangat sebab Gelisah pada
Suatu hal. Namun ia harus menutupi Kegelisahannya
Agar ia terlihat tegap.

Arief mundur perlahan-lahan ke pintu, sesampainya langsung
Berbalik dan berjalan biasa layaknya Orang biasa.

Arief yang murung pun berjalan ke dapur khusus Prajurit.
Di sana Arief duduk di Meja makan dengan melamun,
Perasaan Gelisah membuatnya tak semangat makan, padahal ia akan makan Enak, berminggu -minggu mengintai di wilayah musuh ia hanya makan Ransum yang menunya Itu-itu saja.

'.... Jika itu tak berhasil maka.....'

Selama beberapa menit, Arief melamun, Sampai Makanannya datang pun ia masih melamun.

"Mas..! Mas..! Mas!!"
Suara seseorang memanggil-manggil Arief terdengar, meskipun keras Tetap saja ia tak sadarkan diri. Bahkan personil lain di meja lain pun ikut meliriknya.

"Ah! Iya mas, ada apa!?"
Terkejut Arief yang baru sadar, melihat Seorang Pria umur 20 tahunan memakai seragam Loreng Dengan celemek di dadanya sembari memegang nampan.

"Masnya ini loh, Daritadi di panggilin nggak sadar-sadar"

"Ah.. maaf mas, saya tadi melamun.." Jawab Arief.

"Cie....! Pasti mikirin Pacarnya ya..!!?" Ledek Orang itu, seketika
Arief menjadi tersinggung.

"Loh..! Saya aja nggak punya Pacar, kok bisa mikirin itu?"
Balas Arief tegas, ia tak mau dipermalukan di tempat itu.

"Oh.. begitu ya mas.. Maaf sudah mengganggu.. ini mas, jatah makan malamnya, ini sama minumannya." Ujar orang itu.

"Loh.. Nggak ada Kopi Hitam mas? Kek Kopi Kapal Api itu?"
Arief Protes kepada Pria didepannya yang menaruh Teh hangat di mejanya.

"Itu ada mas, masnya tinggal ambil di Dapur nanti selesai makan!" Ujar orang itu lalu pergi.

"Oh.. makasih mas!"

Arief pun melihat Makanan di Plat makanan yang datar namun dibentuk cekungan dengan berbagai bentuk agar bisa memuat Berbagai isi makanan.

Terlihat di Plat makan itu, Ayam Goreng, Nasi goreng, Salad, Sayur-sayuran, Dan Buah Apel.

Arief mengambil sendok, lalu mengambil nasi goreng, ia lalu melahapnya, setelah melahap nasi goreng, ia pun mengambil ayam goreng lalu menggigitnya.
Air mata keluar dari matanya.

'Beberapa Minggu cuma makan
Ransum yang menunya Itu-itu aja, jadi gini ya makan enak setelah beberapa Minggu?'

Tapi menu nasi goreng yang ia makan tentunya tak seenak Nasi goreng yang ada di pinggir jalan
Di abang-abang. Ia masih merindukan makan nasi goreng seperti itu. Entah beberapa bulan lagi untuk pulang ke Indonesia lagi. Yah meskipun ini sudah bagian Wilayah Indonesia.

Setelah selesai Memakan nasi goreng dan ayamnya, Arief lanjut memakan sayur-sayuran, lalu salad, dan terakhir buah. Sengaja Arief tidak meminum Teh hangat yang sudah disediakan. Arief memilih untuk minum Kopi Hitam saja yang lebih nikmat menurutnya.

Di saat Arief hendak ingin mengembalikan Plat makanannya, ia tiba-tiba bertemu dengan seluruh Tim Ekspedisi ke-2. Semua berkumpul! Hanya Arief saja yang tidak berkumpul.

"Eh.. kalian, kebetulan banget, selesai makan ya?" Tanya Arief.

"Iya.. Loh.. Lettu? Kenapa ada di sini?" Tanya Sersan Bagus yang membawa tumpukan Plat makan milik Seluruh personil Tim Ekspedisi ke-2.

"Buta ya mata lu!? Ini tempat apa!?" Arief membentak Sersan Bagus yang menurutnya mengeluarkan pertanyaan yang tak berguna. Ya jika ada di tempat ini ya jawabannya ya makan! Apalagi!?.

"Ya jelas makan lah.. yakali
Boker!" Lanjutnya.

~~~~~~~

//Asrama Tentara//

Di Asrama Tentara, Di salah satu kamar, terdapat ranjang-ranjang yang disusun bertingkat, di salah satu ranjang, Arief terbaring di ranjangnya dengan tatapan kosong, di kamar itu benar -benar sepi, personil lain
Sudah keluar terlebih dahulu untuk mandi, lagipula mau menjelang malam.

Ia stress memikirkan Loli kecil itu beserta Warga-warga yang ramah terhadapnya, jika Proposal Tersebut tidak disetujui oleh presiden, maka Ia benar-benar harus merelakan Kota Laressa.

'........ Ya udahlah, mikir gini jadi pusing.. lebih baik mandi ajalah'

Ia beranjak dari ranjangnya lalu
Turun dari Ranjang atas.
Mengambil handuk. Namun tak disangka-sangka, personil lain masuk ke kamar itu dengan wajah dan rambut yang Basah.

"Loh.. masnya belum mandi?
Udah mau Maghrib loh, nanti ketinggalan Jama'ah di Mushola"
Ucapnya.

"Oh iya mas, ini mau mandi, lagi ambil handuk" Ia berjalan keluar kamar, namun ada  pertanyaan yang membuatnya penasaran.

"Mas, di kamar mandi antri gak?"

"Ya jelas antri lah.. ngantri aja, gak bakal lama kok, tadi saya selesai mandi cuma ada 8 antrian aja"

"Muke Gile!! Itu banyak mas!
Masnya tadi antri berapa menit.."

"Hm.... Sekitaran 40 menit mungkin"

Arief seketika terdiam sebentar,
Mana sempat, Maghrib sebentar lagi akan tiba.

"Waduh😅 kayaknya saya Nggak ikut jamaah sih mas"

"Yaudah, mandi aja sana, badan masnya bau banget"

"Yah.. kok masnya Hina saya!"

"Ya itu fakta mas, udah cepetan mandi"

_________________________________

Bersambung..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next Chapter..

GATE: Thus the TNI Fought There!Where stories live. Discover now