11 | Deeper in Dark Blue

191 16 4
                                    

cw // manipulative act, guilt tripping

"Aku mau pulang bareng Amel habis ini." Kiran mengambil tas jinjingnya yang sudah ia siapkan di sana begitu ia dan Bobby masuk ke ruang transit.

Hanya ada mereka berdua, sedangkan yang lain masih berada di sisi panggung, bertemu dengan penggemar dan teman-teman mereka dari universitas lain yang datang untuk memberi dukungan ke Anargya, termasuk 5 orang menyebalkan yang Kiran temui tadi.

"Ngobrol dulu, baru putusin mau pulang kapan." Bobby menyilangkan tangannya dan duduk bersandar di meja. Raut wajah lembutnya yang biasa ia perlihatkan setiap bersama Kiran sedang hilang sekarang. Dan ini adalah pertama kalinya Kiran merasakan atmosfer dingin di sekitar Bobby.

Tension mereka benar-benar sedang tidak baik. Kiran heran mengapa malah jadi Bobby yang kesal dengannya, ketika di sini Kiranlah yang seharusnya marah.

"Kita ngobrol, tapi aku bakal tetep pulang bareng Amel." Gadis itu duduk di bangku, lalu sibuk dengan ponselnya. Tentu saja dia akan mencurahkan apa yang sedang terjadi pada sahabatnya Amel yang saat ini masih ada di venue bersama Allen dan memintanya untuk menunggu selagi ia menyelesaikan masalahnya sebentar lagi.

Kiran terkadang memang akan menjadi orang yang sangat keras kepala, Bobby tau itu. "Kamu udah ngerencanain ini? Makanya kamu ngajak Amel jauh-jauh ke sini dan nggak mau ninggal tas di hotel?" tanyanya dengan dingin.

"Hm. Lagian aku juga gak dibolehin abangku buat nginep." jawab Kiran tidak berpaling pandangan dari ponselnya.

Kemudian pintu transit terbuka dan Noven masuk bersama seorang perempuan cantik dengan dress hitam, high heels, dan full make up. Perempuan yang baru pertama kali ini ia lihat secara langsung tetapi sudah mengganggu pikirannya sejak beberapa hari lalu.

Selama menunggu Sara datang, Kiran tak punya pikiran sama sekali bahwa ketika Sara sampai, Sara akan langsung tersenyum sangat lebar begitu melihat Kiran di ruang transit. "Kiraaannn~," tangannya terlentang sembari berjalan mendekat dengan ekspresi bahagianya, membuat Kiran tak punya pilihan selain berdiri untuk menyambut pelukan tiba-tiba dari perempuan itu.

Sara masih sama seperti yang ia lihat di fashion store. Saat itu Kiran sempat terpesona dengan kecantikannya dan pribadinya yang riang, membuat Sara terlihat segar dan sangat menawan. Sekarang pun masih sama.

"Akhirnya ketemu lo juga! Gue udah lama pengen ketemu langsung sama lo, tau." Sara menggenggam dua tangan Kiran setelah mereka berdua duduk di bangku. Mata Sara berbinar, benar-benar terlihat senang bertemu dengan Kiran sehingga ia merasa tak enak karena bukan skenario seperti ini yang ia kira akan terjadi.

Noven ikut bersandar di meja bersama Bobby, menyodorkan bungkus rokoknya dan Bobby mengambilnya satu batang.

"Dia belom kenal lo, jangan sok akrab." ujar Bobby sebelum menyalakan pemantik untuk menghidupkan rokoknya.

"Emang lo belom pernah ngenalin gue ke Kiran?"

"Belom, makanya Kiran sampe salah paham dikira lo selingkuhan gue."

"Hah?" lalu tawa Sara meledak sampai ia terpingkal, "yang bener aja?? Kok bisa sih lo ngira gitu?" tanya Sara pada Kiran yang bingung harus menjawab apa karena sungguh saat ini ia malu dan merasa sangat canggung.

"Katanya dia liat kita berdua jalan gandengan pas di Openairè kemaren." Bobby menjawab dengan sedikit nada menyindir dan melirik ke arah Kiran.

"Ck, udah dibilangin jadi orang jangan keganjenan. Bikin rusuh hubungan orang kan jadinya." Sahut Noven di sana.

Sebenarnya begitu melihat Noven datang bersama Sara tadi, ia sempat takut jika situasi akan semakin runyam. Namun Noven terlihat sangat biasa saja mengetahui inti masalah kali ini. Apakah Kiran benar-benar hanya salah paham?

Traumatic SceneWhere stories live. Discover now