˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝚂𝚒𝚡𝚝𝚎𝚎𝚗

2.4K 338 30
                                    

..⃗.  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Gadis bersurai pirang cantik kini nampak duduk di sebuah kafetaria yang tak begitu ramai pengunjungnya. Di hadapannya, ada seorang laki-laki bersurai hitam dengan bulu mata panjang di bagian bawah kelopak matanya.

Iris cokelat madunya menatap lurus ke arah sang lelaki yang tengah fokus menghabiskan minumannya. Merasa diperhatikan, sang lelaki menghentikan kegiatannya dan berdalih menatap sang gadis.

"Apa?" tanyanya dengan nada datar.

Gadis itu terkekeh pelan. "Dasar bulu mata aneh. Tenyata kau tak ada bedanya," ucapnya sembari menyendok masuk kue ke dalam mulutnya.

Lelaki itu menghela nafas panjang. Menyimpan gelas di meja, lalu menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Apa mau mu? Aku tak punya banyak waktu untuk acara dadakan ini. Masih ada kegiatan yang harus aku lakukan," ucap sang lelaki masih dengan nada yang sama.

Gadis itu, Aika, terkekeh pelan. Sendok besi di tangannya disimpan di samping piring yang berisikan kue tersebut. Badannya menyandar ada sandaran kursi.

"Intinya saja ya? Dan aku mohon jangan marah-marah, oke?" Laki-laki itu mengangguk.

Aika mengambil nafas dalam-dalam. Menghembuskannya perlahan, lalu berkata, "cobalah untuk membuka dirimu untuk menerima (Name)."

Satu kalimat yang diucapkan oleh Aika mampu membuat laki-laki itu, Rin, terdiam dengan pandangan yang semakin datar. Aika tahu ia salah mengatakannya, tapi ini sudah menjadi keputusannya.

Setelah menimbang-nimbang untuk mengatakan ucapannya tadi selama dua bulan penuh, akhirnya ia dapat berbicara sekarang. Bukan karena tak berani, hanya saja Aika tahu bagaimana keadaan kakak kedua dari anak didiknya itu.

Mulai dari Rin yang terkena mental karena sang sulung Itoshi tiba-tiba pergi ke Spanyol, lalu ayahnya yang ternyata punya simpanan wanita, dan lainnya. Banyak sekali plot twist di kehidupannya usai dari kematian sang nyonya keluarga Itoshi.

"Kau menyuruh ku? Aku tak mau. Karenanya ibu mening–"

"Sssttt... Tutup mulutmu jika kamu masih mau menyalahkan kematian ibumu karena (Name)." Aika menyela ucapannya dan Rin berdecih sembari memalingkan wajahnya ke samping.

Lantas tangan Aika terulur menarik wajah sang lelaki. Menariknya agar menatapnya kembali seperti sedia kala.

"Dengarkan aku, Rin. Manusia itu punya batasan hidup masing-masing. Ibumu meninggal karena sudah mencapai batasnya ia hidup," ucap Aika dengan suara lembut.

Wajah sang lelaki di tarik oleh sang pemilik hingga jemari lentik sang gadis terlepas dari kulit wajahnya.

"Kau tak tahu apa-apa tentang ibuku sialan! Dia tidak akan mati jika (Name) dengan cepat mendonorkan jantungnya!" ujar Rin dengan nada bicaranya yang naik.

Satu alis Aika terangkat satu. Lalu ia berdiri dan mengangkat satu tangannya. Bergerak dengan cepat hingga akhirnya mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi sang lelaki yang mulus itu.

"Dasar tidak tahu terima kasih."

"Sadarlah dengan perlakuan adikmu yang selalu mengorbankan segalanya hanya untuk kebahagiaan kalian."

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Where stories live. Discover now