˚₊· ͟͟͞͞➳ 𝚃𝚠𝚎𝚗𝚝𝚢 𝙾𝚗𝚎

2.5K 371 96
                                    

Sebelum baca, kalau ada unek-unek, sini keluarin dulu (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡.

..⃗.  [ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ] 𑁍ࠜೄ ・゚ˊˎ

Disini lah Sae berada. Disebuah apartemen sederhana namun begitu nyaman di tempati. Jangan salah sangka jika apartemen itu miliknya. Tapi itu adalah milik sang adik perempuannya.

Tak tahu dorongan datang darimana, tapi ia kini memberanikan diri untuk menapakkan kakinya di tempat tinggal sang gadis.

Kini dirinya tengah terduduk di balkon. Menikmati angin di musim panas bersama dengan sekaleng minuman bersoda.

Di atas meja nampak dua buku yang tersimpan rapi. Dua buku tersebut memiliki judul yang sama. Yakni, 'Hope'.

Bertanya darimana ia mendapatkannya? Jawabannya dari Rin juga Aika.

Dan kalian tahu itu milik siapa? Itu milik (Name). Itu adalah buku harian seorang (Name) dari sejak kecil hingga kini. Entah kenapa gadis itu memilih judul tersebut.

"Hahh..." Sae mendesah pelan sembari menyimpan kaleng minumannya di atas meja.

Tangannya kemudian meraih salah satu buku yang agak lusuh. Di covernya, tertempel sebuah tangkai bunga matahari dengan kelopaknya yang sudah hilang entah kemana.

Dahinya mengernyit heran melihat tanaman bunga yang memiliki kesan ceria itu. Tak mau berlama-lama terlarut dalam pikiran, dengan segera ia membuka lembaran buku harian itu.

Sae tak membukanya berurutan. Namun ia memilih halaman yang ia inginkan. Entah bagian awal, tengah, atau akhir.

Dan ia membuka halaman tengah buku harian itu. Nampak halaman buku yang menguning, juga tinta pulpen yang mulai memudar. Dua lembar halaman tersebut menampakkan sebuah tulisan yang acak-acakan namun masih bisa terbaca juga sebuah gambar seperti manusia lidi.

Ia terkekeh pelan melihat gambar tersebut.

Lalu irisnya perlahan menatap tulisan acak-acakan itu. Membacanya dalam hati dan memahaminya. Jujur, perkataan yang tertulis disana begitu berbelit. Tapi ia maklumi karena (Name) masih kecil kala itu.

"Lucu..." ucap Sae ketika membaca halaman tersebut. Nyatanya isi halaman tersebut tentang (Name) yang ketika marah selalu guling-guling di atas kasur.

Halaman selanjutnya terbuka. Menampakkan kertas yang memiliki beberapa noda cokelat namun begitu pekat layaknya darah yang mengering.

Karena penasaran, Sae membaca isi halaman tersebut. Usai dibaca, ternyata noda cokelat pekat itu benar-benar darah. Ia ingat dimana (Name) pernah mimisan karena (Name) pernah tak sengaja membenturkan kepalanya pada dinding ketika kecil.

"Ahh gue capek bacanya. Tulisannya jelek," keluh Sae menyimpan buku lusuh tersebut. Jujur membacanya seru, Tosi matanya jadi sakit karena membaca tulisan yang acak-acakan itu.

Laki-laki itu menyandarkan kepalanya pada senderan kursi. Ia menghela nafas berat sembari memejamkan matanya. Ia kembali membayangkan bagaimana masa kecilnya yang penuh kebahagiaan.

Dan tiba-tiba ia berfikir, bagaimana (Name) hidup tanpa adanya kasih sayang dari keluarganya?

Satu pertanyaan muncul dan membuatnya penasaran pada buku yang terlihat masih bagus. Itu adalah buku harian (Name) yang mulai memasuki masa-masa remaja.

Lantas ia mengambil buku tersebut dan membuka halaman secara asal. Dan bertapa terkejutnya ia ketika mendapati banyak noda darah yang mengering dengan  pola yang membentuk.

𝐄𝐜𝐜𝐞𝐝𝐞𝐧𝐭𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐭 : 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن