˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝙴𝚗𝚍

2.8K 225 22
                                    

..⃗. [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah. Satu kata benda yang memiliki banyak arti bagi orang-orang. Ada yang mengatakan rumah adalah sebuah tempat, ataupun sebuah bangunan.

Namun, ada pula yang mengatakan jika rumah adalah sebuah tempat untuk berpulang, berisitirahat bahkan tempat dimana kita bisa bercerita dan bersandar dikala dunia sudah begitu jahat.

Dan, tak semua orang beruntung memiliki sebuah rumah yang dimana mereka bisa berpulang dan bersandar. Mereka yang memiliki rumah yang tak berbentuk sebuah bangunan begitu beruntung.

Dan mungkin seorang wanita bernama (Name) saat ini memiliki rumah yang dimana bukan hanya sebuah bangunan. Namun sebuah tempat dimana ia bisa bercerita tentang kesehariannya dan tempatnya bersandar.

Wanita beruntung itu kini tengah menatap foto dalam sebuah pigura yang dimana disana terlihat dirinya yang berdiri di sebelah seorang pria dengan setelan baju pernikahan.

Begitu manis ketika ia mengingat momentum itu.

Dikala dirinya tengah asyik mengingat momen-momen tersebut, tiba-tiba derit pintu terdengar dan membuyarkan lamunannya.

"Sayang?" Suara laki-laki yang tak asing menyapanya. Membuat garis di bibirnya melengkung tipis melihat kehadiran pria yang tak lain adalah suaminya.

(Name) tak menggubrisnya dan berjalan mendekat ke arah sang suami. "Kenapa, Kai?" tanyanya dengan suaranya yang begitu lembut.

Pria itu, Michael Kaiser tersenyum tipis lalu mengeluarkan sebuah kain hitam dari dalam saku kemejanya.

"Aku pasangin ini ya ke kamu? Bentaran doang kok," ucapnya dan (Name) menyetujuinya.

Kaiser yang sudah mendapatkan persetujuan itu langsung memasangkan kain hitam itu pada bagian mata sang istri tercintanya.

(Name) diam dikala pandangannya tergantikan dengan gelap hitam. Ia kebingungan dengan perilaku suaminya sekarang.

"Pegang tangan aku," ucap Kaiser sembari meraih telapak tangan (Name) dan menggenggamnya.

(Name) ikut menggenggam telapak tangan milik Kaiser. Ia mulai mengikuti kemana Kaiser membawanya pergi.

Dahi miliknya mengerut ketika kakinya tak sengaja mengenai sebuah balon. Dan juga terdengar suara langkah anak kecil yang berlari kesana-kemari dengan suara tawaan kecil.

Saat itu pun, genggaman tangan Kaiser melonggar dan terlepas dari tangannya. Hal tersebut membuatnya sedikit terheran.

"Kai?" Panggilannya tak di jawab.

(Name) menggerakkan kedua tangannya. Berharap jika ada Kaiser berada di dekatnya. Tapi disayangkan, hanya angin yang dapat ia genggam.

"Kai? Kamu dimana?" (Name) mulai kebingungan. Apa maksudnya ini semua?

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang