Sembilan

287 42 8
                                    

Tidak ada yang membuka suara selama di jalan pulang. Mobil yang dikendarai Chika diliputi keheningan. Hanya suara air hujan yang beradu dengan atap mobil yang terdengar. Chika yang sedang menyetir sesekali melirik Arsen yang duduk dengan kepala menoleh ke samping memperhatikan jalanan yang di beberapa tempat sudah tergenang air.

Chika merasa sangat aneh dengan atsmosfer yang ada. Kemana bocah tengil yang ia kenal, bocah yang sangat suka mengoceh tentang apa saja bahkan ketika dirinya melarangnya untuk berbicara.

"Aku turun di minimarket depan." Ujar Arsen memecah keheningan.

"Ngapain turun di situ? Ada yang mau dibeli?"

Arsen menggeleng. "Nanti Pak Jono jemput aku di situ."

Meskipun keheranan, Chika tetap menghentikan mobilnya diparkiran minimarket. Tangannya menahan lengan Arsen yang hendak membuka pintu.

"Are you okay?" Tanyanya.

Arsen mengangguk, "I am. Kenapa? Kok nanya?"

Chika belum melepas lengan Arsen. "Ya gak papa. Lu aneh aja. Mendadak diem."

Arsen tertawa kecil dan sekali lagi mengucapkan bahwa dirinya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu Chika khawatirkan.

"Sekarang kak Chika pulang. Udah makin larut, besok flight kak Chika pagi."

Chika memincing, "Kok tau?"

"Apa sih yang gak aku tau tentang kak Chika."

"Pasti dikasi tau Ashel, ya."

Arsen mengangkat bahunya, "Mungkin."

Chika berdecak, sedang Arsen tertawa.

"Kak Chika."

"Hmm,"

"Makasih udah nurutin permintaan aku untuk kencan dua kali sama aku. Aku senang." Ujarnya. "Sebenarnya aku masih mau lama-lama sama kak Chika malam ini. Secara ini terakhir kan. Tapi besok kak Chika harus flight pagi. Jadi yaudah. Pokoknya makasih."

"Kok yang terakhir?" Alis Chika terangkat.

"Iya. Sesuai kesepakatan kita, kan. Jadi ini yang terakhir."

"Emang kesepakatan kita apaan?"

Arsen mendengus. "Kita kencan dua kali. Kalau sampai di kencan kedua kak Chika belum suka sama aku, ya aku,...."

"Trus kenapa ini jadi yang terakhir?" Potong Chika.

"Ya karna kak Chika gak suka aku."

"Emang ada gue bilang gak suka sama lu? Perasaan diem doang."

"Justru itu. Bukannya diemnya kak Chika sebagai tanda kak Chika gak suka aku."

"Dih, sotoy banget."

Hening.

"Ini maksudnya apa, sih?" Arsen menggaruk kepalanya. "Kak Chika jangan buat aku bingung, dong."

Chika tertawa, ia mencubit pipi Arsen gemas. "Ayo kita kencan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya."

Arsen cengo lalu tersenyum malu-malu. "Mending pacaran gak sih Kak daripada kencan mulu."

"Ini kamu nembak?"

Arsen menyengir, ia memperbaiki duduknya lalu menarik kedua tangan Chika untuk ia genggam. "Kak Chika, aku gak pintar nyusun kata-kata manis secara lisan. Yang aku tau, sekarang kak Chika adalah orang yang paling aku cintai. Kak Chika jadi pacar aku, ya?"

Chika tersenyum, tanpa mengucapkan apa pun ia memeluk Arsen.

"Ini tandanya apa?" Arsen mengangkat kedua tangannya, tidak membalas pelukan Chika.

MozaikWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu