Dua

293 48 9
                                    

Suasana halaman belakang yang tadinya lumayan meriah karena suara gitar menjadi begitu hening ketika Arsen berhenti memainkannya, tersisa suara gemericik air yang berasal dari kolam ikan yang terdengar. Arsen memangku gitarnya, menatap Christy yang sedang berjongkok di pinggir kolam ikan tak jauh dari kursi tempatnya duduk.

"Dek." Panggilnya.

"Hmm?"

"Ngapain?"

Christy berbalik menatap lawan bicaranya, "Lagi ngobrol."

"Sama ikan?"

"Iya."

"Kok Abang daritadi gak ada denger suara kamu."

"Ngobrolnya dalem hati. Aku sama ikan aku bisa ngobrol tanpa bersuara karena punya ikatan batin yang kuat." Jawab Christy dengan serius.

"Kuatan mana sama Abang?"

Christy berpikir sejenak. "Gak tau. Tunggu bentar aku tanya ikan aku dulu."

Kemudian suasana kembali hening. Christy kembali menatap ikan-ikannya, sedang Arsen menatap punggug sang adik yang sedang menatap ikan-ikannya.

Mereka tidak menyadari kalau Boby yang duduk di gazebo menyimak obrolan keduanya dan jelas-jelas merasa bingung. Walaupun obrolan random kedua buah hatinya sudah menjadi makanan sehari-harinya, tetap saja ia tidak pernah mengerti kemana arah pembicaraan keduanya akan berakhir.

"Punya anak dua biji kenapa aneh dan random banget." Batinnya.

"Anak-anak dan suami aku lagi pada ngapain?"

Shania datang dari dalam rumah, mencuri fokus ketiga orang yang diam itu. Bagi Arsen, sapaan Shania terlampau bersemangat, ia bisa menebak kalau Bundanya itu pasti baru saja dapat kontrak kerja untuk salah satu talent-nya.

Oh iya, sekadar informasi. Sekarang Shania memiliki manajemen artis sendiri, dan sudah mengorbitkan beberapa nama yang cukup diperhitungkan di dunia hiburan, termasuk Ashel.

"Kali ini talent kamu yang mana dapat kerjaan?" Tanya Boby.

"Yessica Tamara, kamu tau kan By. Dia baru tanda tangan kontrak sebagai BA salah satu clothing line besar."

"Hah!? Kak Chika dapat kerjaan itu?" Giliran Christy yang bertanya antusias. Gadis itu bertepuk tangan dengan riang ketika Shania mengangguk. "Wah, Kak Chika udah ngarepin itu dari dulu. Aku harus kasih selamat ke Kak Chika." Ujarnya kemudian mulai sibuk dengan ponselnya.

"Selamat, ya."

"Makasih, sayang." Shania menghampiri Boby dan memeluknya dengan erat.

Berbeda dengan tiga orang yang terlihat antusias itu, dahi Arsen justru  mengerut karena nama Yessica Tamara. Mungkin kah Yessica yang dimaksud adalah Yessica Tamara, kakak kelas yang tempo hari tidak sengaja terkena bola voli yang dipukulnya. Kakak kelas yang diam-diam ia perhatikan sejak saat itu.

Arsen memang tidak mengenal talent-talent yang dimiliki sang Bunda di manajemennya karena tidak pernah mau ikut disetiap acara yang diadakan manajemen itu. Ashel di luar hitungan.

***

Sesi "perayaan" keberhasilan talent Shania sudah berakhir. Keluarga kecil itu kini berkumpul di gazebo, menonton sebuah film dari tablet Boby. Sebuah kegiatan yang sudah biasa mereka lakukan padahal di dalam rumah, lebih tepatnya di ruang santai ada sebuah televisi yang berukuran lebih besar dan sudah jelas tempatnya jauh lebih luas. Tapi mereka lebih senang seperti ini. Berkumpul di tempat sempit dan menatap satu objek yang berukuran kecil, kalau kata Boby, cara untuk mempererat ikatan keluarga. Tentu saja hanya diiyakan oleh anggota keluarga lain, termasuk Arsen. Karena hal itu lumayan terbukti pada hubungannya dengan sang adik.

MozaikWhere stories live. Discover now