Delapan

187 31 2
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Arsen kembali memasuki kelas Chika. Ia memamerkan gigi rapinya saat sampai di bangku gadis itu karena sang pemilik sudah duduk di sana.

"Selamat pagi kak Chika yang selalu cantik setiap hari." Ujarnya sembari meletakkan sekotak susu dan beberapa bungkus coklat. Chika yang memang sudah terbiasa akan hal itu hanya diam. Membiarkan Arsen menyelesaikan urusannya.

Chika mendongak dengan alis terangkat saat Arsen masih diam di samping bangkunya, tidak seperti biasanya yang langsung pergi setiap selesai mengucapkan kalimat gombalnya.

"Kenapa?" Tanyanya.

Arsen cengengesan, ia menggaruk tengkuknya.

"Kenapa?" Tanya Chika lagi, kali ini dengan suara yang lebih besar.

"Kak Chika free gak Sabtu ini?"

Chika mengangguk.

"Kak Chika gak lupa kan kalau masih ada satu kali kencan sama aku. Jadi sebelum hari Minggunya kak Chika ke Jepang, ada baiknya kita jalan bareng. Kebetulan ada festival di dekat rumah ku."

"Oke." Jawab Chika begitu saja.

Arsen tersenyum cerah, tangannya terulur hendak memegang kepala Chika tapi ia tarik kembali. Sebagai gantinya ia melambai dan mengucapkan selamat tinggal disertai ucapan penyemangat untuk Chika selama pelajaran nanti.

***

Kedua tangan Arsen sudah menggantung kresek berisi jajanan yang dibeli Chika. Sedangkan Chika berjalan di depannya dengan menggendong sebuah boneka yang tadi berhasil Arsen menengkan setelah mencoba memainkan permainan menembak sebanyak sembilan kali.

"Kak Chika. Duduk di situ aja, yuk. Gak papa duduk di rumput aja kan?"

Chika mengikuti telunjuk Arsen dan mengangguk, karena jujur saja, dirinya sudah lelah berkeliling mencari tempat duduk yang ternyata tidak ada yang kosong.

Arsen meletakkan kresek yang dibawanya lalu membuka jaketnya, ia membentangkan jaket jeans itu di atas rumput dan mempersilahkan chika duduk di atasnya.

"Lu gimana?"

"Aku mah duduk di mana aja bisa. Yang terpenting kak Chika dulu." Ujarnya. "Kecuali kak Chika mau mangku aku, hehe."

"Maksud!?"

"Bercanda." Arsen memperbaiki duduknya di depan Chika. Bukan apa-apa, gadis di depannya itu menggunakan celana pendek yang mengekspos pahanya. "Atau kak Chika beneran mau mangku aku. Aku gak papa. Gak papa banget malahan."

"Ngomong sekali lagi gue tendang lu."

Arsen mengangkat dua jarinya, isyarat perdamaian.

***

Arsen menoleh kepada Chika yang berdiri di sampingnya, khawatir akan keadaan gadis itu. Sebenarnya mereka sudah berencana pulang karena menyadari keadaan langit yang gelap. Tapi apa boleh dikata mereka sempat terkena hujan sebelum sempat mencapai tempat mobil Chika terparkir, jadilah mereka berlari ke salah satu halte bus. 

"Maaf, kak Chika."

"Kenapa minta maaf?"

"Gara-gara aku, kak Chika jadi kehujanan. Apalagi kak Chika gak suka hujan."

Chika tersenyum tipis, tangan kanannya bergerak dengan lancang mencubit pipi Arsen yang mengembung saat berbicara. Tindakan yang tentu saja membuat Arsen kaget.

"Lu kok lucu, sih?"

"Hah!?"

"Ya maksud gue. Gak usah minta maaf. Toh, hujannya juga tiba-tiba." Chika tersenyum. "Lagian kalau ada yang boleh protes bukannya lu ya?"

MozaikWhere stories live. Discover now