˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝙽𝚒𝚗𝚎𝚝𝚎𝚎𝚗

2.8K 379 99
                                    

..⃗.  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Hari ini akhirnya tiba juga. Hari ini adakah hari terakhir di musim semi. Dan sebentar lagi, musim dimana bunga sakura berjatuhan akan berganti dengan musim yang begitu panas.

Dan di akhir bulan dari musim ini, ada sebuah kebahagiaan yang menghampiri seorang gadis bermarga Itoshi dengan tiba-tiba.

Kini, nampak Si gadis bersurai hitam tengah duduk manis di sebuah kursi dengan dua temannya di sebrang sana. Mereka bertiga, tengah menaiki wahana bianglala.

Temannya itu, yakni Ran dan Rindou duduk di tempat yang berbeda. Rindou duduk di kursi sedang Ran duduk lesehan diantara dua kursi. Jika ditanya kenapa, alasannya biar seimbang.

Walaupun demikian, mereka bertiga tetap akut dan tak saling melupakan ketika sedang mengobrol.

"Kamu yakin mau ngomongin 'itu' sekarang?" Ran, laki-laki bersurai pirang dan hitam itu bertanya.

(Name) mengangguk. "Iya. Gue pengen akhirin semua permasalah antara gue sama abang gue."

Inilah yang akhirnya gadis bungsu Itoshi putuskan. Hari ini, di hari terakhir musim semi, ia hendak menemui Rin dan dengan penuh keberanian ia akan meluruskan masalah mereka.

Meski terdengar begitu bodoh melakukan demikian, tapi baginya ini adalah jalan terbaik. Ia tak memikirkan bagaimana akhirnya. Mau di pukul, di hina, bahkan harus kembali mendapatkan luka batin, ia akan tetap berbicara dengan Rin.

Yang terpenting segala isi hatinya sekarang akan ia keluarkan. Dan masalah-masalah pun, akan mulai ia luruskan dari mulai saat ini.

"Yakin (Name)?" kini laki-laki bersurai biru muda dan kuning yang bertanya pertanyaan yang sama.

Lantas sang gadis menghela nafas panjang, lalu berkata, "iyaaa. Kenapa si kalian? Perasaan dari tadi nanyanya gitu mulu deh."

Bibir sang gadis mengerucut karena sebal. Bayangkan saja, sudah beberapa kali mereka bertanya seperti itu.

Ran yang mendengar ucapan tersebut terlontar dari bibir sang gadis, memijat pangkal hidungnya. "Gini (Name). Gue gak tau ya pemikiran lo gimana soal kakak lo yang rambutnya item atau yang merah itu."

"Tapi (Name), lo masih mau balikin mereka? Bahkan lo sendiri udah sering di jahatin sama mereka," ucap Ran dan Rindou ikut manggut-manggut lalu ikut menimpali.

"Jangan jadi orang yang terlalu baik, (Name)," sambung Rindou di bawah sana.

Bibir sang gadis hendak terbuka. Namun kembali di bungkam dengan suara Ran yang duluan berbicara.

"Gue tau lo itu tipe orang yang gampangan maafin orang. Bahkan sesakit apapun luka yang orang itu kasih, lo dengan mudah maafin. Gue juga tau lo orangnya gak enakan sama orang. Dan–" Ran mengatupkan bibirnya. Jari telunjuknya terangkat dan menunjuk ke wajah (Name). Lalu berkata, "itu yang jadi hantu terbesar lo dalam menjalani kehidupan."

Dan diam. (Name) tertohok dengan ucapan yang keluar dari mulut Ran. kepalanya menunduk dengan bibir bawahnya di gigit. Juga, kedua tangannya meremas kuat ujung baju yang di kenakan olehnya.

Ucapan Ran tak salah, bahkan benar seratus persen adanya. Ia mengaku, ia orang gampang merasa tak enak. Dan hal itu yang membuatnya selalu dimanfaatkan. Dikala dirinya ingin menolak suatu permintaan, terkadang selalu ada kata-kata rayuan yang membuatnya lemah dan berakhir untuk tak jadi menolaknya.

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Where stories live. Discover now